Begini Cara Artificial Intelligence Curi Kata Sandi Lewat Suara
Jakarta, Beritasatu.com - Kemampuan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) benar-benar membahayakan, bahkan bisa dipakai untuk meretas kata sandi. Tentunya ini bisa sangat mengancam keamanan data pribadi.
Sebuah penelitian mengungkapkan, AI mampu mengakses kata sandi melalui metode 'mendengarkan' apa yang Anda ketik, bahkan dengan tingkat akurasi hingga 95%. Proses kerja kecerdasan buatan ini berlangsung dengan mengidentifikasi pola gelombang, intensitas, dan rentang waktu dari setiap tekanan tombol.
BACA JUGA
Dilansir dari metro.co.uk, Kamis (17/8/2023), tim peneliti dari Universitas Cornell telah berhasil melatih model kecerdasan buatan dengan menggunakan rekaman audio dari orang-orang yang sedang mengetik. Dengan memanfaatkan data tersebut, model kecerdasan buatan ini dapat mengenali variasi suara yang dihasilkan oleh tiap tombol yang ditekan.
Eksperimen ini kemudian diujikan menggunakan mikrofon terintegrasi pada ponsel yang ditempatkan dekat dengan keyboard MacBook Pro. Hasilnya, ketika mikrofon menerima suara dari tekanan tombol, model kecerdasan buatan berhasil mengidentifikasi tombol yang ditekan dengan akurasi mencapai 95%.
Perlu dicatat bahwa tingkat kebisingan keyboard tidak memiliki pengaruh terhadap kesuksesan serangan ini. Kecerdasan buatan bekerja dengan mengenali pola gelombang, intensitas, dan waktu dari tiap tekanan tombol.
Sebagai contoh, kecerdasan buatan dapat mengetahui bahwa pola mengetik Anda cenderung menghasilkan tekanan tombol dalam rentang waktu tertentu, yang berbeda dari tombol lainnya.
Bahaya AI
Kekhawatiran terhadap bahaya AI sebelumnya juga sudah banyak dibicarakanb. Center for AI Safety (CAIS) belum lama ini mengeluarkan peringatan yang menyebutkan AI dapat memiliki dampak berbahaya seperti perang nuklir dan pandemi global. Peringatan ini juga didukung oleh tokoh besar di industri AI, termasuk Sam Altman, kepala OpenAI yang menciptakan ChatGPT.
BACA JUGA
Dilansir dari Business Insider, Kamis (17/8/2023), salah satu risiko yang sering disebut adalah AI yang keluar dari kendali penciptanya. AI memiliki tingkat kecerdasan yang setara atau bahkan lebih tinggi daripada manusia dalam berbagai tugas. Sistem AI saat ini tidak hidup, tetapi diciptakan untuk meniru kecerdasan manusia. Misalnya, ChatGPT dibuat untuk memberikan pengalaman percakapan dengan manusia, kata Janis Wong dari Alan Turing Institute.
Para ahli berbeda pendapat tentang bagaimana sebaiknya mendefinisikan AI, tetapi mereka umumnya sepakat bahwa teknologi potensial ini membawa bahaya bagi manusia dan perlu diteliti dan diatur dengan baik. Contoh paling nyata dari bahaya ini adalah persaingan militer antar negara. Dalam skenario masa depan di mana kita memiliki sistem yang lebih pintar daripada manusia, kemungkinan besar sistem tersebut akan kehilangan kendali dan bisa berakhir dengan membunuh semua orang.
Selain itu, ada konsensus berkembang bahwa AI merupakan ancaman bagi beberapa pekerjaan. Abhishek Gupta, pendiri Institut Etika AI Montreal mengatakan bahwa hilangnya pekerjaan akibat AI adalah ancaman eksistensial yang paling realistis, langsung, dan mendesak.
Para CEO mulai berbicara terbuka tentang rencana mereka untuk menggunakan AI. Misalnya, CEO IBM, Arvind Krishna, baru-baru ini mengumumkan bahwa perusahaan akan memperlambat rekrutmen untuk peran yang dapat digantikan oleh AI.
Komentar
Posting Komentar