Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Ingin Cepat Kaya? Kerja, Jangan Judi - Kumpulan Informasi Teknologi Hari ini, Setiap Hari Pukul 16.00 WIB
    Home ChatGPT Featured IPTEK Kecerdasan Buatan pinfo ptekno

    Indonesia Mulai Kecanduan ChatGPT, Ahli Ungkap Dampak Buruknya | Sindonews

    5 min read

     Kecerdasan Buatan,

    Indonesia Mulai Kecanduan ChatGPT, Ahli Ungkap Dampak Buruknya | Halaman Lengkap

    logo-apps-sindo

    Makin mudah baca berita nasional dan internasional.

    Selasa, 01 Juli 2025 - 10:10 WIB

    Indonesia Mulai Kecanduan...

    ChatGPT. FOTO/ DAILY

    JAKARTA 

    - Bukan hanya untuk hiburan atau iseng semata, namun

     ChatGPT 

    mulai digunakan untuk mencari jawaban tugas sekolah dan kampus. Bahkan dalam enggunaan ChatGPT di Indonesia melonjak drastis dalam setahun terakhir.

    BACA JUGA - Peran Kecerdasan Buatan dalam Transformasi Digital

    Ronnie Chatterji, Chief Economist OpenAI, menyebutkan bahwa warga RI kecanduan ChatGPT karena pertumbuhan pengguna yang meningkat tiga kali lipat hanya dalam waktu setahun.

    Pernyataan ini disampaikan Chatterji dalam forum bertajuk Unlocking the Economic Impact of AI in Emerging Markets yang disiarkan oleh East Ventures

    Dalam pemaparannya, ia menggarisbawahi bahwa Indonesia termasuk salah satu negara berkembang dengan adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI), khususnya ChatGPT, paling cepat di dunia.

    “Kami melihat pertumbuhan yang sangat drastis dalam setahun terakhir dalam hal penggunaan ChatGPT dan produk OpenAI di Indonesia,” ujar Chatterji.

    Ia menambahkan bahwa penggunaan ChatGPT meningkat tiga kali lipat dalam waktu sedikit lebih dari 12 bulan. Fakta ini menandai betapa cepatnya masyarakat Indonesia, terutama anak muda, memanfaatkan teknologi generative AI.

    Sementar itu riset dari Media Lab di MIT mengungkapkan fakta buruk soal chatbot.

    Studi itu menyebutkan penggunaan chatbot dapat berisiko pada kemampuan berpikir kritis. Para peneliti melakukan studi pada 54 subjek berusia 18-39 tahun dan membaginya dalam tiga kelompok, menggunakan ChatGPT, Google Search dan tidak menggunakan sama sekali.

    Para subjek diminta menuliskan beebrapa esai SAT saat melakukan penelitian. Tim peneliti menggunakan EEF untuk merekam aktivitas otak.

    Seperti dilansir dari Time, para peneliti menemukan pengguna ChatGPT memiliki kinerja buruk pada tingkat saraf, bahasa dan perilaku. Bahkan temuan dalam beberapa bulan mengungkapkan mereka lebih malas dengan setiap esai berikutnya dan menggunakan teknik copy-paste pada akhir studi.

    Para peneliti menemukan esai pada subjek yang menggunakan ChatGPT mirip dan tidak memiliki pemikiran yang orisinal. Selain itu, mereka disebut mengandalkan ekspresi dan ide yang sama.

    Penilaian dari dua guru bahasa Inggris juga mengatakan hal serupa, sebagian besar esai "tidak berjiwa." Temuan EEG menghasilkan subjek memiliki kontrol eksklusif dan rendahnya keterlibatan perhatian.

    Penulis utama makalah, Natalita Kosmyna khawatir soal temuannya. Karena masyarakat dinilai makin bergantung dengan model bahasa besar (LLM) sebagai cara untuk membuat mereka nyaman, tetapi di sisi lain mengorbankan perkembangan otak dalam jangka panjang.

    "Otak yang sedang berkembang berada pada risiko tertinggi," jelasnya.

    Meski sama-sama platform dari internet, tetapi hasil berbeda ditemukan pada kelompok yang menggunakan Google Search, yakni memiliki fungsi otak yang aktif.

    Sementara mereka yang tidak menggunakan sama sekali platform atau hanya dengan otaknya memiliki kemampuan otak yang sangat baik. Mereka dinilai memiliki konektivitas saraf tertinggi, khusus pita alfa, theta, dan delta dengan ide kreativitas, beban memori dan pemrosesan sematik.

    Yang paling menarik dari data yang dipaparkan Chatterji adalah dominasi generasi muda dalam adopsi ChatGPT. Ia menyebut Indonesia sebagai “pasar anak muda” dengan demografi yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan teknologi.

    “Ini adalah dunianya anak muda, dan profil demografi kalian menunjukkan bahwa generasi muda akan memimpin perkembangan AI di Indonesia,” katanya.

    Mereka bukan hanya pengguna pasif, tapi juga aktif belajar menggunakan teknologi ini sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan mereka. Banyak pelajar yang menggunakan ChatGPT untuk memahami pelajaran, menulis esai, bahkan mengembangkan proyek sains.

    Sementara itu, kalangan profesional dan pelaku startup mulai menggunakan AI untuk membantu membuat keputusan bisnis, menyusun strategi pemasaran, atau merancang aplikasi berbasis chatbot.

    (wbs)

    Iklan - Scroll untuk melanjutkan

    Iklan - Scroll untuk melanjutkan

    wa-channel

    Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari

    Follow

    Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,

     Klik Disini 

    untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!

    Infografis

    4 Skenario Timnas Indonesia...

    4 Skenario Timnas Indonesia di Babak 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026

    Komentar
    Additional JS