Spanyol Terlanjur Kunci Teknologi Inti Drone Elang Hitam Indonesia Bikin Kapok PTDI Sampai Incar Kuasai Hal Krusial Sebelum Bikin PTTA MALE Lagi - Zona Jakarta
Spanyol Terlanjur Kunci Teknologi Inti Drone Elang Hitam Indonesia Bikin Kapok PTDI Sampai Incar Kuasai Hal Krusial Sebelum Bikin PTTA MALE Lagi - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM- Sejak dikenalkan ke publik di akhir tahun 2019 lalu, tahun 2021, pesawat terbang tanpa awak (PTTA) berkemampuan terbang menengah dengan waktu yang lama (MALE) drone Elang Hitam buatan Indonesia dikembangkan ke tingkat kombatan.
"Bersama dengan Konsorsium PUNA MALE Elang Hitam, BPPT akan melanjutkan pengembangan ke tingkatan kombatan sesuai dengan arahan Presiden RI dalam menjaga teritori Indonesia di area perbatasan," Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan saat awal pengembangan drone Elang Hitam.
Awalnya konsorsium pengembangan Drone Elang Hitam ini selain BPPT, juga beranggotakan PT Dirgantara Indonesia (PTDI), LAPAN, TNI AU, ITB, PT Len Industri, dan lainnya.
“Elang Hitam dirancang untuk keperluan militer.
Setelah dipersenjatai, pada tahapan selanjutnya akan diurus sertifikat tipe supaya bisa masuk ke tahapan produksi massal.
Jika semua lancar, drone Elang Hitam bisa diproduksi massal tahun depan,” pungkas Hammam.
Baca Juga:
Namun, dalam rapat bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada September 2022, Kepala BRIN (dahulu BPPT dan sejumlah badan penelitian lain yang dilebur jadi satu) Laksana Tri Handoko menginformasikan bahwa tujuan penggunaan drone tersebut dialihkan dari untuk kebutuhan militer menjadi kebutuhan sipil.
Hal itu berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan sejak Juli hingga Desember 2021 termasuk hasil uji terbang Black Eagle yang gagal di Pangandaran.
"Kami memiliki dua masalah, yaitu masalah teknis dan masalah kepemilikan teknologi," jelasnya seperti dikutip Zonajakarta.com dari artikel terbitan Antara pada 2 Agustus 2023.
Terkait masalah teknis, Handoko mengatakan belum dilakukan pengujian yang memadai terhadap setiap komponen pesawat sesuai dengan tahapan dan standar yang ditetapkan.
Padahal, tahapan ini seharusnya sudah dilakukan sebelum uji terbang pertama.
Masalah kepemilikan teknologi, ia menginformasikan bahwa semua teknologi utama Black Eagle berasal dari luar negeri, terutama sistem misinya, kecuali platformnya.
Baca Juga:
"Teknologi yang digunakan untuk sistem misi ini berasal dari sebuah perusahaan di Spanyol," ujarnya.
Pada akhir 2022 lalu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menghentikan proyek Elang Hitam yang berkemampuan kombatan.
Sebagai gantinya, BRIN mengalihkan pengembangan Elang Hitam dari versi militer ke sipil.
Padahal, produsen drone ANKA SIHA Turki, Turkish Aerospace Industries berniat membantu pengembangan drone Elang Hitam Indonesia.
Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari situs resmi Turkish Aerospace Industries Inc. (TUSAÅž), yang mengumumkan pembelian drone ANKA SIHA oleh Indonesia.
Dalam pembelian drone ANKA SIHA Turki, Indonesia menggelontorkan dana sekitar 300 juta dolar untuk mendapakan selusin pesawat nirawak.
Baca Juga:
"Indonesia menandatangani kontrak senilai USD 300 juta, untuk 12 ANKA UAV.
Penandatanganan kesepakatan pada 2 Februari 2023 di Kantor Kementerian Pertahanan Indonesia, Jakarta, Indonesia," jelas TUSAS.
Tak cuma peawat nir awak, Indonesia juga akan mendapatkan transfer teknologi dan dukungan dari Turki dalam pengembangan Elang Hitam.
"Proyek ini juga memasukkan program offset dan ToT untuk Industri dan Universitas Indonesia sebagai penerima manfaat, dilanjutkan dengan konten lokal untuk perakitan akhir dan MRO.
Turkish Aerospace juga berkomitmen mendukung AUV lokal Indonesia, Proyek Elang Hitam," tutup TUSAS.
Ogah terpuruk, kini Indonesia tengah berusaha mengembangkan PTTA MALE yang baru untuk militer.
Baca Juga:
PTTA MALE buatan dalam negeri merupakan satu dari 10 program prioritas industri pertahanan nasional yang dirintis sejak pemerintahan presiden ke-7 RI Joko Widodo dan berlanjut pada masa pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto.
Dalam rapat koordinasi tindak lanjut program PTTA MALE yang digelar oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) di Jakarta, akhir bulan lalu (31/10/2024), PTDI ditetapkan sebagai koordinator (lead integrator) untuk program pengembangan PTTA MALE (medium altitude long endurance).
Ketua Tim Pelaksana (Katimlak) KKIP Letjen TNI Purn. Yoedhi Swastanto saat memimpin rapat koordinasi itu, sebagaimana disiarkan laman resmi KKIP, memandang perlu ada konsorsium baru dan pemetaan industri dalam negeri apa saja yang bakal dilibatkan dalam pengembangan PTTA berkemampuan MALE untuk kebutuhan tempur/kombatan.
Ia juga menyoroti pentingnya efisiensi anggaran dan penguasaan teknologi kunci PTTA MALE.
Dalam rapat koordinasi KKIP pada tanggal 31 Oktober 2024, PTDI yang diwakili Direktur Utama Gita Amperiawan, mengatakan bahwa PTTA MALE Elang Hitam (EH-1B) bakal menjadi dasar pengembangan PTTA MALE kombatan buatan dalam negeri.
Tapi Indonesia ogah kecolongan lagi, sehingga PTDI menargetkan menguasai sejumlah teknologi kunci dalam pengembangan pesawat terbang tanpa awak (PTTA) berkemampuan terbang menengah dengan waktu yang lama (MALE) buatan dalam negeri.
Baca Juga:
Dikutip Zonajakarta.com dari Antara edisi 8 November 2024, Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan menjelaskan bahwa teknologi-teknologi kunci yang dibidik oleh PT DI krusial karena menentukan keberhasilan pengembangan PTTA buatan dalam negeri itu.
"Teknologi kunci tersebut, di antaranya teknologi material komposit, teknologi flight control, teknologi telemetri datalink, teknologi weapon integration system, dan teknologi integrasi propulsi, termasuk software-nya," kata Gita.
PTDI dan BRIN tengah berupaya mempercepat PTTA MALE buatan dalam negeri sehingga dapat segera masuk tahap uji terbang.
***
Komentar
Posting Komentar