Makin Populer, YouTube Shorts Malah Bikin Khawatir? Halaman all - Kompas.com
KOMPAS.com - YouTube merilis fitur video pendeknya, YouTube Shorts, secara global pada 2020 lalu. Indonesia kebagian fitur ini pada Juli 2021. Sejak kemunculannya, minat konsumen terhadap video pendek secara global pun meningkat.
Kendati begitu, Shorts yang kian popular justru dianggap mengkhawatirkan karena dapat berdampak pada model bisnis YouTube secara keseluruhan.
Merujuk pada laporan yang dipublikasi The Financial Times, seperti yang dirangkum KompasTekno, Selasa (5/9/2023), karyawan senior YouTube mengaku diri mereka khawatir Shorts bakal mencaplok bisnis utama dari video panjang YouTube.
Perusahaan yang dinaungi Alphabet (perusahaan induk Google) ini melihat adanya kenaikan jumlah penonton (viewers) dan engagement konten sejak kemunculan Shorts. Akan tetapi, peningkatan tersebut juga menarik penonton dari video panjang untuk beralih ke video pendek.
Saat Jokowi Bercanda soal Kepanjangan Hipmi #Shorts
Baca juga: Bagaimana agar Video di YouTube Ditonton secara Terbatas?
Selama ini, konten video panjang YouTube sudah menjadi sumber pendapatan utama bagi perusahaan. Apabila video pendek lebih banyak diminati, dikhawatirkan konten kreator lebih berfokus pada video pendek ketimbang video panjang.
“Pertemuan rapat terbaru terkait strategi YouTube telah mendiskusikan risiko terkait video panjang, yang mana konten tersebut dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan bagi perusahaan, tetapi tidak diminati secara format,” ungkap Financial Times.
Fenomena ini kerap membuat YouTube dilema terkait popularitas Shorts yang kian meningkat. Walau terdapat kenaikan minat di kalangan audiens, data tersebut bertolak belakang dengan sistem perusahaan.
YouTube menghasilkan pendapatannya melalui iklan, khususnya di konten video panjang, sedangkan video berdurasi pendek tidak diperbolehkan menyisipkan terlalu banyak konten iklan.
Pernyataan tersebut mengindikasikan tingginya minat konsumen terhadap Shorts tidak memberi kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan di perusahaan.
Baca juga: TikTok Vs IG Reels vs Youtube Shorts, Mana yang Lebih Potensial Hasilkan Cuan?
Upaya-upaya yang dilakukan sejauh ini adalah mencari cara atau metode lain untuk meningkatkan pendapatan iklan di konten YouTube Shorts. Namun, seperti yang disebut sebelumnya, konten kreator dilaporkan tengah mengunggah lebih sedikit video berdurasi panjang.
Terimpit keadaan
Lihat Foto
Google memang berupaya meningkatkan interaksi dan engagement konten di YouTube, tetapi di saat yang bersamaan, perusahaan juga harus memikirkan cara untuk meraup keuntungan. Jadi, dapat dikatakan YouTube tengah terimpit oleh keadaan.
“Pada Oktober 2022, YouTube melaporkan penurunan pendapatan iklan kuartalan pertamanya sejak perusahaan mencoba melakukan laporan performa secara terpisah pada 2020,” tulis laporan FInancial Times.
Baca juga: 6 Fitur Baru YouTube Shorts untuk Saingi TikTok, Salah Satunya Remix
“Memasuki dua kuartal selanjutnya, YouTube kembali melaporkan penurunan pendapatan, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu,” lanjut laporan tersebut.
Menurut kepala divisi teknologi Enders Analysis, Joseph Teasdale, upaya mendorong YouTube Shorts kepada miliaran penggunanya, bahkan mengorbankan pendapatan iklan bakal menjadi langkah yang defensif.
“YouTube menyuguhkan konten Shorts di depan miliaran pengguna, bahkan harus mengorbankan pendapatan iklan. Upaya ini menjadi langkah defensif,” jelas Joseph, seperti yang dikutip KompasTekno dari India Today.
Video panjang YouTube tak terganti
Laporan-laporan di atas menyebut bahwa YouTube Shorts dikhawatirkan akan memengaruhi bisnis utama YouTube. Namun, perusahaan bersikukuh bahwa Shorts tidak akan menggantikan video berdurasi panjang.
YouTube menyebut bahwa konten Shorts dirancang sebagai pelengkap dan bukan untuk bersaing. Format video yang berbeda bisa dimanfaatkan setiap kreator untuk menghasilkan konten.
“Shorts dirancang untuk melengkapi, bukan bersaing dengan semua format lain yang digunakan untuk kreator konten. Kami senang dengan kesuksesan yang ada dan percaya hal tersebut dapat menawarkan medium yang berbeda untuk mendorong audiens baru ke format yang berbeda,” jelas YouTube.
Guna mengurangi atau bahkan menghilangkan kekhawatiran yang ada, YouTube disebut harus lebih berfokus pada fitur-fitur yang dapat meningkatkan pendapatan. Misalnya, fitur ringkasan berteknologi AI (Artificial Intelligence/kecerdasan buatan), rekap acara NFL (pertandingan sepak bola AS), dan sebagainya.
Di satu sisi, Google juga perlu melakukan sejumlah kompromi di sejumlah bisnisnya agar dapat mendukung YouTube Shorts. YouTube perlu berinvestasi lebih banyak terhadap kreator Shorts, atau menawarkan insentif lebih terhadap konten eksklusif.
Upaya-upaya seperti ini tampaknya dapat membuat kreator atau pengguna baru beralih ke Shorts sehingga dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan untuk YouTube.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Komentar
Posting Komentar