Data Palsu dari ChatGPT Jerumuskan Seorang Pengacara di Amerika - tempo

 

Data Palsu dari ChatGPT Jerumuskan Seorang Pengacara di Amerika

Senin, 29 Mei 2023 13:36 WIB

Chatgpt. Shutterstock

TEMPO.COJakarta - Seorang advokat terjerat masalah, dituduh bicara bohong, karena ChatGPT. Gara-garanya, dia memanfaatkan chatbot AI milik OpenAI itu untuk riset kasus yang digunakannya sebagai dasar gugatan yang diajukannya di pengadilan. Belakangan, persidangan yang dijalaninya mengungkap kalau data yang digunakannya itu keliru, bahkan palsu alias fiktif.

Advokat itu adalah Steven A. Schwartz yang menggugat maskapai Kolombia, Avianca. Pada ringkasan kasus yang dibuat, ia mengutip 6 kasus yang ternyata fiktif. Penasihat lawan membuat pengadilan menyadari masalah ini, bahwa kutipan kasus yang disampaikan Schwartz sesungguhnya tidak pernah terjadi.

Hakim Distrik AS, Kevin Castel ,menegaskan, "Enam dari kasus yang diajukan tampaknya merupakan keputusan pengadilan palsu dengan kutipan palsu dan kutipan internal palsu." Selanjutnya, Castel mengadakan sidang dan mempertimbangkan sanksi untuk Schwartz.

Salah satu contoh kasus palsu yang ditemukan adalah kasus Varghese v. China Southern Airlines Co., Ltd.. Kasus ini diduga merujuk kepada kasus Zicherman v. Korean Air Lines Co., Ltd., tapi ini pun terlihat seperti tanggal dan detail lainnya juga salah karena disebutkan kasus itu diputus pada 2008, atau 12 tahun setelah keputusan di kasus aslinya.

Schwartz mengakui dalam pernyataan tertulis bahwa dia telah menggunakan ChatGT untuk riset kasusnya. Untuk verifikasi kasus Varghese v. China Southern Airlines Co., Ltd., dia kemudian melakukan satu-satunya hal yang masuk akal: dia bertanya kepada chatbot apakah itu bohong.

Ketika dia menanyakan sumbernya, ChatGPT kemudian meminta maaf atas kebingungan sebelumnya namun bersikukuh bahwa kasus tersebut nyata, dengan mengatakan bahwa itu dapat ditemukan di Westlaw dan LexisNexis. Schwartz juga mempertanyakan validitas kasus lainnya, dan ChatGPT menyatakan bahwa semuanya asli.

Schwartz mengatakan dia tidak menyadari kemungkinan bahwa isi yang diberikan chatbot AI bisa salah. Dia menyatakan sangat menyesal telah menggunakan kecerdasan buatan generatif untuk melengkapi penelitian hukum yang dilakukan di sini dan berjanji tidak akan pernah melakukannya di masa depan tanpa verifikasi mutlak keasliannya.

Kejadian ini kembali menegas bahwa penggunaan chatbot AI untuk penelitian tanpa memeriksa ulang dari sumber di tempat lain dapat menjerumuskan pengguna. Chatbot lain, saat debut Bing Microsoft sekarang terkenal terkait dengan kebohongan berwajah botak, gaslighting, dan manipulasi emosional. Lalu, Bard, chatbot AI Google, keliru fakta tentang James Webb Space Telescope dalam demo pertamanya.

THE VERGE, NYTIMES

Berita terkait

YouTube Memperkenalkan Fitur Dubbing dengan Bantuan AI

YouTube ingin mempermudah proses dubbing video dalam bahasa lain menggunakan bantuan AI

Cara Kerja Fitur Duet AI Google di Spreadsheet

2 jam lalu

Setelah memperkenalkan fitur Duet AI di Docs dan Slide, Google kini memperluas ke Spreadsheet

Pengacara New York Dihukum akibat Gunakan Kasus Fiktif dari ChatGPT

16 jam lalu

Pengacara New York Dihukum akibat Gunakan Kasus Fiktif dari ChatGPT

Seorang hakim menjatuhkan sanksi kepada dua pengacara New York yang mengajukan tuntutan hukum kasus fiktif yang dihasilkan ChatGPT.

Terpopuler: Cerita Seru Ridwan Kamil Usai Ikut Uji Coba Kereta Cepat, 9 Pekerjaan yang Tak Bisa Digantikan AI

1 hari lalu

Terpopuler: Cerita Seru Ridwan Kamil Usai Ikut Uji Coba Kereta Cepat, 9 Pekerjaan yang Tak Bisa Digantikan AI

Berita terpopuler bisnis pada Kamis, 22 Juni 2023 dimulai dari cerita seru Wakil Gubernur Jawa Barat usai ikut uji coba kereta cepat Jakarta-Bandung.

Daftar 9 Pekerjaan yang Tidak Bisa Digantikan Artificial Intelligence

2 hari lalu

Daftar 9 Pekerjaan yang Tidak Bisa Digantikan Artificial Intelligence

Berikut ini adalah beberapa pekerjaan yang tidak dapat digantikan artificial intelligence, diantaranya ada profesi hukum, dokter hingga sales

Pakar Ungkap Teknologi AI Bakal Ancam Demokrasi di Pemilu 2024

2 hari lalu

Kemampuan AI untuk merusak demokrasi harus menjadi perhatian khusus.

Wawancara Tempo dengan Duolingo: AI di Balik Kesuksesan Duolingo

3 hari lalu

Wawancara Tempo dengan Duolingo: AI di Balik Kesuksesan Duolingo

Berikut wawancara Tempo dengan Duolingo seputar AI, ChatGPT, hingga rencana jangkauan lebih banyak bahasa di masa mendatang.

Survei Populix: 45 Persen Karyawan Gunakan Platform Berbasis Kecerdasan Buatan

4 hari lalu

Survei Populix: 45 Persen Karyawan Gunakan Platform Berbasis Kecerdasan Buatan

Survei secara daring lewat aplikasi Populix pada April 2023 itu melibatkan 1.014 responden lelaki dan perempuan berusia 17-55 tahun.

Kadin Ungkap Baru 22 Persen dari Total UMKM yang Terdigitalisasi

4 hari lalu

Kadin Ungkap Baru 22 Persen dari Total UMKM yang Terdigitalisasi

Kadin Indonesia mengungkapkan masih banyak pekerjaan rumah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital, seperti minimnya jumlah UMKM yang terdigitalisasi.

Aturan Baru Grammy Awards Kekang Penggunaan Kecerdasan Buatan

5 hari lalu

Aturan Baru Grammy Awards Kekang Penggunaan Kecerdasan Buatan

Recording Academy, badan yang memberikan penghargaan musik paling diakui di dunia, Grammy Awards, berusaha untuk mengekang penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence di industri.

Baca Juga

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)