Google Digugat Warga Britania Raya Soal Kebocoran Data
Seorang warga Britania Raya bernama Andrew Prismall menggugat Google terkait kebocoran data jutaan pasien pengguna aplikasi DeepMind. Gugatan Prismall ini diajukan kepada Pengadilan Tinggi Inggris dan Wales.
Aplikasi tersebut merupakan proyek pengembangan Royal Free NHS Trust yang berbasis di London bersama dengan Google.
Trust adalah yayasan yang menaungi beberapa rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Britania Raya. Melansir Tech Crunch, Selasa (17/5), kasus kebocoran data ini sejatinya terjadi pada 2016.
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fakcdn.detik.net.id%2Fcommunity%2Fmedia%2Fvisual%2F2015%2F03%2F05%2F62abd047-806e-4f58-bcd6-00e5d3348f2f_169.jpg)
Ketika itu, DeepMind dinilai membocorkan lebih dari satu juta data pasien sebagai bagian dari proyek pengembangan aplikasinya. Namun, data tersebut disetorkan ke Google tanpa sepengetahuan pasien.
"Gugatan ini adalah untuk penyalahgunaan informasi pribadi oleh Google dan DeepMind. Gugatan ini berada di bawah hukum dan kami bisa mengonfirmasi gugatan ini bisa berdampak," kata juru bicara firma hukum Mischon de Reya yang mewakili Prismall.
Prismall mengaku mengatasnamakan sekitar 1,6 juta pasien lainnya yang menjadi korban DeepMind terkait gugatan pada Google.
"Saya harap, kasus ini bisa mencapai hasil yang adil dan kesimpulan bagi banyak pasien yang data rahasianya, tanpa sepengetahuan mereka, dikumpulkan dan digunakan oleh perusahaan teknologi besar," kata Prismall seperti dikutip dari situs resmi .
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fakcdn.detik.net.id%2Fcommunity%2Fmedia%2Fvisual%2F2021%2F04%2F21%2Filustrasi-google-7_169.jpeg)
Kasus di Indonesia
Kasus kebocoran data pasien kesehatan tidak hanya terjadi di Inggris. Di Indonesia, kasus serupa beberapa kali pernah terjadi.
Pada Mei 2021, sekitar 279 juta data penduduk Indonesia bocor dan dijual di forum hacker. Data tersebut diperoleh hacker usai membobol situs BPJS Kesehatan.
Data itu terbilang sangat krusial. Pasalnya, data yang dijual terdiri dari nama lengkap, KTP< nomor telepon, email, NID, dan alamat.
Kebocoran data lain yang juga pernah terjadi adalah dari aplikasi Indonesia Health Alert Card atau eHAc. Kebocoran itu pertama kali diungkap tim peneliti vpnMentor pada 15 Juli 2021.
Sayangnya, aduan vpnMentor itu baru ditanggapi pada 22 Agustus oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Setelah itu, BSSN pun memutuskan menonaktifkan eHAC versi lama.nto
Ada sekitar 1,4 juta data yang bocor saat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar