Microsoft Minta CEO Kontroversial Activision Bertahan
Setelah Microsoft berhasil merger dengan Activision Blizzard, katanya Bobby Kotick akan hengkang dari perusahaan. Tapi ternyata ia masih menjabat sebagai CEO Activision. Kira-kira apa alasannya?
Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Phil Spencer, CEO Microsoft Gaming. Dirinya meminta kepada Kotick, untuk tetap menjadi kepala penerbit Call of Duty hingga akhir 2023.
"Bobby Kotick setuju untuk tetap menjalankan perannya hingga akhir tahun 2023, melapor langsung kepada saya, untuk memastikan integrasi yang lancar dan lancar," tulis Spencer di email kepada karyawannya, dikutip detikINET dari Kotaku, Sabtu (20/10/2023).
Lengsernya Kotick dari tahta tertingginya ini, memang sudah ditunggu-tunggu oleh ribuan karyawan Activison. Bagaimana tidak, selama kepemimpinannya ia seringkali menimbulkan kontroversi, terutama terkait dengan pelecehan dan diskriminasi seksual.
Pada November 2021, The Wall Street Journal menuduh Kotick sebenarnya mengetahui insiden yang terjadi di dalam perusahaan. Mirisnya, ia tidak pernah melaporkan hal tersebut kepada dewan direksi, seakan menganggap normal tindakan tidak terpuji tersebut.
Namun Actvision malah bilang kalau laporannya menyesatkan. Sayangnya itu sudah memantik perhatian para eksekutif game, mulai dari Sony, Nintendo, dan Xbox.
Berangkat dari situ, lebih dari 1.000 karyawan Activision Blizzard akhirnya menyerukan pendapatnya agar Kotick mundur. Sayangnya upaya itu belum berhasil.
Nah dari informasi yang beredar, Kotick baru akan mundur sebagai CEO, jika Activision Blizzard bergabung dengan Microsoft. Jadi, setidaknya para karyawan masih harus menunggu selama dua bulan lagi, sebelum akhirnya ia hengkang dari perusahaan.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Microsoft akhirnya bisa menyelesaikan proses akuisisinya terhadap Activision, seharga USD 69 miliar atau sekitar Rp 1.000 triliun. Ini terjadi setelah mereka mendapatkan restu terakhir dari Competition and Markets Authority (CMA) Inggris.
Ini merupakan akuisisi terbesar dalam sejarah yang pernah dilakukan Microsoft. Jauh lebih tinggi dibanding pembelian LinkedIn pada 2016, yang nilainya "hanya" USD 26 miliar atau sekitar Rp 411 triliun, atau USD 7,5 miliar atau sekitar Rp 118,7 triliun yang dibayarkan Microsoft saat mengakuisisi Bethesda pada 2021.
Komentar
Posting Komentar