Pasca Invasi Rusia ke Ukraina, YouTube Blokir Iklan untuk Media Rusia - Pos Kupang

 

Pasca Invasi Rusia ke Ukraina, YouTube Blokir Iklan untuk Media Rusia

Editor: maria anitoda
Pesawat-pesawat Rusia membombardir kota-kota Ukraina setelah Vladimir Putin umumkan penyerangan terhadap Ukraina, Kamis 24 Februari 2022 dini hari.
Pesawat-pesawat Rusia membombardir kota-kota Ukraina setelah Vladimir Putin umumkan penyerangan terhadap Ukraina, Kamis 24 Februari 2022 dini hari.

POS-KUPANG.COM- Pasukan Rusia yang menyerang mendekati ibu Kota Ukraina, Kyiv pada hari Jumat berhasil mengepung beberapa kota di dekat ibu kota.

Hal itu dilakukan setelah pasukan Rusia melakukan serangan udara di kota-kota tersebut dan di pangkalan militer di seluruh negeri.

Dua ledakan besar menerangi langit malam di barat daya Keiv Minggu 27 Februari 2022 pagi dengan satu ledakan yang tampaknya berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota.

Ledakan itu terjadi setelah pasukan bersenjata Ukraina berusaha mempertahankan ibu kota.

Akibat penyerangan Rusia ke Ukraina ini, beberapa platform media sosial besar seperti facebook memblokir iklan untuk media Rusia.

Mengikuti Facebook, YouTube kini melarang outlet media milik Pemerintah Rusia RT dan saluran media Rusia lainnya menerima uang dari iklan video mereka yang tayang di YouTube.

Dengan pertimbangan "keadaan luar biasa," YouTube mengumumkan, mereka menjeda kemampuan sejumlah saluran media Rusia untuk memonetisasi di YouTube. Termasuk saluran milik tokoh-tokoh yang terkena sanksi dari Uni Eropa.

Melansir Reuters , video dari saluran yang terpengaruh di Rusia juga akan lebih jarang muncul dalam rekomendasi Youtube, kata juru bicara YouTube Farshad Shadloo.

Dia menambahkan, RT dan beberapa saluran lain tidak lagi dapat diakses di Ukraina karena permintaan pemerintah Ukraina.

Menteri Transformasi Digital Ukraina Mykhailo Fedorov mentweet sebelumnya pada hari Sabtu bahwa ia menghubungi YouTube"untuk memblokir saluran media propaganda Rusia, seperti Russia 24, TASS, RIA Novosti.

Selama bertahun-tahun, anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dan beberapa pengguna telah meminta YouTube, yang dimiliki oleh Google Alphabet Inc, untuk mengambil tindakan lebih besar terhadap saluran yang memiliki hubungan dengan pemerintah Rusia karena khawatir mereka menyebarkan informasi yang salah dan tidak boleh mengambil untung dari itu.

Rusia menerima sekitar US$ 7 juta hingga US$ 32 juta selama periode dua tahun yang berakhir pada Desember 2018 dari iklan di 26 saluran YouTube yang didukungnya, kata peneliti digital Omelas kepada Reuters saat itu. (Sumber Reuters)

Baca Juga

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)