Sokong Pertahanan di Indonesia, Profesor ITS Ciptakan Bahan Antiradar - Langit 7

 

Sokong Pertahanan di Indonesia, Profesor ITS Ciptakan Bahan Antiradar

tim langit 7 Rabu, 27 Maret 2024 - 05:00 WIB
Sokong Pertahanan di Indonesia, Profesor ITS Ciptakan Bahan Antiradar
Prof Dr Mashuri SSi MSi menciptakan bahan antiradar guna menyokong teknologi pertahanan dan keamanan nasional.
LANGIT7.ID-, Surabaya- - Untuk meminimalisir ancaman dari luar, Indonesia yang kaya akan sumber daya alam memerlukan teknologi pertahanan yang mandiri.

Guru Besar ke-203 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Mashuri SSi MSi menciptakan bahan antiradar guna menyokong teknologi pertahanan dan keamanan nasional.

Profesor dari Departemen Fisika ITS tersebut menyebutkan, penelitian ini dimulai dari adanya pesawat asing yang tidak terdeteksi oleh sistem radar saat melintasi Laut Jawa pada tahun 2010 silam.

Baca juga:Selamat! 1.556 Calon Mahasiswa ITS Lolos Jalur SNBP 2024

Menurutnya, kejadian tersebut dapat menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia apabila terus dibiarkan terjadi.

“Karena saat itu informasi teknologi antiradar masih terbatas, kami bertekad untuk menginisiasi dan ikut meneliti bahan penyerap gelombang radar,” tutur Mashuri.

Menindaklanjuti hal tersebut, ia bersama tim Laboratorium Material Maju ITS mengembangkan teknologi antiradar dari bahan-bahan yang tersebar di Indonesia. Pada dasarnya, penyerap gelombang radar dibuat dari bahan magnetik dan dielektrik seperti karbon.

“Secara fisik, permukaan dari antiradar ini dibentuk dengan banyak sudut lancip sehingga gelombang elektromagnetik tidak dapat terpantulkan kembali,” papar lelaki kelahiran 1969 itu.



Aumnus doktoral Fisika ITS itu menggunakan pasir besi Lumajang dan arang bambu sebagai bahan untuk membuat teknologi antiradar. Dalam prosesnya, pasir besi dari letusan Gunung Semeru ini disintesis guna mengekstrak serbuk magnetik dalam pasir besi tersebut.

Sementara itu, metode karbonisasi dilakukan pada arang bambu agar terbentuk serbuk reduced Graphene Oxide (rGO).

Setelah itu, dosen berkacamata ini melakukan uji pengukuran penyerapan gelombang radar menggunakan alat bernama Vector Network Analyzer. Dengan pita frekuensi 8 hingga 18 gigahertz (GHz), perpaduan kedua material ini mampu menyerap gelombang radar hingga -20 desibel (dB).

Angka tersebut menunjukkan bahwa daya serap gelombang radar tersebut mencapai lebih dari 99 persen.

Mashuri menjelaskan, angka tersebut dapat berbeda apabila komposisi paduan antiradar dengan cat saat pengaplikasian pada alat pertahanan ini tidak seimbang. Selain itu, faktor lingkungan pun menjadi hal penting untuk menjaga konsistensi dari daya serap gelombang radar.

“Apabila antiradar ini ingin digunakan pada kapal, tentu harus dipastikan bahwa antiradar yang digunakan memiliki sifat anti korosi,” ujarnya.

Mashuri mengharapkan bahan antiradar yang baru diciptakan di Indonesia ini dapat diaplikasikan dalam waktu cepat pada sektor pertahanan dan keamanan nasional.

(ori)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Tekno 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)