Tiga Alasan Utama Mengapa Xiaomi Jadi Jawara Pasar Smartphone Indonesia - Selular.ID
Jakarta, Selular.ID – Awal Agustus ini Xiaomi membuat lompatan besar. Vendor yang identik dengan spek gahar namun harga “bersahabat” itu, mampu meraih impian yang sudah ditargetkan sejak masuk ke Indonesia enam tahun lalu. Berdasarkan laporan lembaga riset pasar dan teknologi Canalys, vendor yang berbasis di Beijing itu, untuk kali pertama menjadi vendor nomor satu pada kuartal kedua 2021.
Tercatat, lima besar vendor smartphone di Tanah Air sepanjang April-Juni 2021 berturut-turut adalah Xiaomi (28%), Oppo (20%), Samsung (18%), Realme (12%) dan Vivo (12%).
Dalam laporannya, Canalys menyebutkan bahwa Xiaomi mampu melompat dari posisi empat di kuartal sebelumnya ke posisi puncak. Vendor yang identik dengan warna jingga itu, memiliki pangsa pasar sebesar 28%, naik sebanyak 112% dibandingkan kuartal sama tahun lalu.
Sementara di posisi runner-up adalah jawara Q1-2021, yakni Oppo yang mencatat pertumbuhan 2% YoY dengan raihan market share 20%. Sementara posisi ketiga diraih Samsung. Dengan kenaikan 23% dibandingkan kuartal II-2020, Samsung mampu meraup pangsa pasar 18% dan mengukuhkan posisinya di nomor tiga. Pencapaian itu merosot dari posisi dua di Q1-2021.
Dua vendor China lainnya, Realme dan Vivo menggenapi posisi lima besar. Keduanya menggenggam market share yang sama, yaitu 12%. Namun karena Vivo mengalami pertumbuhan negatif sebesar 28%, maka Realme berhak atas posisi keempat. Sebelumnya pada kuartal pertama 2021, Realme berada di posisi lima.
Bagi Vivo, berada di posisi lima menjadi anti klimaks. Karena vendor yang bernaung di BBK Group bersama dengan Oppo dan Realme itu, merupakan jawara pasar smartphone Indonesia pada kuartal keempat 2020. Itu berarti posisi puncak yang diraih Vivo, hanya “seumur jagung”. Pertumbuhan negatif hingga 28% juga menjadi sinyal bagi perusahaan untuk segera berbenah, jika tidak ingin terlempar dari posisi lima besar.
Di sisi lain, keberhasilan meraih posisi nomor satu di Indonesia, membuktikan bahwa Xiaomi lagi-lagi mampu menaklukan pasar dengan kompetisi super ketat. Sebelumnya Xiaomi sudah menjadi penguasa di India sejak 2019. Seperti diketahui, India dan Indonesia terbilang mirip karena memiliki populasi yang besar dan didominasi segmen bawah yang sensitif dengan harga.
Nah, pertanyaannya apa yang membuat Xiaomi mampu menjadi pemuncak pasar ponsel di Indonesia dalam waktu yang terbilang singkat? Tentu ada beberapa faktor yang menjadi pemicu keberhasilan. Di bawah ini adalah tiga pemicu utama.
Murah Hingga 75%
Tak dapat dipungkiri Xiaomi berhasil mengembangkan bisnisnya di luar negeri dengan cepat, tak hanya di Indonesia namun juga kawasan Eropa, Afrika, dan Amerika Latin. Xiaomi berhasil menumbuhkan permintaan dan penjualan dengan harga yang murah namun memiliki spesifikasi tinggi.
Dalam laporan terbarunya, Manajer Riset Canalys Ben Stanton, menyebutkan bahwa faktor harga yang ditawarkan oleh Apple, Samsung dan merek-merek asal China, telah mempengaruhi peningkatan pangsa pasar. Namun bila dibanding dengan Samsung dan Apple, Xiaomi terbilang berani menawarkan produk high end hingga flagship dengan banderol harga entry level.
“Faktor harga juga mempengaruhi permintaan ke pasar massal. Harus diakui, dibandingkan dengan Samsung dan Apple, harga jual rata-rata Xiaomi masih lebih murah 40% hingga 75%. Jadi, prioritas pengguna akan tertuju ke Xiaomi, sehingga mereka bisa meningkatkan penjualan lewat perangkat terbarunya, seperti Mi 11 Ultra,” kata Ben.
Senada dengan Canalys, Xiaomi naik ke posisi teratas di Indonesia terutama karena kontribusi Redmi 9A dan Redmi 9C. Kedua smartphone ini cenderung memiliki harga lebih rendah, dan terus populer di pasar sejak pertama kali diluncurkan pada Selasa (14/7/2020).
Covid-19 dan Saluran Pemasaran
Menurut kajian IDC, popularitas sejumlah varian seperti Redmi 9A/9C menjadi penentu keberhasilan Xiaomi menjadi penguasa pasar ponsel di Indonesia pada Q2-2021. Meski demikian, ada keberhasilan lain yang turut menyertai. Yaitu, konsistensi Xiaomi dalam membangun berbagai saluran penjualan di Indonesia, terutama channel daring.
