Mahasiswa UNY Ubah Air Laut Jadi Air Minum dan Bahan Bakar Kapal - Kumparan

Mahasiswa UNY Ubah Air Laut Jadi Air Minum dan Bahan Bakar Kapal

8 November 2023 14:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
Mahasiswa UNY ubah air laut jadi air minum. Foto: UNY
Mahasiswa UNY ubah air laut jadi air minum. Foto: UNY
icon-kumparanplus
Nikmati gratis baca kumparanPLUS di aplikasi
Klaim
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kembali membuat sebuah inovasi. Kali ini, mereka menciptakan inovasi untuk mengatasi masalah yang telah lama dihadapi oleh para nelayan di Indonesia.
Mereka berhasil mengubah air laut menjadi air layak minum sekaligus menjadikan sebagai bahan bakar kapal yang lebih terjangkau. Sebab, selama ini para nelayan masih bergantung pada kapal berbahan bakar minyak untuk menggerakan mesin diesel kapal dan memasok kebutuhan listrik.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, kelima mahasiswa UNY ini berhasil membuat sebuah alat pengolah air laut menjadi air bersih sekaligus memenuhi kebutuhan energi di lautan yang bernama Sea Water Desalination.
Mereka adalah Yanuar Agung Fadlullah dari prodi Pendidikan Teknik Mesin, Assadullah al Kaffah Alam prodi Pendidikan Teknik Mesin, Sahid Ramandhani prodi Pendidikan Teknik Elektronika, Bagus Putra Setiyawan prodi Pendidikan Mekatronika, dan Khisna Rizqi Fauzia prodi Kimia. Karya mereka berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Belmawa Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang PKM-KC tahun 2023.
Menurut Ketua Tim, Yanuar Agung Fadlullah, inovasi ini memiliki beberapa tujuan penting. Pertama, untuk memberikan solusi alternatif yang ramah lingkungan dan ekonomis guna memenuhi kebutuhan energi nelayan. Kedua, untuk meningkatkan aksesibilitas air minum ketika berada di lautan, yang selama ini sulit ditemukan.
“Teknologi desalinasi dirancang portable mempertimbangkan analisa perancangan golden ratio sehingga cocok diimplementasikan pada dek/kabin kapal nelayan,” kata Yanuar dikutip dari laman UNY, Rabu (8/11).
Alat ini sepenuhnya dioperasikan menggunakan energi listrik yang diperoleh dari solar cell. Hasil dari proses desalinasi air laut dapat digunakan oleh nelayan untuk memenuhi kebutuhan air minum mereka selama mereka berada di lautan. Selain itu, melalui proses elektrolisis, hidrogen (H) dan oksigen (O2) dihasilkan dan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk menjalankan kapal.
Ilustrasi kapal nelayan. Foto: ANTARA FOTO
Ilustrasi kapal nelayan. Foto: ANTARA FOTO
Sementara itu, Assadullah al Kaffah Alam, menambahkan penggabungan konsep energi terbarukan, proses desalinasi, dan proses elektrolisis diharapkan akan memberikan solusi nyata atas masalah yang dihadapi oleh nelayan, dan juga meningkatkan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk mendukung sektor kemaritiman di Yogyakarta.
Anggota lainnya, Sahid Ramadhani menjelaskan bahwa pengembangan alat desalinasi yang terintegrasi dengan electrochemical compressor memiliki beberapa keunggulan yang luar biasa. Dengan pendekatan ini, tim berhasil memperoleh tiga luaran sekaligus dari satu inovasi, yaitu air minum, listrik, serta hidrogen dan oksigen sebagai bahan bakar mesin kapal.
“Teknologi dirancang berbasis green energy yang ramah lingkungan sekaligus mampu menghasilkan air bersih dengan jumlah lebih banyak dibandingkan alat desalinasi yang lain,” kata Sahid.
Alat desalinasi ini juga dilengkapi dengan panel surya yang terintegrasi dengan inverter dan baterai sebagai sumber daya listrik yang digunakan untuk mengoperasikan alat. Sinar matahari yang diterima oleh panel surya akan mengisi daya baterai, sehingga alat ini dapat bekerja secara mandiri tanpa memerlukan pengisian baterai yang harus dilakukan oleh pengguna.
Alat ini dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, sehingga dapat efektif digunakan di berbagai lokasi. Keunggulan utama yang ditawarkan oleh pengembangan alat desalinasi ini adalah penggabungan berbagai teknologi terapan sebelumnya menjadi satu kesatuan yang maksimal dalam memberikan luaran. Dengan begitu, masalah akses air bersih dan bahan bakar kapal yang sering dihadapi oleh nelayan dapat diatasi secara efektif.
Selain itu, Bagus Putra Setiyawan, mengatakan sistem desalinasi air minum dirancang sepenuhnya menggunakan input daya yang diperoleh dari panel surya, yang menjadikannya ramah lingkungan. Proses pengisian daya baterai melibatkan beberapa tahapan, dimulai dari panel surya yang mengalirkan arus ke rangkaian kontrol, dan kemudian arus tersebut diteruskan ke baterai.
“Listrik yang dialirkan langsung hanya menghasilkan arus searah atau direct current (DC) kemudian diubah menjadi arus AC menggunakan inverter,” katanya.
Arus AC memungkinkan alat ini untuk mengoperasikan pompa reciprocating pada sistem filtrasi, menghidupkan stop kontak untuk menyediakan energi listrik kepada nelayan, serta menjalankan instalasi elektrolisis yang menghasilkan hidrogen dan oksigen sebagai bahan bakar alternatif.
Alat yang dibuat Mahasiswa UNY untuk ubah air laut jadi air minum. Foto: UNY
Alat yang dibuat Mahasiswa UNY untuk ubah air laut jadi air minum. Foto: UNY
Arus AC memungkinkan untuk mengoperasikan pompa reciprocating pada sistem filtrasi, menghidupkan stop kontak untuk memasok energi listrik nelayan, serta menjalankan instalasi elektrolisis untuk menghasilkan hidrogen dan oksigen sebagai bahan bakar alternatif.
Khisna Rizqi Fauzia juga menjelaskan cara kerja alat ini yaitu pertama, air laut dipompa menggunakan pompa reciprocating, kemudian aliran air tersebut akan disaring melalui filter pre-treatment desalinasi untuk menghilangkan partikel yang tidak diinginkan. Selanjutnya, proses desalinasi dilakukan dengan menggunakan filter reverse osmosis, yang bertujuan menghasilkan air minum. Air laut sisa proses reverse osmosis akan dialirkan melalui electrochemical compressor untuk menghasilkan oksigen dan hidrogen.
“Oksigen dan hidrogen disimpan dalam storage sebagai bahan bakar alternatif motor kapal,” ungkap Khisna.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Tekno 


 Postingan Lainnya 

Opsi Media Informasi Group

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)