Browser AI ChatGPT Atlas Rilis, Saham Induk Google Anjlok - Kompas
Browser AI ChatGPT Atlas Rilis, Saham Induk Google Anjlok
Ringkasan berita:
- Saham Alphabet, induk Google dan Chrome sempat turun dari 253 dolar AS ke 244 dolar AS per lembar, sesaat setelah browser AI ChatGPT Atlas dirilis.
- Penurunan mendadak ini diduga dipicu kekhawatiran investor terhadap potensi ancaman ChatGPT Atlas bagi dominasi Google Chrome.
- Menurut analis Bank of America, basis pengguna global OpenAI memberi tekanan kompetitif yang besar bagi Google dan perusahaan teknologi lain di bisnis browser.
KOMPAS.com - Perusahaan kecerdasan buatan (AI) OpenAI resmi meluncurkan peramban (browser) internet yang sudah terintegrasi dengan chatbot ChatGPT, yaitu ChatGPT Atlas pada Selasa (21/10/2025) waktu AS.
ChatGPT Atlas memiliki fungsi serupa seperti browser internet lainnya macam Google Chrome, Safari, Mozilla Firefox, dkk.
Hanya saja, browser ini bertenaga AI, sehingga bisa dibilang "lebih pintar" karena mampu melakukan banyak hal secara otomatis lewat "mode agen".
Nah, kehadiran ChatGPT Atlas tampaknya membuat harga saham induk Google dan Chrome, yaitu Alphabet turun.
Berdasarkan data MarketWatch pada awal pembukaan pasar pada Selasa (21/10/2025) sekitar pukul 11.00 waktu EDT, saham Alphabet anjlok ke level 244 dollar AS (sekitar Rp 4 juta) per lembar.

Padahal dua jam sebelum turun, tepatnya pada pembukaan pasar di hari yang sama pukul 09.00 EDT, harga saham Alphabet berada di atas level 253 dollar AS (sekitar Rp 4,2 juta) per lembar.
Meski demikian, harga saham Google kembali perlahan naik ke angka 250 dolar AS (sekitar 4,1 juta) pada penutupan pasar pada hari yang sama sekitar pukul 16.00 EDT.
Walaupun belum diketahui pasti penyebab penurunan, namun anjloknya saham Alphabet berdekatan dengan momen peluncuran ChatGPT Atlas.
Hal ini menimbulkan dugaan bahwa ada kekhawatiran investor soal ancaman yang bisa diberikan ChatGPT Atlas terhadap Google Chrome.
Menurut seorang analis dari Bank of America, Justin Post, OpenAI memiliki basis pengguna global yang cukup besar.
Sehingga, produk barunya ini bisa meningkatkan "tekanan kompetitif" terhadap Google dan raksasa teknologi lainnya yang punya produk browser internet.
Persaingan browser AI makin ketat

Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari MarketWatch, Rabu (22/10/2025), persaingan browser internet berbasis AI sendiri kini semakin ketat.
Sebelumnya, Google telah menyematkan AI Gemini ke dalam Chrome, memungkinkan pengguna menanyakan dan membandingkan informasi dari berbagai halaman web langsung di peramban. Fitur ini bisa diakses melalui ikon AI di pojok kanan atas browser.
Kemudian, startup Perplexity juga meluncurkan browser AI bernama Comet pada Juli lalu. Awalnya hanya tersedia untuk pelanggan berbayar, kini Comet telah dibuka untuk semua pengguna.
Di sisi lain, putusan pengadilan soal monopoli (antitrust) terhadap Google baru-baru ini disebut membuka peluang bagi para pesaing.
Dalam putusan tersebut, Google dilarang membuat kontrak eksklusif untuk distribusi produknya, termasuk Gemini, serta diwajibkan membuka sebagian aset pencarian bagi kompetitor yang memenuhi syarat.