Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Ingin Cepat Kaya? Kerja, Jangan Judi - Kumpulan Informasi Teknologi Hari ini, Setiap Hari Pukul 16.00 WIB
    Home AI Featured Internet Kecerdasan Buatan Spesial

    Mesin Pencari AI Lebih Sering Kutip Situs Kurang Populer - Selular.id

    5 min read

     

    Mesin Pencari AI Lebih Sering Kutip Situs Kurang Populer

    Penulis :
    Mesin pencari berbasis AI menunjukkan kecenderungan mengutip situs yang kurang populer menurut studi terbaru

    Selular.id – Mesin pencari berbasis kecerdasan artifisial (AI) ternyata lebih sering mengutip situs web yang kurang populer dibandingkan mesin pencari tradisional seperti Google.

    Temuan ini terungkap dalam studi terbaru dari Ruhr University Bochum dan Max Planck Institute for Software Systems yang menganalisis karakteristik pencarian web di era AI generatif.

    Penelitian berjudul “Characterizing Web Search in the Age of Generative AI” tersebut membandingkan hasil pencarian standar Google dengan respons dari Google AI Overviews, Gemini 2.5 Flash, dan dua varian mode pencarian web GPT-4o.

    Tim peneliti menemukan bahwa sistem AI sering kali mengambil informasi dari website yang peringkat popularitasnya jauh lebih rendah.

    Dalam banyak kasus, sumber-sumber yang dikutip AI bahkan tidak muncul dalam 100 hasil teratas Google untuk kueri yang sama.

    Penelitian ini menggunakan berbagai kueri uji, termasuk pertanyaan pengguna nyata dari percakapan ChatGPT, topik politik dari AllSides, dan produk paling banyak dicari di Amazon.

    Menurut analisis menggunakan Tranco, alat peringkat domain, sumber yang digunakan mesin AI memiliki peringkat yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan sumber di hasil teratas Google.

    Hasil dari Gemini memiliki median peringkat domain di luar 1.000 teratas. Lebih dari setengah sumber yang dikutip Google AI Overviews tidak muncul dalam 10 hasil tradisional teratas, dan sekitar 40 persen sama sekali tidak ada dalam 100 hasil teratas.

    Namun, pergeseran menuju website yang kurang dikenal ini tampaknya tidak mengurangi kualitas informasi.

    Model berbasis GPT sering mengutip situs perusahaan dan konten ensiklopedis sambil menghindari media sosial. Studi menemukan bahwa hasil pencarian yang dihasilkan AI mengandung rentang “konsep” yang dapat diidentifikasi hampir sama dengan pencarian tradisional, menunjukkan bahwa sistem AI mempertahankan tingkat keragaman informasi yang sebanding.

    Baca Juga:

    Kompresi Informasi dan Dampaknya

    Karena model AI meringkas informasi alih-alih mencantumkan sumber individual, mereka sering memampatkan data dalam jumlah besar menjadi respons yang lebih pendek.

    Kompresi ini dapat menyebabkan hilangnya detail yang lebih kecil atau ambigu yang mungkin masih muncul dalam hasil pencarian tradisional.

    Peneliti juga mencatat bahwa alat pencari bertenaga AI mengalami kesulitan dengan topik sensitif waktu atau yang berubah dengan cepat.

    Mode hybrid GPT-4o, misalnya, kadang gagal memberikan informasi terbaru saat merespons kueri tentang peristiwa terkini atau subjek yang sedang tren.

    Fenomena ini menunjukkan bahwa masa depan pencarian bukan tentang lebih baik atau lebih buruk, melainkan tentang perbedaan.

    Jika studi ini benar, AI mungkin sedang membangun web yang lebih menghargai sintesis daripada popularitas, dan ini menulis ulang aturan otoritas online.

    Perkembangan mesin pencari AI ini terjadi dalam konteks persaingan yang semakin ketat di industri teknologi.

    Beberapa perusahaan besar telah mengembangkan alternatif pencarian sendiri untuk mengurangi ketergantungan pada Google. Berbagai alternatif mesin pencarian terus bermunculan seiring dengan perkembangan teknologi AI.

    Implikasi bagi Ekosistem Digital

    Temuan studi ini memiliki implikasi signifikan bagi ekosistem digital. Dengan AI yang lebih sering mengutip situs kurang populer, ada potensi redistribusi traffic web yang dapat menguntungkan publisher kecil dan menengah.

    Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana otoritas konten dinilai di era AI.

    Perubahan pola kutipan ini juga mempengaruhi platform pengetahuan tradisional. Seperti yang dilaporkan sebelumnya, Wikipedia mengalami penurunan pengunjung karena dominasi AI dan media sosial, menunjukkan pergeseran fundamental dalam cara orang mengakses informasi.

    Persaingan dalam industri mesin pencari semakin intensif, dengan berbagai perusahaan teknologi besar berinvestasi dalam pengembangan solusi pencarian berbasis AI. Apple diketahui telah mempersiapkan mesin pencarian untuk menyaingi Google Search, menandakan bahwa lanskap pencarian digital akan terus berevolusi.

    Kecenderungan AI untuk mengutip sumber yang kurang populer ini mungkin merefleksikan pendekatan yang berbeda dalam menilai kualitas konten.

    Daripada mengandalkan metrik popularitas tradisional seperti ranking domain, sistem AI mungkin menggunakan parameter yang lebih kompleks untuk mengevaluasi relevansi dan kredibilitas informasi.

    Perkembangan ini juga menyoroti pentingnya transparansi dalam bagaimana sistem AI memilih dan mengevaluasi sumber.

    Seiring dengan adopsi yang semakin luas, pemahaman tentang proses seleksi sumber menjadi semakin krusial bagi pengguna dan publisher konten.

    Masa depan pencarian web tampaknya akan ditandai dengan koeksistensi berbagai pendekatan, di mana pencarian tradisional dan berbasis AI saling melengkapi.

    Masing-masing menawarkan keunggulan berbeda dalam hal kedalaman informasi, kecepatan akses, dan cara penyajian konten.

    Komentar
    Additional JS