6 Keterampilan Manusia yang Diyakini Tak Akan Tergantikan AI dalam 10 Tahun ke Depan - Kompas
KECERDASAN BUATAN,
6 Keterampilan Manusia yang Diyakini Tak Akan Tergantikan AI dalam 10 Tahun ke Depan
KOMPAS.com - Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan (AI) semakin merambah ke berbagai bidang pekerjaan.
Perkembangannya memunculkan kekhawatiran, mulai dari kalangan mahasiswa hingga pekerja, bahwa peluang kerja semakin terbatas karena potensi tergantikan teknologi.
AI saat ini sudah mampu menulis kode, menyusun laporan, menganalisis data, bahkan mengerjakan tugas-tugas kreatif.
Meski demikian, ada sejumlah keterampilan yang hanya dimiliki manusia dan sulit digantikan AI. Keterampilan ini diperkirakan tetap relevan hingga 10 tahun mendatang.
Lantas, apa saja keterampilan tersebut?
6 skill atau keterampilan yang tidak dapat digantikan AI
Sebagai pemahaman, berikut adalah beberapa skill manusia yang diyakini tidak dapat digantikan AI dan tetap relevan hingga 10 tahun ke depan:
1. Kecerdasan emosional (EQ)
Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain.
Keterampilan ini berperan penting dalam kepemimpinan, kolaborasi, resolusi konflik, dan hubungan dengan pelanggan.
Sebagaimana dilansir Times of India pada Senin (9/6/2025), AI bagaimanapun dapat menafsirkan data tetapi tidak memiliki pengalaman hidup seperti manusia yang dibutuhkan dalam interaksi.
Bidang seperti pendidikan, layanan kesehatan, konseling, dan manajemen sumber daya manusia merupakan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan skill ini.
2. Berpikir kritis dan independen
Berpikir kritis merupakan keterampilan dalam mengevaluasi sumber, mendeteksi bias, mempertanyakan asumsi, dan menerapkan logika.
Di era informasi yang berlebih, AI dapat terlihat meyakinkan dengan menghasilkan narasi serta menganalisis kumpulan data, namun tidak dapat berpikir kritis mengenai kesimpulan yang ia ciptakan sendiri.
Kecerdasan manusia penting untuk tetap menerapkan penilaian berbasis nilai dan moral.
Skill tersebut diketahui dibutuhkan dalam berbagai profesi seperti hukum, jurnalisme, pembuat kebijakan, serta penelitian.
3. Penalaran etis dan kerangka moral
Sistem AI saat ini semakin terintegrasi dan membantu manusia mengambil keputusan, baik publik maupun privat.
Namun, penting untuk tetap ada pengawasan etika dalam pengambilan keputusan tersebut dengan tetap mempertimbangkan konsekuensi dan kerugiannya.
Manusia, terutama yang profesional di bidangnya memiliki keterampilan etis untuk mengambill keputusan seperti tata kelola, kerangka regulasi, serta praktik yang bertanggung jawab.
Profesi yang banyak mengambil keputusan dan kerangka moral ada pada sektor hukum, kebijakan publik, dan pekerjaan sosial.
4. Kecerdasan budaya dan perspektif global
Seiring dengan perkembangan global, kemampuan untuk bekerja lintas budaya, identitas, dan sistem kepercayaan menjadi penting.
Kecerdasan budaya seperti norma sosial, gaya komunikasi di setiap daerah, hingga konteks historis dari suatu wilayah sangat penting untuk diketahui.
Di balik itu, sistem AI kesulitan dalam memahami budaya di setiap daerah maupun wilayah. Peran dalam diplomasi, bisnis internasional, dan pendidikan membutuhkan keterampilan ini.
5. Komunikasi dan persuasi
Saat ini, AI diketahui memiliki kemampuan dapat merangkai kalimat serta dapat menyampaikan informasi. Namun, AI tidak dapat menyusun narasi yang menarik dan mengubah opini.
Kemampuan manusia untuk bercerita, berbicara di depan umum, hingga berdebat masih menjadi skill yang belum tertandingi.
Komunikasi yang efektif tidak hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga membangun kepercayaan, mengatasi ambiguitas, dan menginspirasi.
Profesi yang banyak menggunakan skill ini adalah adalah akademisi, media, dan kepemimpian atau leadership.
6. Keingintahuan dan pembelajaran sepanjang hayat
Manusia memiliki sifat ingin tahu, dan memiliki keinginan untuk menjelajahi, mempertanyakan, dan memperluas batasan pengetahuan.
Sementara itu, AI tidak memiliki skill atau keterampilan tersebut. Padahal, skill tersebut penting untuk diterapkan dalam berbagai bidang pekerjaan, contohnya seperti penelitian.
Naluri manusia untuk terus belajar inilah yang mendorong lahirnya penemuan ilmiah, terobosan seni, dan inovasi-inovasi lainnya.