Matahari Made in China Cetak Rekor Dunia, Bikin Bulan Buatan Juga - detikinet

Matahari Made in China Cetak Rekor Dunia, Bikin Bulan Buatan Juga

By Rachmatunnisa
detikcom
January 1, 2023
Matahari Made in China Cetak Rekor Dunia, Bikin Bulan Buatan Juga. Foto: Dok. Xinhua/Zhang Chaoqun
Matahari Made in China Cetak Rekor Dunia, Bikin Bulan Buatan Juga. Foto: Dok. Xinhua/Zhang Chaoqun
Jakarta -

Dalam beberapa tahun belakangan, negara-negara maju makin giat mengembangkan sumber energi baru terbarukan dari reaktor fusi nuklir China adalah yang paling agresif mengembangkan teknologi yang disebut Matahari buatan ini. Mereka bahkan juga menciptakan Bulan buatan.

Reaktor fusi nuklir dirancang untuk meniru reaksi fusi seperti Matahari menggunakan gas hidrogen dan deuterium sebagai bahan bakar. Energi fusi dianggap sebagai "energi pamungkas" yang ideal untuk masa depan energi netral karbon karena gas hidrogen dan deuterium berlimpah di laut.

Berikut adalah rangkuman tentang teknologi Matahari dan Bulan buatan sepanjang tahun 2022.

Matahari buatan China cetak rekor

Reaktor energi fusi Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) milik China mencetak rekor dunia pada Januari 2022. Matahari made in China ini bertahan selama 1.056 detik pada suhu plasma tinggi, durasi terlama untuk reaktor energi fusi tersebut sejauh ini.

Sebelumnya di bulan Mei 2021, EAST mencetak rekor berjalan selama 101 detik pada suhu 120 juta derajat Celcius. Rekor baru ini tercapai setelah tim ilmuwan mengumumkan bahwa putaran baru pengujian akan dilakukan oleh Institute of Plasma Physics under the Chinese Academy of Sciences (ASIPP).

Institut yang terletak di Hefei, Provinsi Anhui, China timur ini, telah mengalirkan listrik lebih dari 10.000 kali sejak peresmian fase II EAST pada tahun 2011.

China ciptakan Bulan buatan

Selain terus mengembangkan kemampuan reaktor energi fusi EAST, ilmuwan China juga menciptakan Bulan buatan. Berbeda dengan Matahari buatan yang diciptakan untuk sumber energi baru terbarukan, teknologi Bulan buatan digunakan untuk kepentingan riset, guna mensimulasikan lingkungan gravitasi rendah.

Bulan buatan tersebut berada di ruang kedap udara, dengan diamater 60cm. Adapun Bulan yang sesungguhnya diameternya 3.474 kilometer.

Kondisinya dibuat semirip mungkin dengan keadaan Bulan, baik bebatuan atau pun debunya. Selain itu juga ada medan magnet yang cukup kuat untuk mengangkat obyek kecil seperti kacang atau katak.

Fasilitas Bulan buatan ini membuat para ilmuwan bisa menguji coba peralatan di lingkungan yang mirip Bulan sehingga saat dibuat nanti bisa meminimalisir kesalahan.

Matahari buatan terbesar dunia pecahkan rekor

Tak hanya China yang mengembangkan Matahari buatan. Eksperimen tokamak Joint European Torus (JET) yang bertempat di Inggris membuat rekor baru untuk daya yang dihasilkan oleh semburan plasma panas.

Reaktor tokamak melingkar berbentuk seperti donat ini mencapai energi 59 megajoule. Ini adalah tingkat tertinggi baru untuk reaktor yang membutuhkan energi sangat besar untuk mencapai kecepatan operasional.

JET adalah bagian dari Culham Center for Fusion Energy di luar Oxford, Inggris. Pusat ini adalah laboratorium nasional untuk penelitian fusi nuklir di Inggris, yang sebelumnya dikenal sebagai UKAEA (U.K. Atomic Energy Authority) Culham.

Matahari made in Korsel pun cetak rekor

Korea Selatan pun berhasil melakukan eksperimen fusi nuklir yang stabil dan berkelanjutan. Matahari buatan Korsel mencapai suhu 100 derajat Celcius dan bisa bertahan selama 30 detik pada September 2022.

Tim ilmuwan Korsel menggunakan teknik edge transport barrier yang dimodifikasi pada perangkat Korea Superconducting Tokamak Advanced Research (KSTAR) untuk mencapai kepadatan plasma yang jauh lebih rendah. Pendekatan mereka tampaknya meningkatkan suhu di inti plasma dan menurunkannya di tepi, yang mungkin akan memperpanjang umur komponen reaktor.

Selanjutnya: Negara-negara yang Kembangkan Matahari Buatan

Negara-negara yang mengembangkan Matahari buatan

Sebagian besar ilmuwan setuju bahwa kekuatan fusi yang layak masih memerlukan waktu beberapa dekade lagi. Namun kemajuan dalam berbagai eksperimen terus berkembang. Eksperimen yang dilakukan pada tahun 2021 dan 2022, menciptakan reaksi yang cukup energik untuk bisa beroperasi mandiri.

Matahari buatan ITER yang dibangun di Prancis selatan, digadang-gadang akan menjadi reaktor fusi terbesar di dunia ketika mulai beroperasi pada tahun 2035, lebih besar dari JET yang dikembangkan di Inggris dan menjadi yang terbesar sejauh ini.

ITER juga menjadi proyek terbesar manusia yang melibatkan kolaborasi berskala internasional. Di dalamnya termasuk ada Amerika Serikat, Rusia, Korea Selatan, Jepang, China, India, dan Uni Eropa.

Masing-masing dari negara ini juga punya Matahari buatan yang dikembangkannya sendiri di negara mereka, seperti China, Korsel, Inggris, Amerika Serikat, bahkan India.

India bisa menjadi kuda hitam dalam perkembangan teknologi reaktor fusi, karena memiliki peran utama di ITER. Para ilmuwan dari Institute of Plasma Research di Ahmedabad, sejak lama telah memandu produksi industri komponen penting ITER seperti pelindung dinding, sistem air pendingin, dan kriogenik.

Bahkan, suprastruktur untuk peralatan utama reaktor, di mana vakum dipertahankan untuk membantu mendinginkan plasma, dibuat oleh perusahaan Larsen & Toubro asal India.

Sejak membangun tokamak pertamanya yang diberi nama Aditya pada 1980-an, India telah membuat kemajuan luar biasa dalam penelitian fusi dan mengoperasikan Steady State Superconducting Tokamak (SST) canggih yang mengatasi sifat 'on-off' dari tokamak konvensional dalam memanaskan plasma.

Hanya beberapa negara yang telah mengembangkan SST generasi berikutnya ini. EAST buatan China misalnya, adalah tokamak yang dirancang untuk operasi kondisi mapan. Untuk diketahui, para engineer China yang membangun Matahari buatan tersebut, semua "diasuh" oleh program ITER.

Dengan modal tersebut, bukan tidak mungkin India akan terpacu membuat Matahari buatan sendiri. Mereka harus menggunakan partisipasinya di ITER untuk membuka langkah berikutnya dalam membangun reaktor fusi di tanah India dalam beberapa dekade mendatang.

Download report Year in Review 2022 di sini.

Ikuti berita menarik detikINET lainnya di Google News.

Baca Juga

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)