Ponsel Banyak Aplikasi Berisiko Diretas, Ini Tips Mencegahnya

Jakarta, Beritasatu.com- Seiring kemajuan teknologi, smartphone atau telepon seluler (ponsel) yang memiliki terlalu banyak aplikasi lebih berisiko diretas. Untuk itu, pengguna harus perhatikan sejumlah hal agar aman dari celah keamanan siber.
“Semakin banyak aplikasi, maka pengguna ponsel banyak menyediakan pintu untuk orang asing masuk,” kata pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom Alfons Tanujaya saat dihubungi Antara, Kamis (27/4/2023).
Dia mengatakan di tengah kemajuan teknologi seperti saat ini, beragam jenis aplikasi semakin menjamur, dengan tujuan menunjang keseharian penggunanya. Namun tanpa pengetahuan dan kewaspadaan, pengguna ponsel yang lengah dapat menjadi korban eksploitasi data. Salah satunya dari aplikasi yang digunakan sehari-hari.
“Setiap aplikasi setidaknya 1% atau 0,1% ada celah keamanan. Kalau di handphone ada 10 aplikasi saja berarti kerentanannya 10 kali lipat lebih tinggi,” kata Alfons.
Alfons mengatakan banyak kasus eksploitasi data yang telah terjadi dari aplikasi atau perangkat lunak tanpa disadari penggunanya. Untuk itu, celah keamanan tidak bisa dianggap sepele.
Pendiri perusahaan antivirus komputer Vaksincom itu menyarankan pengguna gawai untuk secara rutin melakukan declutter, yakni merapikan, termasuk menghapus beberapa aplikasi yang jarang bahkan tidak pernah digunakan.
“Cara memulainya susun aplikasi ke dalam beberapa kategori, misalnya kategori game, finansial, media sosial, dan lain-lain. Dengan ini kita akan menyadari aplikasi mana saja yang tidak perlu,” kata Alfons.
Selain itu, menurut Alfons, update atau memperbarui seluruh aplikasi yang dimiliki adalah suatu keharusan. Setiap aplikasi pasti akan memerlukan pembaruan secara berkala, untuk menambah beberapa fitur baru hingga membenahi beberapa kesalahan atau bug.
Alfons menjelaskan pembaruan itu juga kerap kali untuk memperkuat sistem keamanan aplikasi dari serangan para peretas. “Meski sudah diperbarui, masih ada kemungkinan kerentanan, tidak 100% aman, tetapi setidaknya mengurangi risiko,” ujar Alfons.
Aplikasi yang jarang atau bahkan tidak pernah diperbaharui, jelas dia, sangat berbahaya dan rentan untuk dieksploitasi para peretas. Terlalu banyak aplikasi juga membuat pembaruan secara otomatis terhambat.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
BERITA TERKAIT

Gandeng Toko Luring, PasarPolis Tawarkan Tap Partners untuk Perlindungan Gawai

Aplikasi Ini Bantu Pekerja Bangunan di Indonesia Lebih Sejahtera

Dumb Phones seperti Nokia Populer Lagi di Kalangan Gen Z AS

Tidak ada komentar:
Posting Komentar