Kecerdasan Buatan, Internet
Penggunaan AI Sebabkan 51 Miliar Serangan Web di Asia Pasifik
Penggunaan AI Sebabkan 51 Miliar Serangan Web di Asia Pasifik saat 2024
Selular.ID – Wilayah Asia Pacific dan Jepang (APJ) menjadi sasaran empuk serangan siber, seiring dengan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan atau AI. Menurut data yang dikemukakan perusahaan keamanan siber Akamai Technologies, tahun 2024 terdapat 51 miliar serangan aplikasi web.
Masih menurut data yang sama, tiga besar negara yang paling banyak menjadi sasaran adalah Australia sebanyak 20,3 miliar serangan, India terdapat 17,3 miliar serangan, dan Singapura terdapat 15,9 miliar serangan siber. Angka serangan siber tahun 2024 mengalami kenaikan dramatis, dengan lonjakan sebesar 73%. Pada 2023, serangan siber di wilayah APJ sebanyak 29 miliar serangan.
Akamai Technologies mengungkapkan, bidang yang sering diserang adalah entitas yang bergerak di sektor jasa keuangan dan perdagangan. Bidang keuangan mencatat serangan lebih dari 27 miliar, sedangkan bidang perdagangan mencapai 18 miliar serangan. Di luar data APJ atau secara global, serangan siber meningkat 33% dari tahun 2023, menjadi 311 miliar serangan aplikasi web di tahun 2024.
Akamai Technologies menyoroti serangan yang terjadi pada application programming interfaces (API). Era terkini, API banyak digunakan untuk mengintegrasikan alat AI dengan platform bisnis. Dalam periode Januari 2023 hingga Desember 2024, Akamai mencatat 150 miliar serangan API di seluruh dunia.
Baca juga: 5 Tips Hadapi Volatilitas Harga Kripto Tanpa Panik
Dari sekian banyaknya serangan pada API, sebagian besar diantaranya memanfaatkan celah autentikasi yang lemah dan titik masuk yang mudah diotomatisasi. API berbasis AI disebut sangat rentan karena sering diekspos secara eksternal dan kurang dilindungi dengan kontrol keamanan yang memadai.
Selain ancaman terhadap aplikasi web, kawasan APJ juga mengalami lonjakan tajam pada serangan Layer 7 distributed denial-of-service (DDoS). Volume serangan DDoS meningkat 66% dari tahun 2023. Kawasan APJ menjadi wilayah kedua yang paling banyak diserang di dunia, dengan puncaknya mencapai 504 miliar serangan pada Desember 2024.
Di antara negara-negara APJ, Singapura mencatat jumlah serangan tertinggi dengan 4,7 triliun serangan dalam dua tahun, diikuti oleh India dengan 1,1 triliun serangan, dan Korea Selatan terjadi 607 miliar serangan DDoS.
Secara global, serangan DDoS Layer 7 melonjak 94%, mencapai total 7 triliun serangan pada 2024. HTTP flood tetap menjadi metode serangan utama, terutama menyerang perusahaan teknologi tinggi dan platform media digital.
Akamai Technologies menggunakan data dari infrastruktur Akamai yang memproses lebih dari sepertiga lalu lintas web global untuk memberikan wawasan tentang tren dan risiko keamanan siber.
Baca juga: Meningkatnya Ancaman Digital, Kebutuhan Keamanan Siber Ritel Kian Mendesak
Dalam temuan lainnya, Akamai juga mengungkapkan data sebagai berikut:
- Lebih dari 230 miliar serangan web global menargetkan sektor perdagangan, menjadikannya industri yang paling banyak diserang.
- Insiden yang terkait dengan OWASP API Top 10 meningkat 32%, menunjukkan masih banyaknya masalah dalam autentikasi dan otorisasi.
- Peringatan keamanan yang terkait dengan kerangka kerja MITRE ATT&CK naik 30%, mencerminkan peningkatan penggunaan otomatisasi dan AI oleh pelaku kejahatan.
- Shadow API dan zombie API diidentifikasi sebagai titik lemah utama di dalam ekosistem digital yang kompleks.
Direktur Teknologi dan Strategi Keamanan di Akamai Technologies APJ, Reuben Koh mengatakan, masalah peningkatan keamanan menjadi hal paling penting untuk lebih beradaptasi dengan perkembangan AI. Semeskinya, seiring dengan berkembangnya AI, maka strategi keamanan juga harus ikut mengalami peningkatan.
Akamai menyarankan organisasi untuk mengambil langkah proaktif, seperti menerapkan pendekatan keamanan shift-left, peningkatan tata kelola API, dan pertahanan berbasis AI guna mengatasi ancaman yang terus berkembang.
Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News
Selular.ID – Wilayah Asia Pacific dan Jepang (APJ) menjadi sasaran empuk serangan siber, seiring dengan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan atau AI. Menurut data yang dikemukakan perusahaan keamanan siber Akamai Technologies, tahun 2024 terdapat 51 miliar serangan aplikasi web.
Masih menurut data yang sama, tiga besar negara yang paling banyak menjadi sasaran adalah Australia sebanyak 20,3 miliar serangan, India terdapat 17,3 miliar serangan, dan Singapura terdapat 15,9 miliar serangan siber. Angka serangan siber tahun 2024 mengalami kenaikan dramatis, dengan lonjakan sebesar 73%. Pada 2023, serangan siber di wilayah APJ sebanyak 29 miliar serangan.
Akamai Technologies mengungkapkan, bidang yang sering diserang adalah entitas yang bergerak di sektor jasa keuangan dan perdagangan. Bidang keuangan mencatat serangan lebih dari 27 miliar, sedangkan bidang perdagangan mencapai 18 miliar serangan. Di luar data APJ atau secara global, serangan siber meningkat 33% dari tahun 2023, menjadi 311 miliar serangan aplikasi web di tahun 2024.
Akamai Technologies menyoroti serangan yang terjadi pada application programming interfaces (API). Era terkini, API banyak digunakan untuk mengintegrasikan alat AI dengan platform bisnis. Dalam periode Januari 2023 hingga Desember 2024, Akamai mencatat 150 miliar serangan API di seluruh dunia.
Baca juga: 5 Tips Hadapi Volatilitas Harga Kripto Tanpa Panik
Dari sekian banyaknya serangan pada API, sebagian besar diantaranya memanfaatkan celah autentikasi yang lemah dan titik masuk yang mudah diotomatisasi. API berbasis AI disebut sangat rentan karena sering diekspos secara eksternal dan kurang dilindungi dengan kontrol keamanan yang memadai.
Selain ancaman terhadap aplikasi web, kawasan APJ juga mengalami lonjakan tajam pada serangan Layer 7 distributed denial-of-service (DDoS). Volume serangan DDoS meningkat 66% dari tahun 2023. Kawasan APJ menjadi wilayah kedua yang paling banyak diserang di dunia, dengan puncaknya mencapai 504 miliar serangan pada Desember 2024.
Di antara negara-negara APJ, Singapura mencatat jumlah serangan tertinggi dengan 4,7 triliun serangan dalam dua tahun, diikuti oleh India dengan 1,1 triliun serangan, dan Korea Selatan terjadi 607 miliar serangan DDoS.
Secara global, serangan DDoS Layer 7 melonjak 94%, mencapai total 7 triliun serangan pada 2024. HTTP flood tetap menjadi metode serangan utama, terutama menyerang perusahaan teknologi tinggi dan platform media digital.
Akamai Technologies menggunakan data dari infrastruktur Akamai yang memproses lebih dari sepertiga lalu lintas web global untuk memberikan wawasan tentang tren dan risiko keamanan siber.
Baca juga: Meningkatnya Ancaman Digital, Kebutuhan Keamanan Siber Ritel Kian Mendesak
Dalam temuan lainnya, Akamai juga mengungkapkan data sebagai berikut:
- Lebih dari 230 miliar serangan web global menargetkan sektor perdagangan, menjadikannya industri yang paling banyak diserang.
- Insiden yang terkait dengan OWASP API Top 10 meningkat 32%, menunjukkan masih banyaknya masalah dalam autentikasi dan otorisasi.
- Peringatan keamanan yang terkait dengan kerangka kerja MITRE ATT&CK naik 30%, mencerminkan peningkatan penggunaan otomatisasi dan AI oleh pelaku kejahatan.
- Shadow API dan zombie API diidentifikasi sebagai titik lemah utama di dalam ekosistem digital yang kompleks.
Direktur Teknologi dan Strategi Keamanan di Akamai Technologies APJ, Reuben Koh mengatakan, masalah peningkatan keamanan menjadi hal paling penting untuk lebih beradaptasi dengan perkembangan AI. Semeskinya, seiring dengan berkembangnya AI, maka strategi keamanan juga harus ikut mengalami peningkatan.
Akamai menyarankan organisasi untuk mengambil langkah proaktif, seperti menerapkan pendekatan keamanan shift-left, peningkatan tata kelola API, dan pertahanan berbasis AI guna mengatasi ancaman yang terus berkembang.
Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar