Guru di Jombang Ketiban Cuan Jutaan Rupiah Berkat Konten AI, Bikin Konten Cerita Sejarah Kerajaan - Suryamalang
Guru di Jombang Ketiban Cuan Jutaan Rupiah Berkat Konten AI, Bikin Konten Cerita Sejarah Kerajaan - Suryamalang.com
Ringkasan Berita:
- Medan Amrullah (30), konten kreator Artificial Intelligence (AI) khusus video sejarah kerajaan kini ketibang banyak cuan
- Ia adalah guru di Dusun Ngledok, Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang
Laporan Anggit Pujie Widodo
SURYAMALANG.COM, JOMBANG - Ada kisah menarik dari guru di Dusun Ngledok, Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang.
Sang guru merangkai potongan-potongan masa lampau menjadi visual yang hidup.
Guru itu bernama Medan Amrullah (30), konten kreator Artificial Intelligence (AI) khusus video sejarah kerajaan.
Medan Amrullah tidak pernah membayangkan bahwa hobi bereksperimen dengan teknologi kecerdasan buatan itu akan membawanya sejauh ini.
Aktivitas sekolah tetap dijalankan, namun sepulang mengajar, ia berubah menjadi ‘tukang rakit zaman’ lewat perangkat digital.
"Sudah dua tahun saya coba banyak tool AI. Tapi baru akhir-akhir ini videonya melejit," ucap Medan saat ditemui SURYAMALANG.COM, Senin (17/11/2025).

Sebelum dikenal publik, Medan kerap mencoba berbagai jenis konten.
Ada video bertema healing dengan wajahnya sendiri, sampai konten survival di alam liar. Semua itu ia buat dari rasa penasaran dan keinginan untuk belajar.
Namun capaian penontonnya tak seberapa sampai suatu hari ia membuat video sejarah.
Tanpa disangka, justru konten itulah yang membuka jalannya menuju popularitas.
Tampilan akhir videonya memang terlihat halus dan megah, namun jalan menuju hasil itu jauh dari sederhana.
Satu konten berdurasi sekitar tiga menit bisa memakan waktu 3-4 hari.
Dalam periode itu, Medan mengumpulkan hingga 100 video mentah untuk diseleksi satu per satu.
Ia menelusuri berbagai referensi visual, mulai dari bangunan kuno, pakaian era kerajaan, ornamen, bahkan koin dari masa lalu.
Karena ia menggunakan wajahnya sendiri sebagai karakter utama, proses pemindaian wajah juga harus dilakukan berulang, menyesuaikan konsep cerita.
"Dari ratusan itu saya pilih yang paling cocok. Lalu disusun ulang, digabung, diedit. Prosesnya panjang," ujarnya melanjutkan.
Untuk memastikan detail historis tetap terasa, Medan membaca buku dan jurnal sejarah.
Ia ingin karya yang dibuatnya bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga punya pijakan pengetahuan.
Menariknya, seluruh proses tersebut ia lakukan hanya dengan smartphone.
Ia bahkan lebih suka bekerja sambil nongkrong di warung kopi dibanding duduk di depan komputer.
"Lebih santai kalau kerja pakai HP. Tinggal pindah tempat kalau bosan," katanya melanjutkan.
Dua aplikasi menjadi andalan utama, yakni Sora 2 untuk produksi visual dan CapCut untuk penyuntingan.
Medan menyusun prompt secara bertahap. Ia menulis dalam bahasa Indonesia dulu, lalu menerjemahkannya ke bahasa Inggris agar lebih optimal diproses AI.
"Setiap kreator pasti punya formula prompt sendiri. Saya juga begitu, hasil dari trial and error," ungkapnya.
Usahanya itu kini membuahkan hasil. Konten sejarah yang ia unggah di media sosial terus menyedot perhatian.
Jumlah pengikutnya melesat, dan ia mulai memanfaatkannya untuk membuka berbagai layanan digital mulai jasa foto AI, video promosi UMKM, hingga kelas online belajar AI seperti Sora 2 dan VO3.
Perubahan terbesar bukan hanya pada jumlah penonton, tetapi pada kondisi finansialnya. Pesanan datang dari berbagai daerah, mulai Jombang hingga Sumatera.
Harga jasanya relatif terjangkau, mulai Rp 100 ribu per menit untuk video promosi UMKM, dan Rp 50 ribu untuk tiga foto AI.
Pada masa-masa ramai order, pendapatannya bisa mencapai Rp 1-2 juta per hari. Namun baginya, ketidakpastian adalah bagian dari profesi kreator.
"Tergantung ramai atau tidak. Kadang dapat lima atau enam orderan sehari, kadang dua, kadang kosong," bebernya melanjutkan.
Meski begitu, Medan merasa bersyukur. Dunia AI yang dulu hanya ia jamah sebagai bentuk rasa ingin tahu kini justru menjadi pintu rezeki yang tak terduga.
"Alhamdulillah, sekarang penghasilannya jauh lebih baik," pungkasnya.