Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Ingin Cepat Kaya? Kerja, Jangan Judi - Kumpulan Informasi Teknologi Hari ini, Setiap Hari Pukul 16.00 WIB
    Home Featured Game Roblox

    5 Respons Mulai Orang Tua hingga Istana Terkait Larangan Main Game Roblox - News Liputan6

    15 min read

     

    5 Respons Mulai Orang Tua hingga Istana Terkait Larangan Main Game Roblox -  News Liputan6

    Liputan6.com, Jakarta - Roblox merupakan platform global yang mempertemukan jutaan orang setiap hari untuk berimajinasi, berkreasi, dan berbagi pengalaman di dunia virtual 3D buatan pengguna, kini menjadi sorotan pemerintah.

    Gim yang memungkinkan pemain membuat game sendiri melalui Roblox Studio ini memang digemari berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Namun, dibalik popularitasnya, muncul kekhawatiran akan dampak negatifnya bagi perkembangan anak.

    Salah satunya seperti disampaikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia atau Mendikdasmen RI Abdul Mu'ti.

    Dia menyarankan agar anak-anak lebih baik menonton tayangan edukatif seperti Dora the Explorer ketimbang bermain game Roblox.

    Menurut Mu'ti, gim Roblox mengandung unsur kekerasan yang bisa berdampak negatif pada anak-anak. Terutama karena secara psikologis, anak-anak belum siap menerima paparan konten semacam itu.

    Hal ini disampaikannya saat berbicara di hadapan para siswa dalam acara peluncuran program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk Anak Sekolah, yang digelar di SDN Cideng 02, Jakarta, pada Senin 4 Agustus 2025.

    "Kadang-kadang mereka meniru apa yang mereka lihat, sehingga praktik kekerasan yang ada di berbagai game itu memicu kekerasan di kehidupan sehari-hari anak," ujar Mendikdasmen Abdul Mu'ti.

    Bagaimana tanggapan orang tua? Yati (33), seorang ibu rumah tangga, mengaku terkejut sekaligus lega mendengar larangan tersebut. Dia sudah sejak lama merasa bimbang mengizinkan anaknya, yang kini berusia enam tahun, bermain Roblox. Apalagi setelah mendengar banyak kabar soal kekerasan dalam game itu.

    "Setahun lalu saya ragu, karena info yang beredar katanya banyak kekerasan. Tapi karena teman-teman sekolah anak saya juga main Roblox, akhirnya saya izinkan," ungkap Yati.

    Tak hanya orang tua, Istana pun angkat bicara. Pemerintah membuka kemungkinan untuk memblokir permainan digital termasuk Roblox, jika gim mengandung unsur kekerasan dan terbukti berdampak negatif terhadap perilaku generasi muda.

    "Kalau memang kita merasa sudah melewati batas, apa yang ditampilkan di situ mempengaruhi perilaku dari adik-adik kita, ya tidak menutup kemungkinan (diblokir)," ujar Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi dikutip dari Antara, Selasa 5 Agustus 2025.

    "Kita mau melindungi generasi kita, enggak ragu-ragu juga kita. Kalau memang itu mengandung unsur-unsur kekerasan, ya kita tutup, enggak ada masalah," sambung dia.

    Berikut sederet respons terkait game Roblox yang kini jadi perhatian pemerintah dihimpun Tim News Liputan6.com:

    1. Cerita Orang Tua

    Yati (33), seorang ibu rumah tangga, mengaku terkejut sekaligus lega mendengar larangan tersebut. Dia sudah sejak lama merasa bimbang mengizinkan anaknya, yang kini berusia enam tahun, bermain Roblox. Apalagi setelah mendengar banyak kabar soal kekerasan dalam game itu.

    "Setahun lalu saya ragu, karena info yang beredar katanya banyak kekerasan. Tapi karena teman-teman sekolah anak saya juga main Roblox, akhirnya saya izinkan," ungkap Yati.

    Meski begitu, Yati selama ini menerapkan aturan tegas di rumah. Anak hanya boleh menonton atau bermain game saat akhir pekan, dan itu pun dibatasi maksimal tiga jam.

    Setelah pemerintah secara terbuka melarang Roblox, Yati pun mantap mengambil sikap. Dia memastikan akan melarang anaknya kembali menyentuh game tersebut.

    "Pasti saya larang. Sekarang tinggal cari game lain yang lebih edukatif dan sesuai umur," kata Yati.

    Tak hanya Yati, Irva (33) juga menyambut positif larangan anak-anak bermain Roblox. Sejak awal, Irva memang tidak pernah mengizinkan anaknya menyentuh game itu.

    Kekhawatirannya berakar dari banyaknya informasi soal efek buruk yang ditimbulkan, terutama terkait pelecehan seksual dalam game tersebut.

    "Banyak berita yang saya lihat tentang dampak negatif Roblox, seperti adanya pelecehan seksual dan hal-hal lain yang tidak pantas," ungkap Irva tegas.

    Menurutnya, Roblox bukan sekadar game yang tak sesuai dengan nilai pendidikan anak, tapi juga sarat risiko. Mulai dari konten-konten tidak layak, hingga potensi kecanduan yang bisa mengganggu tumbuh kembang anak.

    "Anak-anak harus diarahkan pada permainan yang lebih mendidik dan aman. Saya berharap larangan ini bisa jadi langkah awal menciptakan ruang digital yang lebih sehat untuk generasi mendatang," tambahnya.

    Seperti Yati, Irva juga membatasi penggunaan gadget bagi anaknya. Anak hanya diperbolehkan menggunakan ponsel saat akhir pekan, dengan durasi maksimal satu hingga dua jam.

    "Tontonan anak juga kami batasi hanya pada YouTube yang sudah kami filter dengan ketat," jelasnya.

    2. Cerita Pemain

    Dani (19) mengaku pernah cukup lama menjajal Roblox, namun kini memilih berhenti. Alasannya bukan karena gameplay yang buruk, melainkan pengalaman buruk dengan sesama pemain. Menurutnya, komunitas Roblox kini dipenuhi player toxic, obrolan kasar, bahkan aksi pelecehan verbal.

    "Anak-anak yang main Roblox juga kebanyakan toxic. Makanya malas main lagi," ujar Dani.

    Dani menilai, salah satu kelemahan utama dari Roblox adalah tidak adanya batasan umur yang jelas. Siapa pun bisa membuat akun dan memainkan game tersebut, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Parahnya, anak-anak pun bisa berpura-pura menjadi orang dewasa.

    Dia pun pernah mengalami pengalaman yang cukup mengejutkan. Tahun lalu, Dani sempat akrab dengan seorang player perempuan yang mengaku berusia 20 tahun. Hubungan virtual itu membuat keduanya sepakat bertemu di dunia nyata. Tapi betapa terkejutnya Dani saat tahu, player tersebut ternyata masih anak-anak.

    "Awalnya kelihatan dewasa saat ngobrol. Eh pas ketemu, ternyata masih kecil," kata Dani, mengenang.

    Tak hanya itu, Dani juga sering menemukan banyak percakapan yang mengandung kata-kata kasar hingga pelecehan verbal dalam game. Baginya, ini jelas bukan lingkungan yang sehat, terutama bagi anak-anak yang belum bisa memilah mana yang pantas dan tidak.

    Kini, Dani memilih meninggalkan Roblox dan mencari game lain yang lebih edukatif dan menghibur.

    "Sebenarnya gamenya bagus, tapi player-nya enggak bener. Bukan saling berteman, malah nyari keuntungan dari pemain lain. Saya dukung banget larangan dari Mendikdasmen. Biar anak-anak main game yang lebih sehat," tegasnya.

    3. Mendikdasmen Abdul Mu'ti Sebut Roblox, No! Dora The Explorer, Yes!

    Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Mendikdasmen RI) Abdul Mu'ti menyarankan agar anak-anak lebih baik menonton tayangan edukatif seperti Dora the Explorer ketimbang bermain game Roblox.

    Menurut Mu'ti, game Roblox mengandung unsur kekerasan yang bisa berdampak negatif pada anak-anak. Terutama karena secara psikologis, anak-anak belum siap menerima paparan konten semacam itu.

    Hal ini disampaikannya saat berbicara di hadapan para siswa dalam acara peluncuran program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk Anak Sekolah, yang digelar di SDN Cideng 02, Jakarta, pada Senin, 4 Agustus 2025.

    "Kadang-kadang mereka meniru apa yang mereka lihat, sehingga praktik kekerasan yang ada di berbagai game itu memicu kekerasan di kehidupan sehari-hari anak," ujar Mu'ti.

    Dia menilai bahwa adegan kekerasan yang muncul dalam game Roblox kerap ditiru oleh anak-anak dalam kehidupan nyata, yang bisa menimbulkan masalah sosial dan psikologis.

    Sebaliknya, tayangan edukatif seperti Dora the Explorer dianggap memberikan nilai-nilai positif dan dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir anak.

    "Konten edukatif seperti Dora itu bisa melatih kemampuan problem solving anak dan jauh lebih bermanfaat dibanding game yang mengandung kekerasan," tambahnya.

    Mu'ti mendorong agar penyedia layanan digital untuk menciptakan konten yang bersifat edukatif dan ramah anak. Dia menyarankan agar anak-anak diarahkan untuk mengakses konten yang dapat meningkatkan kecerdasan dan kemampuan problem solving, sebagai pengganti permainan yang tidak bermanfaat.

    Menurutnya, tayangan Dora the Explore yang pernah eksis ini merupakan salah satu contoh dari tayangan edukatif yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan intelektualitas anak-anak.

    Dia menyebut tayangan ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan anak, seperti kemampuan bermasyarakat, membaca peta, mandiri, hingga problem solving.

    "Misalnya (konten) bagaimana pergi ke rumah nenek, itu kan bermasyarakat, jadi melatih bermasyarakat. Kemudian bagaimana cara ke rumah nenek, itu kan kemampuan untuk membaca peta. Kalau di jalan kan tidak selalu mudah, misalnya ada sungai, bagaimana cara menyebrang, itukan problem solving untuk tingkatan anak-anak," katanya.

    Mu'ti mengatakan, game seperti Roblox berbahaya dikarenakan anak-anak belum mampu membedakan mana yang bisa dilakukan di dunia nyata dan mana yang hanya boleh dilakukan di dalam game.

    "Karena mereka ini tingkat intelektualitasnya itu belum mampu membedakan mana yang nyata dengan mana yang dia sebenarnya rekayasa," kata Prof Mu’ti.

    Menurut Mu'ti, fakta tersebut membuat anak-anak tidak jarang meniru apa yang terjadi di dalam game seperti Roblox. Hal terparah adalah tindak kekerasan yang normal terjadi di dunia game, yang kemudian di praktekan langsung di kehidupan nyata.

    "Kadang-kadang mereka meniru apa yang mereka lihat, sehingga kadang-kadang praktek kekerasan yang ada di berbagai game itu memicu kekerasan di kehidupan sehari-hari anak," katanya.

    "Misalnya, kalau di game itu dibanting, itu kan tidak apa-apa orang dibanting di game. Tapi, kalau dia main dengan temennya kemudian dibanting kan jadi masalah," tambah Mu'ti.

    Prof Mu'ti menyoroti pentingnya orang tua dalam mengatasi fenomena paparan digital ini. Menurutnya, penggunaan gawai pada anak-anak harus dibatasi semaksimal mungkin, sebagai antisipasi dari dampak negatif dari gawai.

    "Inilah yang sejak awal harus kita pandu anak-anak kita ini untuk tidak mengakses informasi-informasi termasuk game-game yang mengandung kekerasan," ujarnya.

    Dia juga menegaskan bahwa saat ini, game anak-anak telah banyak disusupi oleh konten yang tidak pantas dilihat oleh anak, seperti judi online dan sebagainya yang dapat meracuni pikiran anak.

    Penggunaan gawai yang berlebihan juga dapat berdampak negatif pada fisik anak, Prof Mu’ti mengatakan bahwa ini dapat mengurangi aktivitas anak, karena ketika memainkan gawai, anak-anak kerap merasa malas untuk bergerak (mager).

    "Kalau kebanyakan mager, itu motoriknya kurang bergerak, peredaran darahnya kurang lancar dan mereka kemudian jadi anak yang emosional. Inilah yang saya kira perlu diantisipasi sejak dini," pungkasnya.

    4. Penjelasan Lengkap Wamenkomdigi

    Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Angga Raka Prabowo menjelaskan larangan anak-anak bermain game Roblox bertujuan melindungi mereka dari pengaruh negatif di ruang digital. Dia mengatakan pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi para pengguna-pengguna digital, terutama anak.

    "Karena statementnya Pak Mendikdasmen yang bilang melarang (game Roblox). Semangatnya beliau adalah sama dengan semangat kita semua. Kita ingin melindungi anak-anak kita dari hal-hal atau pengaruh-pengaruh negatif yang ada di dunia digital," kata Angga Raka di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa 5 Agustus 2025.

    Dia mengajak para orang tua juga ikut mengawasi kegiatan anak-anak di ruang digital. Angga menekankan pemerintah akan mendalami soal aturan dalam bermain game Roblox.

    "Kan di dalam game itu juga ada klasifikasi aturan-aturan di umur berapa anak itu boleh mengakses. Nah ini kita dalami, kita coba telusuri. Kalau ada di dalam game tersebut terindikasi atau terbukti melanggar dari aturan atau norma-norma yang ada, ya kita harus hadir, negara harus hadir untuk melindungi generasi bangsa," tuturnya.

    Meski begitu, Angga mengatakan pemerintah tak hanya fokus pada game Roblox saja, namun juga konten-konten digital lainnya yang membawa pengaruh negatif. Pemerintah, kata dia, tak ingin generasi muda terjebak di hal-hal negatif yang ada di dunia digital saat ini.

    "Bukan di game Robloxnya, apapun itu, kalau itu kita temukan ada hal-hal yang kita temukan bukti pelanggaran dan itu bisa membahayakan generasi muda kita, ya kita harus hadir gitu loh, pemerintah harus hadir, orang tua juga harus kita ingatkan untuk selalu mengawasi anaknya," tutur Angga.

    5. Istana Angkat Bicara

    Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti melarang murid bermain game Roblox. Gim itu dinilai banyak mengandung adegan kekerasan.

    Menanggapi pernyataan Mendikdasmen, Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi mengatakan, pemblokir permainan digital yang mengandung unsur kekerasan mungkin saja dilakukan jika memang terbukti berdampak negatif terhadap perilaku generasi muda.

    "Kalau memang kita merasa sudah melewati batas, apa yang ditampilkan di situ mempengaruhi perilaku dari adik-adik kita, ya tidak menutup kemungkinan (diblokir). Kalau memang itu mengandung unsur-unsur kekerasan, ya kita tutup, enggak ada masalah," kata Mensesneg Prasetyo Hadi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Demikian dikutip dari Antara, Rabu (6/8/2025).

    Prasetyo menekankan, perhatian pemerintah tidak hanya tertuju pada satu platform tertentu. Tetapi, mencakup seluruh bentuk konten digital yang berpotensi membentuk perilaku menyimpang pada anak-anak dan remaja, termasuk gim, siaran televisi, media sosial, hingga pemberitaan di media arus utama.

    Menurut dia, upaya melindungi generasi muda dari konten negatif merupakan tanggung jawab bersama, baik secara moral, etik, maupun sosial.

    Prasetyo mencontohkan, sejumlah peristiwa kekerasan yang melibatkan anak terhadap orang tuanya sebagai bentuk kekhawatiran atas pengaruh konten semacam itu.

    "Kita harus betul-betul mencoba mengurangi hal-hal yang bisa menumbuhkan sesuatu yang kurang baik bagi yang menonton, terutama bagi generasi muda-generasi muda kita," tutup Prasetyo.

    Loading

    Komentar
    Additional JS