Ini Penyebab Kecepatan Internet di Indonesia Paling Lelet
Jakarta, Beritasatu.com - Dalam setiap riset yang dirilis Speedtest Global Index, kecepatan internet Indonesia masih tergolong lelet. Pada kuartal II 2023 mencapai 24,21 Mbps, menempatkan Indonesia di peringkat 96 secara global. Di kawasan ASEAN, Indonesia berada di peringkat ke-8 dari 10 negara yang diukur.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif, kecepatan internet Indonesia yang masih tertinggal disebabkan oleh pemerataan jaringan yang belum baik. Apalagi Indonesia merupakan wilayah kepulauan dengan kondisi geografis yang luas dan menantang, sehingga jika dirata-ratakan pasti akan rendah.
“Apabila dibandingkan antara Jakarta dengan Singapura, mungkin kita tidak terlalu kalah, tetapi kalau berbicara Indonesia, ya jelas tertinggal,” kata Arif dalam acara diskusi Selular Business Forum (SBF) 2023, di Jakarta, Senin (2/10/2023).
Menurut Arif, yang harus menjadi fokus saat ini adalah pemerataan, bukan kualitas. Setelah jaringannya sudah merata, baru kualitasnya ditingkatkan. Pemerintah dan pelaku industri harus memiliki pandangan yang sama terkait hal ini.
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg2.beritasatu.com%2Fcache%2Fberitasatu%2F620x350-2%2F2023%2F10%2F1696246990-1469x858.webp)
Sementara itu, anggota Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Indonesia (ATSI), Rudi Purwanto mengusulkan agar pemerintah dapat mengganti penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang selama ini menjadi beban operator seluler dengan hal lainnya, salah satunya pemerataan jaringan hingga ke pelosok.
“Saat ini regulatory charge untuk operator seluler lebih dari 10%, ini tidak sehat. Kami berharap pemerintah dapat mengganti PNBP, termasuk biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dengan misalnya pemerataan jaringan hingga daerah pelosok. Ini bisa meningkatkan rangking kecepatan internet di Indonesia yang tertinggal,” kata Rudi.
Direktur Ekonomi Digital dari Celios, Nailul Huda menambahkan, ekonomi digital harus dinikmati segala kalangan, termasuk yang tinggal di daerah 3T atau tertinggal, terdepan, terluar.
“Dunia industri dan pemerintah harus saling bahu membahu. Pemerintah juga memberikan insentif yang diharapkan dapat membuat operator telekomunikasi bisa lebih sehat pendapatannya," kata Huda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar