Google Bakal Adopsi Chip ARM untuk Server Cloud
Google Cloud bakal mengadopsi chip berbasis ARM untuk dipakai di deretan server, yang membuat mereka menjadi perusahaan terbaru yang melakukan transisi dari chip x86 ke ARM.
Transisi ini seharusnya akan menjadi tekanan bagi Intel dan AMD, penguasa chip x86, yang pasarnya diprediksi akan semakin tergerus, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Senin (18/7/2022).
Chip ARM sendiri sejauh ini lebih dikenal sebagai chip untuk perangkat mobile, seperti ponsel dan tablet. Namun pada 2018, ARM mulai memperkenalkan teknologi chip untuk dipakai di data center, yang sampai saat ini masih dikuasai oleh Intel dan AMD.
Lalu dalam empat tahun terakhir, teknologi ARM yang dipakai oleh banyak pembuat chip, semakin lazim dipakai di berbagai data center di seluruh dunia, termasuk data center milik Amazon, Microsoft, dan Oracle di Amerika Serikat, serta Alibaba, Baidu, dan Tencent di China.
Penggunaan chip untuk data center ini jumlahnya tak main-main, yaitu sangat besar. Karena lewat data center tersebut, para perusahaan penyedianya kemudian menjajakan ulang kemampuan komputasi itu ke para konsumennya.
Memang, mereka tetap menawarkan layanan yang berbasis chip dari Intel dan AMD. Namun dengan bergabungnya Google Cloud ke jajaran pengguna ARM tentu akan semakin menambah panjang penyedia data center besar yang merambah penggunaan chip tersebut.
Perusahaan cloud computing seperti Amazon dan Alibaba bahkan mendesain chip berbasis ARM-nya sendiri, dan kemudian diproduksi oleh pembuat chip seperti TSMC dan Samsung.
Sementara sejumlah perusahaan lain, seperti Microsoft, Oracle, Google dan lainnya, menggunakan jasa dari Ampere Computing yang didirikan oleh mantan eksekutif Intel. Google menyebut akan memakai chip baru dari Ampere yang bernama Altra.
ARM sendiri baru-baru ini memamerkan GPU mobile terbarunya yang mendukung ray tracing secara hardware. Ray tracing ini sebelumnya hanya ada di kartu grafis PC.
GPU ini bernama Immortalis dan setidaknya mempunyai 10 core. Immortalis bakal mendukung ray tracing secara hardware dan execution engine baru untuk ponsel Android kelas atas. Ada juga Variable Rate Shading untuk meningkatkan performa dan daya tahan baterai.
Ray tracing sebenarnya membutuhkan kinerja komputasi yang cukup tinggi, yang membuat kehadirannya tertunda di perangkat mobile. Namun kini tampaknya kemampuan chip mobile sudah bisa memenuhi kebutuhan itu.
Komentar
Posting Komentar