Seperti diketahui, pandemi covid-19 yang merebak sejak tahun lalu, memaksa orang bekerja, belajar dan beraktifitas di rumah. Pada gilirannya membuat masyarakat banyak beralih dari aktifitas berbelanja secara offline ke online, termasuk perangkat ponsel.
Perubahan pola belanja ini jelas menguntungkan Xiaomi. Pasalnya, sejak awal Xiaomi memang mengandalkan penjualan secara langsung pada konsumen melalui kanal e-commerce. Cara tersebut digunakan perusahaan untuk memangkas jalur distribusi yang panjang sehingga bisa menurunkan harga ponsel di tingkat konsumen.
Sekedar diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, Xiaomi terbilang agresif membangun kerjasama dengan berbagai platform e-commerce terkemuka di Tanah Air. Dengan Shopee misalnya, Xiaomi telah melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU). Kerja sama ini berupa peluncuran official store Xiaomi bagi konsumen di Indonesia.
Sebelum Shopee, MoU serupa ditandangani Xiaomi dan Lazada pada Desember 2019. Kesepakatan itu menjadikan Lazada Indonesia sebagai mitra penjualan produk-produk andalan Xiaomi. Popularitas Lazada bahkan terkerek saat menyelenggarakan flash sale ponsel Xiaomi yang diklaim habis dipesan oleh konsumen dalam hitungan menit saja.
Seperti halnya channel daring, Xiaomi juga telah menjalin kemitraan dengan Erajaya Group untuk menjual produk di toko-toko Erafone. Kerjasama keduanya bahkan telah terbentuk sejak kali pertama kali Xiaomi menghadirkan smartphone pertama di Tanah Air, yaitu Redmi 1S yang diluncurkan 27 Agustus 2014. Dengan ribuan gerai Erafone di berbagai kota di seluruh Indonesia, lengkap dengan promotor, Xiaomi mampu dengan cepat melakukan penetrasi pasar.
Low End Dominant
Di sisi lain, akibat covid-19 terjadi pergeseran di mana ponsel murah kini menjadi primadona di Indonesia. Laporan IDC mengungkapkan, smartphone katagori low end yang dipasarkan seharga Rp 1,5 – Rp 3 juta mengalami kenaikan pada 2020. Porsi pasar smartphone yang menyasar segmen bawah kini mencapai 65%, naik dari 45% dibandingkan 2019. Peningkatan tersebut didorong oleh kebutuhan smartphone yang layak, akibat daya beli konsumen yang menurun imbas pandemi.
Lagi-lagi Xiaomi menjadi vendor yang paling diuntungkan dibandingkan merek lainnya. Dengan harga rata-rata lebih terjangkau namun dengan spek yang mumpuni, ponsel Xiaomi menjadi buruan, sehingga cocok buat kalangan masyarakat yang memiliki dana terbatas.
Tantangan ke Depan
Kini berdasarkan laporan Canalys dan IDC, Xiaomi sukses meraih predikat vendor ponsel nomor satu di Indonesia pada Q2-2021. Ini adalah pencapaian yang luar biasa, mengingat laporan IDC pada Q3-2017, Xiaomi masih berada di peringkat lima, dengan penguasaan pasar 5,2%. Berada di bawah Samsung, Oppo, Advan dan Vivo.
Namun seperti kata pepatah “mempertahankan jauh lebih sulit dibandingkan merebutnya”. Apalagi persaingan vendor ponsel di Indonesia terbilang ketat. Setelah Samsung tak lagi menjadi market leader di Indonesia, persaingan vendor nomor satu kini seolah diperebutkan oleh vendor-vendor asal China. Kerasnya persaingan tercermin dari jawara yang kerap berubah sejak beberapa kuartal terakhir.
Tengok saja pada kuartal keempat 2020, Vivo untuk pertama kalinya merebut posisi puncak. Namun di kuartal pertama 2021, Oppo yang pada periode sebelumnya berada di posisi runner up, mampu mengambil alih posisi nomor satu dari tangan Vivo. Sayangnya sukses Oppo pun tak bertahan lama, karena berdasarkan laporan Canalys pada kuartal kedua 2020, gantian Xiaomi yang menjadi market leader.
Selain ketatnya kompetisi dengan vendor lainnya, Xiaomi juga memiliki persoalan yang sama dihadapi oleh semua pabrikan gadget, yaitu kekurangan chip di pasar global yang diprediksi masih akan bertahan hingga 2022 mendatang.
“Kenaikan harga semikonduktor merupakan tantangan bagi semua produsen. Kemungkinan besar kenaikan biaya produksi chip akan menyebabkan harga smartphone yang akan datang lebih tinggi,” kata Presiden Xiaomi Wang Xiang dalam panggilan konferensi pada 25 Maret 2021, seperti dikutip Gizmochina.
Apakah Xiaomi bisa terus berada di posisi puncak dalam jangka waktu yang lama? Seperti yang pernah ditorehkan oleh Nokia dan Samsung. Kelak waktu yang akan membuktikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar