AI, Kecerdasan Buatan, Internet
Google Gunakan AI Supaya Remaja Sulit Palsukan Usia
Hal ini bertujuan memberikan perlindungan lebih bagi generasi muda.
Google terus berupaya untuk meningkatkan keamanan bagi anak-anak dan remaja di platform-nya. Mengutip dari Phone Arena pada Senin (16/2), perusahaan teknologi ini meluncurkan sejumlah produk digital baru yang dirancang khusus untuk anak-anak, remaja, dan orangtua.
Dengan adanya kontrol keluarga yang lebih baik dan pengalaman yang lebih aman, Google berkomitmen untuk melindungi generasi muda saat mereka menjelajahi dunia digital.
Hal ini dilakukan dengan menerapkan teknologi machine learning atau AI untuk mengenali usia pengguna, sehingga mereka tidak dapat memberikan informasi palsu mengenai usia mereka.
Cegah Konten Tak Pantas untuk Remaja
Google telah menerapkan berbagai kebijakan untuk memastikan pengalaman yang lebih sesuai bagi pengguna remaja yang berusia di bawah 18 tahun.
Beberapa kebijakan tersebut meliputi fitur SafeSearch Filter, pembatasan iklan yang sensitif, serta pemblokiran konten yang terbatas usia di YouTube dan Google Play. Selain itu, terdapat perlindungan khusus di YouTube untuk mendukung kesejahteraan digital para remaja.
Namun, beberapa langkah tersebut dianggap belum cukup efektif. Oleh karena itu, Google akan mulai menguji model estimasi berbasis AI untuk memprediksi apakah pengguna berusia di atas atau di bawah 18 tahun.
Uji coba ini akan dimulai di Amerika Serikat sebelum diperluas ke negara lain di masa mendatang. Meskipun demikian, Google belum memberikan penjelasan rinci mengenai cara kerja AI ini.
Fitur Peringatan untuk Konten Sensitif pada Google Messages
Selain meluncurkan sistem AI terbaru, Google juga memperkenalkan fitur peringatan untuk konten sensitif di aplikasi Google Messages. Fitur ini bersifat opsional bagi pengguna dewasa, tetapi untuk anak-anak dan remaja, fitur ini harus diaktifkan.
Pengguna dapat mengatur fitur ini melalui pengaturan di perangkat Android mereka, sementara akun yang diawasi oleh orang tua akan mendapatkan kontrol tambahan. Selain itu, Google juga memberikan lebih banyak panduan untuk orang tua agar mereka dapat dengan mudah mengelola perangkat yang digunakan oleh anak-anak mereka.
Jika kamu ingin mengetahui lebih lanjut tentang fitur baru yang ditujukan untuk remaja ini, kamu dapat mengunjungi situs resmi Google. Dengan adanya fitur ini, diharapkan orang tua dapat lebih aktif dalam mengawasi dan melindungi anak-anak mereka dari konten yang tidak pantas.
Hal ini menunjukkan komitmen Google dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih aman bagi generasi muda. "Sertakan kutipan langsung tanpa diubah isinya." Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa anak-anak dapat menjelajahi dunia digital dengan lebih aman dan bertanggung jawab.
Reporter Dinda Ariyani, Iskandar
Disclaimer
Artikel ini dihasilkan oleh AI berdasarkan data yang ada. Gunakan sebagai referensi awal dan selalu pastikan untuk memverifikasi informasi lebih lanjut sebelum mengambil keputusan.
OpenAI telah memperkenalkan ChatGPT Search, sebuah mesin pencari yang dirancang untuk bersaing dengan Google.
Perubahan ini mencerminkan bagaimana AI menggantikan lapangan kerja di industri.
Google menghabiskan Rp 40 miliar untuk merayu Noam Shazeer yang dianggap penting bagi mereka. Terutama untuk pengembangan AI.
Google menghabiskan Rp 40 miliar untuk merayu Noam Shazeer yang dianggap penting bagi mereka. Terutama untuk pengembangan AI.
Dua keluarga di Texas menggugat Character.AI atas dugaan pelecehan seksual dan emosional terhadap anak-anak mereka, melibatkan chatbot yang tidak sesuai usia.
Bukan tanpa sebab mantan Bos Google ini cemas terhadap persoalan anak muda.
Salah satu pendiri Google ini sampai turun tangan agar perusahaannya tak ketinggalan soal AI.
OpenAI mengumumkan pihaknya akan merilis SearchGPT, sebagai pesaing berat Google. Teknologi termutakhir bakal tersemat di SearchGPT.
Saat ini Google menghadapi ancaman dari penggunaan produk AI generatif.
Google bekerja sama dengan Salcit Technologies untuk mengembangkan AI yang menganalisis suara batuk guna mendeteksi penyakit, terutama di daerah terpencil.
Eric Schmidt, mantan CEO Google, menyatakan bekas perusahaan yang ia pimpin tidak serius dalam menghadapi persaingan AI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar