Miris! Gamer Indonesia Sedikit Banget yang Beli Game Lokal
Diketahui kalau jumlah gamer di Indonesia itu sudah berkembang pesat. Tapi sedihnya, ternyata mereka lebih suka main game kompetitif garapan developer asing, dibandingkan produk dalam negeri.
Shieny Aprilia, Co-founder dan CEOAgate, mengatakan selisihnya itu sangat jauh. Katanya saat ini lebih banyak pemain game kompetitif.
"Miris. Jadi market size-nya tuh jauh. Saya nggak punya angka pasti ya. Cuma jauh, lebih gede yang kompetitif. Cuma free to play untuk beli skin dan upgrade. Secara data kaya gitu. Extremely lebih gede yang free to play market," kata Shieny kepada detikINET di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (17/10/2023).
Namun menurutnya, bila mengacu pada hardcore gamer, yakni seseorang yang memang sudah terbiasa membeli judul-judul premium, industri game single player bisa bersaing. Tapi kembali lagi, jika sudut pandangnya melebar, Shieny bilang gamer kurang terbiasa membeli game.
"Terbiasa beli game murah. Playstation Rp 20 ribu mereka merasa udah beli, padahal itu bajakan. Kurang teredukasi sih menurut saya. Kecuali mungkin orang-orang yang sampai sekarang main game. Tapi itu tadi jadi niche market," ujarnya.
Untuk menanggulangi hal tersebut, ternyata Agate sudah punya siasatnya. Sayangnya mereka belum bisa membeberkan terkait caranya bisa menarik hati gamer game kompetitif di Indonesia.
"Kita ada inisiatif lagi di belakang layar. Cuma belum bisa diomongin. Cuma kita ada sih beberapa eksperimen lah ya untuk bisa mulai go mainstream at least ke Indonesia. Kalau sekarang kita pinginnya adalah goals jangka pendeknya, kayak streamer game di Indonesia yang 'oh developer Indonesia ini' mereka kayak langsung top of mind-nya ada ke situ. Kalau sekarang kan 'oh game Indonesia apa ya', mungkin mereka langsung mikir-mikir," pungkasnya.
Oleh sebab itu, pemasukan Agate dikatakan lebih banyak berasal dari gamer di luar Indonesia. Shieny menambahkan, penjualan terbesar mereka saat ini dari Eropa dan Amerika Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar