Perang Makin Panas, 'Google' Made in Rusia Terancam Bangkrut - CNBC

 

Perang Makin Panas, 'Google' Made in Rusia Terancam Bangkrut

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Tech
Senin, 07/03/2022 11:35 WIB
Foto: CEO Yandex, Arkady Volozh (AP Photo/Mark Lennihan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Google versi Rusia, Yandex terancam bangkrut. Ini merupakan dampak yang harus dirasakan mesin pencarian terbesar Rusia karena perang negara itu dengan Ukraina.

Pada hari Kamis lalu, Yandex mengatakan perusahaan kemungkinan tidak bisa membayar utangnya. Yakni akibat kehancuran pasar keuangan yang dipicu serangkaian sanksi Barat pada Rusia beberapa hari terakhir.

Transaksi saham perusahaan itu ditangguhkan minggu lalu akibat nilai aset Rusia runtuh di Moskow dan seluruh dunia, dikutip dari CNN Internasional, Senin (7/3/2022).

Yandex belum terkena sanksi apapun namun masih bisa default (gagal bayar kewajiban), ungkap laporan CNN Internasional. Investor perusahaan punya hak untuk menuntut pembayaran penuh ditambah dengan bunga, apabila perdagangan saham ditangguhkan Nasdaq lebih dari lima hari.

Yandex juga kemungkinan harus memindahkan bisnis utamanya di Rusia. Dengan begitu dapat menyelamatkan perusahaan induk di Belanda karena sanksi dari negara-negara lain dan kontrol modal yang harus diterima oleh Rusia.

Pemberi pinjaman terbesar Rusia, Sberbank juga harus menutup cabang Eropa pada awal minggu lalu. Yakni setelah dicegah bank sentral Rusia mengirim uang ke anak perusahaan yang berbasis di Wina

Salah satu sanksi yang diberlakukan juga melarang perusahaan-perusahaan Barat meghentikan pasokan teknologi serta layanan untuk pelanggan Rusia. Yandex juga dapat mengalami kerugian lebih panjang jika penangguhan penjualan perangkat keras atau perangkat lunak yang berkepanjangan.

Yandex memprediksi dengan sumber daya yang dimiliki, perusahaannya masih bisa beroperasi hingga 1,5 tahun lagi. "Kami percaya jika kapasitas pusat data kami saat ini serta teknologi lain yang penting untuk operasi akan memungkinkan kami terus beroperasi dalam jalur biasa setidaknya dalam 12-17 bulan ke depan," kata Yandex.


(npb/roy)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Tekno 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)