Kemitraan Indonesia-AS untuk Semikonduktor Dinilai Tak Sekonkret Vietnam
Penulis: Jayanty Nada Shofa | Editor: WBP

Jakarta, Beritasatu.com - Indonesia dan Amerika Serikat (AS) menyepakati peningkatan hubungan bilateral menjadi kemitraan strategis komprehensif atau comprehensive strategic partnership (CSP) meliputi berbagai sektor, termasuk bidang semikonduktor dalam pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih, Senin (13/11/2023). Status CSP ini disebut-sebut sebagai babak baru dalam hubungan bilateral Indonesia-AS.
“Memang ada intensi (niat) untuk meningkatkan kerja sama di bidang semikonduktor antara Indonesia dan AS," kata peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Muhammad Habib kepada wartawan di Jakarta, Kamis (16/11/2023).
Dia mengatakan Vietnam juga telah mencapai status CSP serupa dengan AS pada September 2023. Namun, kemitraan strategis AS-Indonesia di bidang semikonduktor, belum menawarkan poin-poin konkret. "Jika kita bandingkan CSP Indonesia-AS dan CSP Vietnam-AS, jauh lebih konkret Vietnam,” ucap Habib.
Dia memberikan contoh AS memiliki inisiatif untuk pengembangan tenaga kerja semikonduktor melalui kerangka CSP AS-Vietnam.
Mengacu dokumen fact sheet atau lembar fakta yang dikeluarkan Gedung Putih, lewat status CSP Indonesia-AS, kedua negara akan menciptakan rantai nilai semikonduktor global. Kerja sama diawali dengan reviu sistem semikonduktor Indonesia serta kerangka peraturan (regulatory framework), kebutuhan tenaga kerja, serta infrastruktur. AS juga menyatakan niatnya bekerja sama dengan asosiasi industri untuk membawa delegasi perusahaan semikonduktor AS ke Indonesia. Namun, lembar fakta tersebut tidak menyebutkan pendanaan atau perusahaan semikonduktor AS yang berencana berinvestasi di Indonesia.
Sedangkan berdasarkan dokumen fact sheet Gedung Putih serupa terkait kemitraan CSP AS-Vietnam, kedua negara akan mengembangkan tenaga kerja komprehensif di Vietnam. Kedua negara bersama-sama membangun laboratoirum pengajaran dan pelatihan untuk perakitan, testing, dan packaging semikonduktor. AS juga sepakat memberikan US$ 2 juta sebagai pendanaan awal (initial seed funding). Nantinya inisiatif ini juga akan didukung Pemerintah Vietnam serta sektor swasta.
Vietnam juga cukup populer di kalangan produsen semikonduktor AS. Amkor Technology asal Arizona AS meresmikan pabrik senilai US$ 1,6 miliar di Bac Ninh, Veitnam pada bulan lalu. Selain itu, Synopsys meluncurkan pusat desain dan inkubasi bekerja sama Saigon HI-Tech Park. Tak hanya itu, Marvell juga berencana membangun pusat desain semikonduktor di Ho Chi Minh.
“Beberapa perusahaan-perusahaan semikonduktor AS yang juga menanamkan investasi di Vietnam, membuka pusat penelitian, pusat desain, atau pusat manufaktur. Synopsys, Marvell, dan Amkor Technology, misalnya. Sedangkan di Indonesia, kita belum melihat ada inisiatif serupa dari AS,” ujar Habib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar