Indosat Dikabarkan Jual Aset Fiber Optik Rp 15,3 Triliun, Ini Kata Manajemen
Jakarta, Beritasatu.com - PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT), emiten telekomunikasi dan penyedia layanan seluler dikabarkan sedang menjajaki penjualan aset dan saham pada unit bisnis fiber optik sebesar US$ 1 miliar atau setara Rp 15,34 triliun. Rencana ini sejalan dengan minat investor global yang tinggi terhadap infrastruktur digital di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Saat Investor Daily mengonfirmasi kabar tersebut, Senior VP Corporate Communication PT Indosat Ooredo Hutchison Tbk Steve Saerang menyebutkan, bahwa akan memberikan informasi setiap ada aksi korporasi kepada publik. “Jika ada aksi perusahaan, kami akan informasikan kepada otoritas, pemegang saham, dan publik,” jelas Steve kepada Investor Daily, Jumat (8/9/2023).
Indosat disebut sedang menjajaki rencana ini lebih dalam. Namun saat in masih dalam tahap penjajakan dan bersifat awal. Tidak menutup kemungkinan perusahaan juga akan membatalkan rencana ini di kemudian hari.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya CK Hutchison Holdings Ltd dan Ooredoo QPSC dari Qatar menggabungkan bisnis telekomunikasi mereka di Indonesia. Aksi yang bernilai US$ 6 miliar tahun lalu itu dilakukan sebagai upaya kedua belah pihak untuk merebut persaingan di Asia Tenggara yang memiliki jumlah pelanggan terbanyak.
Indosat Ooredoo Hutchison (ISAT) mencatatkan laba bersih Rp 1,91 triliun pada semester I 2023 atau turun 41,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,26 triliun. Penurunan laba bersih perusahaan terjadi di tengah pendapatan yang tercatat meningkat 9,5% secara tahunan menjadi Rp 24,67 triliun.
Basis pelanggan Indosat tercatat mencapai 100 juta dalam pada semester I 2023 atau naik 3,9% dari periode sama 2022.. Average revenue per user (ARPU) tumbuh moderat menjadi Rp 34.300 dalam enam bulan pertama tahun ini dari semula Rp 33.500 pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Trafik data tumbuh 16,8% secara tahunan pada semester pertama 2023, dengan cakupan jaringan perusahaan juga meningkat seiring peningkatan jumlah BTS 4G yang mampu menangani trafik yang tinggi.
Meski pendapatan naik, beban perusahaan tercatat tumbuh pesat dengan laju lebih cepat atau tercatat mengalami kenaikan 21,2% dari semula hanya Rp 16,43 triliun kini menjadi Rp 19,91 triliun dalam enam bulan pertama tahun ini.
Komentar
Posting Komentar