Ukraina Diserang DDoS, Diduga Serangan Siber dari Rusia
Jakarta, CNN Indonesia --
Ukraina dilaporkan mengalami serangan siber DDoS yang diduga berasal dari Rusia. Serangan yang terjadi pada Rabu (23/2) itu menyebabkan sejumlah bank dan situs pemerintah terdampak.
Menurut peneliti dari perusahaan keamanan siber ESET, perangkat lunak berbahaya ini menyerang ratus komputer di Ukraina.
Otoritas Ukraina menyebut serangan ini bagian dari gelombang peretasan intensif yang menyasar negaranya.
Dalam serangkaian pernyataan yang diunggah ke Twitter, ESET mengatakan program penghapusan data telah 'diinstal pada ratusan mesin di negara ini'. Serangan ini disebut telah dilakukan selama beberapa bulan terakhir.
Vikram Thakur dari perusahaan keamanan siber Symantec, yang juga menyelidiki serangan itu, mengatakan bahwa infeksi telah menyebar luas.
"Kami melihat aktivitas di seluruh Ukraina dan Latvia," kata Thakur, seperti dikutip Reuters.
Dugaan dan kecurigaan atas serangan siber ini langsung tertuju pada Rusia, yang telah berulang kali dituduh meluncurkan peretasan data terhadap Ukraina dan negara-negara lain. Namun, Rusia secara tegas telah membantah tuduhan itu.
Ukraina telah berulang kali diserang peretas dalam beberapa minggu terakhir, hal ini terjadi bersamaan aktivitas Rusia yang mengerahkan pasukan di sekitar perbatasan Ukraina.
Kekhawatiran atas invasi besar-besaran yang mungkin terjadi meningkat setelah Rusia pekan ini memerintahkan pasukannya bergerak ke dua wilayah separatis di Ukraina timur.
Atas serangan tersebut, pakar keamanan siber berlomba-lomba membongkar asal muasal program jahat tersebut. Salinan dari program tersebut kini diunggah ke situs keamanan siber crowdsourced milik Alphabet, VirusTotal, untuk dilihat kemampuannya.
Kemudian para peneliti menemukan bahwa perangkat lunak ini tampaknya telah ditandatangani secara digital dengan sertifikat yang dikeluarkan untuk perusahaan Siprus yang tidak dikenal bernama Hermetica Digital Ltd.
Rincian kontak untuk Hermetica menyebut perusahaan ini didirikan satu tahun lalu di ibukota Siprus, Nicosia. Namun perusahaan ini tampaknya tidak memiliki situs web.
Sebelumnya pada Rabu (23/2) situs web pemerintah Ukraina, kementerian luar negeri dan layanan keamanan negara terdampak oleh serangan penolakan layanan (DDoS).
"Sekitar pukul 4 sore, serangan DDoS massal lainnya di negara bagian kami dimulai. Kami memiliki data yang relevan dari sejumlah bank," kata Mykhailo Fedorov, Menteri Transformasi Digital.
Dilansir dari CNBC, serangan DDoS adalah ketika seorang peretas membanjiri jaringan atau server korban dengan lalu lintas sehingga orang lain tidak dapat mengaksesnya.
(lom/fea)
Komentar
Posting Komentar