Awas! Polusi Udara Dalam Ruangan Sama Bahayanya dengan Luar Ruangan
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fawsimages.detik.net.id%2Fcommunity%2Fmedia%2Fvisual%2F2020%2F09%2F18%2Filustrasi-kerja-di-kantor-pakai-masker.jpeg%3Fw%3D600%26q%3D90)
Polusi udara seringkali digambarkan dengan kabut polusi di ruang terbuka, cerobong asap, dan kota-kota yang berasap. Penggambaran ini membuat kita lengah bahwa polusi udara tak hanya ada di luar ruangan tetapi juga di dalam ruangan.
Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature, polusi udara dalam ruangan membunuh lebih dari 3 juta orang pada tahun 2020, hampir sebanyak yang terjadi di luar ruangan. Namun sebagian besar isu polusi udara di dalam ruangan tidak diperhatikan oleh sains dan tak tersentuh kebijakan.
Tiga ilmuwan yang terdiri dari Christopher Whitty, kepala penasihat medis pemerintah Inggris, dan rekannya Deborah Jenkins dan Alastair Lewis, menunjukkan hal yang harus dilakukan oleh para peneliti dan pembuat kebijakan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang mengurangi polusi tak hanya di luar ruangan tetapi juga di dalam ruangan.
Menurut pengamatan para penulis penelitian ini, kebanyakan orang menghabiskan 80-90% waktunya di dalam ruangan, di rumah, sekolah, dan tempat kerja. Namun, berbeda dengan polusi luar ruangan yang memiliki standar terperinci dan dapat ditegakkan secara hukum (di sejumlah negara), area di dalam ruangan tidak tunduk pada kontrol kualitas udara yang serupa.
Seperti dikutip dari Nature, Jumat (16/6/2023) para penulis penelitian ini berupaya menarik perhatian pada sesuatu yang telah diabaikan terlalu lama. Edukasi tentang hal ini terhambat oleh ketidaktahuan kita tentang fakta-fakta dasar, seperti apa sebenarnya polusi udara dalam ruangan.
Polusi di dalam ruangan termasuk senyawa yang sudah dikenal seperti karbon monoksida dan karbon dioksida dari pembakaran batu bara, dan nitrogen oksida dari boiler gas alam. Namun ada juga banyak sumber lain, misalnya bahan kimia dari senyawa sintetik pada cat dan kain, jamur dari bangunan yang lembap, serta virus dan bakteri dari napas manusia.
Para peneliti perlu berbuat lebih banyak untuk memahami bagaimana semua ini beredar, bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain, dampaknya terhadap kesehatan manusia dan bagaimana mereka akan terpengaruh oleh perubahan iklim.
Meskipun polusi udara dalam ruangan merupakan masalah global, strategi yang tepat untuk memeranginya akan bervariasi antar wilayah, negara, dan bahkan lokalitas. "Gaya dan material konstruksi, iklim dan sumber energi, serta perilaku dan praktik budaya, semuanya memengaruhi udara dalam ruangan", kata penulis.
Namun, yang jelas, sama seperti orang yang lebih miskin dan terpinggirkan secara tidak proporsional dipengaruhi oleh kualitas udara luar yang buruk, polusi udara dalam ruangan juga merupakan sumber ketidaksetaraan. Di Afrika sub-Sahara misalnya, 700 ribu orang diperkirakan meninggal akibat polusi udara dalam ruangan pada tahun 2019. Banyak di antaranya akibat efek partikel dari kompor biomassa dalam ruangan. Alternatif yang lebih bersih memang ada, tetapi penggunaannya dalam skala besar membutuhkan banyak intervensi berbasis penelitian, mulai dari teknik dan desain hingga ilmu perilaku.
Di negara yang lebih kaya atau lebih dingin, orang dengan pendapatan lebih rendah cenderung mengandalkan gas atau bahan bakar padat untuk pemanas, atau tinggal di rumah yang terkena kelembapan dan jamur.
Intervensi yang ditargetkan untuk meningkatkan kualitas udara dengan, misalnya, memberi insentif untuk beralih ke bahan bakar yang lebih bersih, dapat menjadi situasi yang saling menguntungkan, dengan efek pelengkap yang menyenangkan dalam membantu dekarbonisasi juga.
"Namun, adalah penting bahwa dekarbonisasi, peningkatan bangunan, dan peningkatan kualitas udara dalam ruangan, sebanyak mungkin, disampaikan secara merata di seluruh masyarakat," kata penulis.
Pada akhirnya, tambah penulis, sains harus lebih siap ketika diminta untuk memberi nasihat tentang berbagai strategi. Polusi udara dalam ruangan harus menjadi perhatian utama kesehatan masyarakat, sama seperti polusi di luar ruangan. "Ini adalah salah satu niat baik yang tidak boleh hilang dalam kepulan asap," tutup penulis.
Simak Video "Kualitas Udara di Jakarta Dinilai Tidak Sehat"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar