Microsoft Akuisisi Activision Blizzard, Strategi Saingi Meta? - Liputan6

 

Microsoft Akuisisi Activision Blizzard, Strategi Saingi Meta?

Oleh Liputan6.com pada 23 Jan 2022, 08:52 WIB
Papan Nama Microsoft di Sebuah Gedung. Kredit: Mohammad Rezaie via Unsplash
Papan Nama Microsoft di Sebuah Gedung. Kredit: Mohammad Rezaie via Unsplash

Liputan6.com, New York - Microsoft mengumumkan akan membeli raksasa video gim Activision Blizzard USD 68,7 miliar atau setara Rp 986,1 triliun secara tunai sesuai kesepakatan pada Selasa, 18 Januari 2022.

Dengan demikian, Microsoft membayar sekitar USD 95 setara Rp 1,36 juta (asumsi kurs Rp 14.353 per dolar AS) per saham. Saham Activision menutup perdagangan Selasa, 18 Januari 2022  di level USD 82,31 setara Rp 1,18 juta atau naik lebih dari 25 persen.

Baca Juga

Sementara saham Microsoft justru berakhir memyusut setidaknya 2 persen. Ini menjadi akuisisi terbesar Microsoft hingga saat ini. Akuisisi jumbo terbesar perusahaan milik Bill Gates terjadi saat membeli LinkedIn pada 2016 senilai USD 26,2 miliar sebanding Rp 376,06 triliun.

Activision tersohor sebagai  dengan permainan populer seperti Call of Duty dan Pro Skater Tony Hawk. Meskipun terperosok akibat kontroversi selama beberapa bulan terakhir setelah laporan pelanggaran seksual dan pelecehan di antara para eksekutif perusahaan.

Pada Senin, 17 Januari 2022, Activision menyampaikan telah memecat puluhan eksekutif usai penyelidikan kasus tersebut.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, CEO Activision Bobby Kotick telah menghadapi petisi pengunduran diri imbas permasalahan budaya di dalam perusahaannya. Namun, Kotick tetap menjadi CEO selama masa transisi.

Microsoft mengungkapkan Activision akan akan melaporkan kepada bos Microsoft Xbox Phil Spencer setelah kesepakatan ditutup. Hal ini menyiratkan Kotick bisa angkat kaki setelah transisi. The Wall Street Journal melaporkan Selasa sore, 18 Januari 2022,  Kotick akan mundur setelah kesepakatan ditutup.

Microsoft berharap untuk menutup kesepakatan pada tahun fiskal 2023. Namun, regulator AS telah mengisyaratkan akan jauh lebih agresif dalam mengevaluasi akuisisi besar, terutama di industri teknologi. Sehingga ada kemungkinan kesepakatan itu gagal di bawah tinjauan pemerintah.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Akselerasi di Perusahaan Produsen Gim

Agar lebih terbuka, Microsoft akan segera merombak kantor pusatnya yang berlokasi di Redmond, Washington.
Agar lebih terbuka, Microsoft akan segera merombak kantor pusatnya yang berlokasi di Redmond, Washington.

Microsoft kian agresif terhadap perusahaan gim selama beberapa tahun terakhir. Tak heran perusahaan membeli pembuat Minecraft Mojang seharga USD 2,5 miliar pada 2014. Tahun lalu, Microsoft menyelesaikan akuisisi pembuat game Bethesda senilai USD 7,5 miliar.

Kesepakatan sekaligus realisasi visi jangka panjang bagi Microsoft karena bersaing dengan Meta (sebelumnya Facebook) untuk membangun teknologi guna menciptakan dunia virtual yang disebut metaverse. Faktanya, CEO Microsoft Satya Nadella adalah CEO Big Tech pertama yang secara terbuka mengakui nilai metaverse, beberapa bulan sebelum CEO Meta Mark Zuckerberg.

Saat ini, dunia virtual didominasi oleh gim. Harapan Microsoft adalah untuk berkembang demi memenuhi demografi lain dan menggantikan banyak aktivitas jejaring sosial tradisional online.

“Ketika kami memikirkan visi kami tentang apa itu metaverse, kami yakin tidak akan ada metaverse tunggal yang terpusat,” ujar Nadella pada Selasa, 18 Januari 2022, dikutip dari laman CNBC, ditulis Minggu (23/1/2022).

Perkataan itu mengartikan Nadella melihat peluang bagi banyak pembuat perangkat lunak untuk menciptakan banyak dunia virtual yang berbeda di masa depan. Alih-alih satu perusahaan dominan yang mengendalikan sebagian besar aktivitas.

3 dari 3 halaman

Teknologi Meta Microsoft Belum Mumpuni

Ilustrasi Microsoft (Liputan6.com/Sangaji)
Ilustrasi Microsoft (Liputan6.com/Sangaji)

Sayangnya, Microsoft belum memiliki headset realitas virtual kelas konsumen yang terjangkau yang diperlukan untuk memenuhi visi metaverse. Microsoft memang menjual headset augmented reality yang disebut HoloLens, tetapi perangkat itu melukis item digital di atas dunia nyata. Ini bukan pengalaman yang sepenuhnya imersif dan sebagian besar digunakan untuk aplikasi bisnis.

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC’s Becky Quick di Squawk on the Street,  Kotick mengutarakan kesepakatan itu terjadi setelah dia menyadari Microsoft memiliki teknologi untuk mendorong Activision maju dalam persaingan yang berkembang antara perusahaan teknologi untuk membangun metaverse.

Dalam wawancara yang sama, Spencer mengatakan pembicaraan tentang akuisisi dimulai antara kedua perusahaan akhir tahun lalu.

Saat ini, kedua perusahaan fokus dalam mengumumkan kesepakatan, dengan menyoroti kekuatan Activision dalam game mobile. Misalnya, Activision memiliki Candy Crush, salah satu game seluler paling populer dan menguntungkan. (Activision membeli penerbit Candy Crush, King, seharga USD 5,9 miliar pada 2016.) Mereka juga menyoroti peluang untuk mempromosikan silang waralaba game populer dari kedua perusahaan, seperti Halo Microsoft dan World of Warcraft Activision.

“Dua tahun terakhir khususnya telah menunjukkan betapa pentingnya permainan untuk membantu orang mempertahankan rasa kebersamaan dan memiliki, bahkan ketika mereka terpisah,” kata Nadella pada konferensi perusahaan usai pengumuman kesepakatan.

Dia menambahkan 3 miliar orang di seluruh dunia bermain video gim sehingga mengindikasikan  terkait target market yang besar terlihat oleh Microsoft.

Reporter: Ayesha Puri

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Tekno 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)