Axiata Terus Cuci Gudang: Setelah Nepal, Kini Giliran Myanmar - Selular ID

 

Axiata Terus Cuci Gudang: Setelah Nepal, Kini Giliran Myanmar - Selular

Selular.ID – Raksasa telekomunikasi asal Malaysia, Axiata Group, terus melanjutkan upaya untuk mempertahankan kinerja, meski harus melakukan divestasi anak-anak usaha.

Aksi “Cuci Gudang” terbaru yang dilakukan induk usaha XL Indonesia itu, adalah menjual menjual bisnis menara telekomunikasinya di Myanmar.

Seperti dilansir The Star (5/4/2024), penjualan tersebut ternyata di bawah biaya investasi aslinya. Namun terpaksa dilakukan demi mencari cara memangkas pinjaman besar-besaran yang berjumlah hampir RM25 miliar.

Axiata, di mana Khazanah Nasional Bhd dan Employees Provident Fund secara kolektif memiliki lebih dari 50% kepemilikan ekuitas, mengumumkan bahwa bisnis menara tersebut akan dijual seharga US$150 juta (RM713 juta) tunai kepada pembeli yang dirahasiakan.

Untuk diketahui pada 2015, unit Axiata, Edotco, membeli 75% saham Digicel Asia Holdings, yang memiliki aset menara Myanmar, seharga US$125 juta.

Sekitar setahun kemudian, Axiata mengumumkan akuisisi tambahan 12,5% saham dalam bisnis tersebut senilai US$35 juta.

Baca Juga: Jelang Lebaran, XL Axiata Siap Hadapi Lonjakan Trafik Layanan

Secara kumulatif, Axiata membayar US$160 juta untuk 87,5% saham yang dimilikinya di bisnis menara telekomunikasi di negara yang kini dikuasai junta militer itu.

Patut dicatat, bahwa harga jual aset Myanmar sebesar US$150 juta lebih rendah dibandingkan penurunan nilai sebesar RM887,9 juta (sekitar US$187 juta) yang tercatat pada tahun keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2023, menyusul keputusan Axiata untuk keluar dari negara yang masih dilanda konflik tersebut.

Pada akhir 2023, total pinjaman Axiata mencapai RM24,84 miliar. Sebagian besar pinjaman dalam mata uang dolar AS. Sebagai perbandingan, total kas dan setara kas Axiata berjumlah RM3,45 miliar.

Usulan divestasi aset Myanmar tersebut antara lain harus mendapat persetujuan regulator dan diharapkan selesai dalam waktu 12 bulan sejak tanggal perjanjian jual beli saham.

“(Divestasi) tersebut diperkirakan tidak akan berdampak material terhadap aset bersih konsolidasi, aset bersih per saham, gearing (rasio keuangan untuk membandingkan ekuitas pemilik dengan peminjam), dan laba konsolidasi Axiata untuk tahun keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2024.

“Dewan direksi Axiata, setelah mempertimbangkan semua aspek, berpendapat bahwa usulan divestasi di Myanmar adalah demi kepentingan terbaik Axiata,” katanya.

Pada Kamis (4/4/2024), saham Axiata ditutup pada RM2,61 per saham, turun sebesar 0,76%. Sekitar 10,44 juta saham telah berpindah tangan.

Baca Juga: XL Axiata Tebar Promo XL Satu dan XL Satu Biz selama Ramadan 2024

Lepas Ncell Nepal, Axiata Kantungi US$ 50 Juta

Sebelum menjual bisnis tower di Myanmar, Axiata diketahui juga telah melepas anak usahanya di Nepal, Ncell Axiata pada Desember 2023.

Keputusan menjual Ncell Axiata dilakukan, setelah tinjauan terhadap lingkungan bisnis lokal menyebutkan, bahwa melanjutkan operasi dengan perpajakan yang tidak adil dan ketidakpastian peraturan tidak akan berkelanjutan bagi perusahaan.

Anak perusahaan grup tersebut, Axiata Investments, menandatangani perjanjian tanpa syarat dengan Spectrlite UK untuk penjualan Reynolds Holdings, yang memiliki 80 persen saham di Ncell Axiata.

Total pertimbangan untuk transaksi yang diusulkan dibagi antara jumlah tetap sebesar $50 juta dan jumlah bersyarat bergantung pada kinerja bisnis masa depan dan distribusi yang diumumkan oleh Ncell.

Dalam pengajuan pasar saham, Axiata Group menjelaskan pihaknya mempercepat keluarnya perusahaan tersebut mengingat paparan pajak berganda, risiko yang terkait dengan berakhirnya lisensi selular perusahaan pada 2029, dan potensi pengambilalihan sahamnya oleh pemerintah.

Ncell membayar pajak keuntungan modal sebesar NPR47 miliar ($352,3 juta) sebagai “kewajiban penuh dan final” dan menerima konfirmasi dari otoritas pajak pada April 2020 bahwa tidak ada pajak lebih lanjut yang tersisa sehubungan dengan akuisisi Reynolds pada 2016.

Dengan menjual Ncell, Axiata Group kini hanya menguasai 7 operator di kawasan Asia dengan kepemilikan bervariasi. Masing-masing Celcom (100%) – Malaysia, XL (83,8%)- Indonesia, Dialog Telekom (85%) – Sri Lanka, Robi (70%)  – Bangladesh, HELLO (100%) – Kamboja, Idea Cellular (19,1%) – India, dan M1 (29,7%) – Singapura.

Baca Juga: Induk Usaha XL, Axiata Group Kantungi US$50 Juta Hasil Penjualan Ncell Nepal

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Tekno 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)