Jelang Deadline Pelarangan TikTok di AS, Amazon Ikut Terseret

Jelang Deadline Pelarangan TikTok di AS, Nama Amazon Ikut Terseret
Selular.ID – ByteDance harus menjual aplikasi miliknya, TikTok kepada Pemerintah Amerika Serikat (AS), dengan dasar masalah keamanan aplikasi milik Tiongkok. Masa penangguhan pelarangan TikTok hampir usai, yakni 5 April 2025. Namun, masa depan aplikasi video pendek tersebut masih belum jelas.
Presiden AS, Donald Trump mengatakan, TikTok diminati oleh banyak investor. Ia mengklaim, operasional TikTok di Barat akan dibeli secara patungan oleh beberapa investor raksasa. Salah satu nama yang terseret di hari-hari terakhir adalah Amazon.
Amazon dikabarkan telah mengajukan tawaran untuk membeli TikTok. Menurut The New York Times, konsorsium yang dipimpin oleh Amazon telah mengajukan penawaran untuk mengakuisisi TikTok dari ByteDance. Tawaran ini diajukan dalam bentuk surat kepada Wakil Presiden AS, JD Vance ,dan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick.
Baca juga: Ternyata Ini Aplikasi dan Game Favorit di Indonesia, Bukan TikTok
Meski beredar kabar mengenai itikad Amazon mengakuisisi operasional TikTok di AS, namun Pemerintah Trump juga dikabarkan tidak menanggapinya secara serius. Padahal, jika terealisasi, TikTok bisa mempercepat pemasaran berbagai produk yang dijual di e-commerce tersebut melalui TikTok Shop.
Selain Amazon, terbaru, perusahaan firma modal ventura Andreessen Horowitz dikabarkan tengah dalam pembicaraan untuk berinvestasi di TikTok, sebagai bagian dari upaya akuisisi yang dipimpin oleh Oracle.
Kesepakatan dengan Oracle disebut sebagai salah satu kandidat terkuat dalam proses akuisisi ini. Oracle sendiri yang selama ini menjadi mitra layanan cloud untuk TikTok di AS.
Menurut laporan Reuters, perusahaan investasi Blackstone sedang mempertimbangkan ikut patungan membeli TikTok di AS. Blackstone berpotensi bergabung dengan pemegang saham ByteDance yang bukan berasal dari Tiongkok, seperti Microsoft, Susquehanna International Group, General Atlantic, hingga perusahaan teknologi lainnya.
Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News
Selular.ID – ByteDance harus menjual aplikasi miliknya, TikTok kepada Pemerintah Amerika Serikat (AS), dengan dasar masalah keamanan aplikasi milik Tiongkok. Masa penangguhan pelarangan TikTok hampir usai, yakni 5 April 2025. Namun, masa depan aplikasi video pendek tersebut masih belum jelas.
Presiden AS, Donald Trump mengatakan, TikTok diminati oleh banyak investor. Ia mengklaim, operasional TikTok di Barat akan dibeli secara patungan oleh beberapa investor raksasa. Salah satu nama yang terseret di hari-hari terakhir adalah Amazon.
Amazon dikabarkan telah mengajukan tawaran untuk membeli TikTok. Menurut The New York Times, konsorsium yang dipimpin oleh Amazon telah mengajukan penawaran untuk mengakuisisi TikTok dari ByteDance. Tawaran ini diajukan dalam bentuk surat kepada Wakil Presiden AS, JD Vance ,dan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick.
Baca juga: Ternyata Ini Aplikasi dan Game Favorit di Indonesia, Bukan TikTok
Meski beredar kabar mengenai itikad Amazon mengakuisisi operasional TikTok di AS, namun Pemerintah Trump juga dikabarkan tidak menanggapinya secara serius. Padahal, jika terealisasi, TikTok bisa mempercepat pemasaran berbagai produk yang dijual di e-commerce tersebut melalui TikTok Shop.
Selain Amazon, terbaru, perusahaan firma modal ventura Andreessen Horowitz dikabarkan tengah dalam pembicaraan untuk berinvestasi di TikTok, sebagai bagian dari upaya akuisisi yang dipimpin oleh Oracle.
Kesepakatan dengan Oracle disebut sebagai salah satu kandidat terkuat dalam proses akuisisi ini. Oracle sendiri yang selama ini menjadi mitra layanan cloud untuk TikTok di AS.
Menurut laporan Reuters, perusahaan investasi Blackstone sedang mempertimbangkan ikut patungan membeli TikTok di AS. Blackstone berpotensi bergabung dengan pemegang saham ByteDance yang bukan berasal dari Tiongkok, seperti Microsoft, Susquehanna International Group, General Atlantic, hingga perusahaan teknologi lainnya.
Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar