ESDM dan Pelaku Usaha Dorong Pemanfaatan AI di Sektor Energi - Beritasatu
ESDM dan Pelaku Usaha Dorong Pemanfaatan AI di Sektor Energi

Jakarta, Beritasatu.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam mendukung transisi energi hijau di Indonesia.
Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba), Siti Sumilah Rita Susilawati menyebutkan pemanfaatan teknologi digital juga membuka peluang investasi yang lebih luas di sektor energi dan mineral.
“Dengan bantuan teknologi, misalnya big data itu bisa terbantukan, jadi semisal ada investor akan melakukan kegiatan penambangan, teknologi bisa dimanfaatkan dengan optimal,” ungkap Rita dalam acara Energi dan Mineral Festival 2025 di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Kamis (31/7/2025).
Untuk mempercepat transformasi digital, Ditjen Minerba saat ini tengah mengembangkan sistem Minerba One, sebuah platform terpadu yang mengintegrasikan modul-modul pertambangan bagi pengguna internal, instansi, dan badan usaha terdaftar.
“Jadi, pemerintah pun mau tidak mau, harus bertransformasi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada investor, kepada pelaku tambang. Seperti aplikasi terintegerasi menjadi satu sistem yang namanya Minerba One,” jelasnya.
Ditjen Minerba juga berharap kegiatan Energi dan Mineral Festival dapat terus menjadi katalisator dalam penguatan kebijakan energi nasional yang berpihak pada keberlanjutan dan kedaulatan sumber daya alam. Menurutnya, hal ini penting untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan PDB, dan memperkuat daya saing nasional.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey menegaskan penerapan AI di industri tambang semakin krusial untuk meningkatkan efisiensi waktu, biaya, dan proses produksi.
"AI sekarang bukan hanya alat bantu, tetapi sudah seperti karyawan baru. Apalagi harga komoditas sedang menurun, perusahaan harus berhemat. Maka AI dan sistem digital, seperti ChatGPT sangat membantu," ujar Meidy.
Ia menjelaskan, banyak perusahaan tambang yang kini mengandalkan AI untuk membuka lahan baru, menganalisis potensi wilayah, serta memproyeksikan biaya dan waktu produksi. Teknologi ini juga memungkinkan koordinasi langsung dengan kantor pusat di kota besar seperti Jakarta.
"Kontrol dari pusat ke lapangan tidak bisa lagi dilakukan bolak-balik. Jadi, penggunaan AI sangat vital, apalagi untuk site yang jauh. Beberapa perusahaan bahkan mengandalkan ChatGPT untuk mendapatkan masukan awal sebelum pengolahan akhir dilakukan oleh tim internal," jelas Meidy.
Namun, Meidy mengakui masih ada tantangan besar dalam penerapan digitalisasi, terutama terkait infrastruktur jaringan di daerah tambang terpencil.
"Permasalahan utama adalah koneksi. Di remote area, jaringan belum stabil dan kadang tidak ada sama sekali. Ini yang jadi hambatan utama dalam digitalisasi tambang," ungkapnya.
Untuk itu, APNI mendorong pemerintah memperkuat pembangunan infrastruktur digital di wilayah operasi tambang, sehingga transformasi berbasis AI dapat berjalan optimal.