Laporan 81 Persen Perusahaan di Indonesia Alami Kebocoran Data - Selular - Opsitek

Informasi Teknologi Pilihan

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Laporan 81 Persen Perusahaan di Indonesia Alami Kebocoran Data - Selular

Share This

 

Laporan 81 Persen Perusahaan di Indonesia Alami Kebocoran Data - Selular.ID

2 September 2021 23:00
3 min read
Semakin Gahar, Serangan Siber Pada Sektor Industri Kian Meningkat

Jakarta, Selular.ID – Trend Micro perusahaan keamanan siber, mengungkap terjadi peningkatan serangan siber dalam setahun terakhir.

Berdasarkan survei terbaru, 81% perusahaan di Indonesia mengalami kebocoran data pelanggan dalam 12 bulan ke depan. Temuan tersebut merupakan hasil dari laporan Trend Micro yang dilakukan setahun dua kali yaitu Cyber Risk Index (CRI), yang mengukur gap antara kesiapan keamanan siber para responden dan kemungkinan akan mengalami serangan.

“Berdasarkan temuan di Indonesia, kami melihat adanya peningkatan kekhawatiran akan risiko kebocoran data. Hal ini perlu mendapat respon cepat karena serangan siber menimbulkan dampak serius bagi perusahaan,” ujar Laksana Budiwiyono, Country Manager, Trend Micro Indonesia.

Pada semester pertama 2021, CRI melakukan survei ke lebih dari 3.600 bisnis dari berbagai ukuran dan industri di 24 negara, termasuk Indonesia.

CRI diukur berdasarkan skala -10 hingga 10 di mana nilai -10 mewakili tingkat risiko tertinggi. Cyber Risk Index Indonesia saat ini berada di level -0.12, yang termasuk dalam kategori Elevated Risk.

Dibandingkan tahun 2020, nilai CRI Indonesia mengalami penuruan, yang artinya saat ini Indonesia mengalami peningkatan risiko.

Dengan lebih dari setengah responden menyatakan mengalami kebocoran data pelanggan dalam 12 bulan terakhir, perusahaan harus mempersiapkan diri lebih baik dengan mengidentifikasi data penting yang memiliki risiko tinggi, fokus pada ancaman yang berdampak besar terhadap bisnis, dan menggunakan perlindungan berlapis dengan platform yang komprehensif dan saling terhubung.

Hasil survei menunjukan tiga konsuekensi negatif akibat serangan siber yang paling menjadi perhatian di Indonesia, yaitu kehilangan kekayaan intelektual (termasuk rahasia dagang), gangguan atau kerusakan pada infrastruktur penting dan biaya jasa yang harus dikeluarkan untuk konsultan atau ahli dari luar perusahaan.

Sedangkan temuan di Indonesia sendiri, 65% perusahaan di Indonesia mengatakan kemungkinan akan mengalami serangan siber serius dalam 12 bulan ke depan, 28% mengalami 7+ serangan siber pada jaringan/sistem, 20% mengungkap mengalami 7+ pelanggaran terhadap aset informasi dan 29% responden mengatakan telah mengalami 7+ pelanggaran data pelanggan selama setahun terakhir

“Laporan CRI dari Trend Micro sangat membantu perusahaan untuk memahami risiko serangan siber mereka dengan lebih baik, ujar Dr. Larry Ponemon, CEO untuk Ponemon Institute.

Dalam laporan ini ditemukan Ransomware dan Malicious Insiders merupakan dua dari jenis serangan siber yang menjadi perhatian utama perusahaan di Indonesia berdasarkan laporan CRI ini.

Serangan siber itu terbilang cukup beresiko karena menyasar keamanan dalam infrastruktur IT yang dianggap memiliki risiko paling tinggi meliputi penyedia dan infrastruktur cloud computing, kompleksitas dalam perusahaan, dan kurangnya tim yang memiliki keahlian yang dibutuhkan.

Beberapa tantangan utama dalam kesiapan keamanan siber yang ditunjukkan dalam hasil survei CRI antara lain kurangnya keselarasan antara tujuan keamanan TI dengan tujuan bisnis serta masih kurangnya diskusi dan sharing informasi mengenai threat intelligence antara perusahaan dan pemerintah di mana hal ini cukup penting dalam menangani serangan siber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages