Jaringan 5G Belum Merata di Indonesia, APSMC Bahas 6G - Selular ID

 

Jaringan 5G Belum Merata di Indonesia, APSMC Bahas 6G

JAKARTA, SELULAR.ID – Saat Indonesia masih belum melakukan pemerataan jaringan 5G, jaringan 6G sudah jadi pembicaraan di Indonesia dan negara-negara Asia Pasifik.

Mereka membicarakan jaringan 6G di negara-negara Asia Pasifik termasuk Indonesia, dalam konferensi The 10th Asia Pacific Spectrum Management Conference (APSMC) 2024.

Dalam acara tersebut, wakil dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yakni Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kemenkominfo Ismail juga membahas terkait jaringan 6G.

Ismail mengatakan bahwa banyak penyedia teknologi nirkabel baru, konsultan, regulator, dan operator berpartisipasi dalam acara ini untuk berbagi praktik terbaik dalam manajemen spektrum frekuensi 6G dan satelit baru.

“APSMC 2024 diharapkan dapat memberikan wawasan, ide, dan inovasi untuk pengelolaan spektrum yang lebih baik serta implementasi teknologi baru seperti IMT-2030 (6G) dan teknologi satelit baru,” kata Ismail, Selasa (23/4/2024).

TONTON JUGA:

Wacanakan 6G

Sebelumnya, pada bulan Januari lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi akhir pekan lalu.

Dia mengungkapkan kalau semua pihak harus bersiap untuk mengadopsi jaringan 6G sebagai penerus 5G.

“Saat ini kita perlu memiliki visi jauh ke depan, tidak hanya percepatan development 5G, namun juga harus mulai mempersiapkan diri untuk adopsi konektivitas 6G,” kata Budi Arie, dalam siaran pers Kominfo, Minggu (21/1/2024).

Menkominfo mengatakan, pemerintah terus mendorong pengembangan konektivitas digital untuk mempercepat adopsi internet of things (IoT) di Indonesia.

“Untuk mengejar perkembangan yang ada, pemerintah terus mendorong pengembangan konektivitas digital sebagai enabler utama dalam mempercepat adopsi internet of things di Indonesia,” katanya.

Baca juga: Indonesia Masih Pusing Pemerataan 5G, Diluar Sudah Buat Chip Semikonduktor Untuk 6G dan 7G

Menurutnya, teknologi IoT yang salah satunya bisa dikembangkan untuk smart city (kota pintar) dapat meningkatkan efisiensi biaya, waktu, dan peningkatan produktivitas.

“Integrasi melalui Internet of Things dalam smart city berpotensi meningkatkan efisiensi biaya, waktu, dan peningkatan produktivitas seperti memotong emisi karbon, memperbaiki sistem pengelolaan limbah, dan sebagainya,” beber dia.

Budi Arie melanjutkan, hasil penelitian McKinsey (2018) menunjukkan penerapan smart application dapat mengurangi tingkat kekerasan sebesar 8-10 persen serta memperbaiki sistem transportasi publik di sebuah kota.

“Dikombinasikan dengan teknologi seperti kecerdasan artifisial, big data analytics, dan cloud computing, kehadiran smart city diharapkan mampu memenuhi enam aspek smart city seperti smart society, smart environment, dan smart living, yang dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas hidup kita,” tuturnya.

Kendati begitu dia mengakui kalau upaya mewujudkan penerapan teknologi IoT di Indonesia masih memiliki beberapa tantangan.

“Seperti aspek biaya pengembangan teknologi yang tidak murah, penyedia kebutuhan talenta digital yang banyak, kebutuhan infrastruktur keamanan yang kuat, serta persiapan legislasi yang memadai,” tutur Budi Arie.

Baca juga: Guru Jadi Profesi yang Paling Banyak Gunakan Pinjol

Firma riset OpenSignal sebelumnya mengatakan kalau Indonesia masih lambat dalam mengembangkan jaringan 5G ketimbang negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Filipina, Malaysia, Thailand, hingga Singapura.

“Indonesia tertinggal jauh dari negara-negara lain, di mana pengguna 5G di Indonesia hanya menghabiskan 1 persen waktunya untuk menggunakan sinyal 5G,” tulis OpenSignal dalam laporannya yang dimuat November 2023 lalu, dikutip Minggu (21/1/2024).

OpenSignal menjelaskan, kesenjangan yang mencolok dalam ketersediaan 5G ini merupakan faktor utama yang mengurangi potensi keunggulan teknologi 5G di Indonesia.

Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk tidak tersedianya pita spektrum 5G utama seperti pita 3,5GHz yang menyebabkan ketergantungan pada spektrum yang lebih terbatas pada pita 2,3GHz atau 1800 MHz.

“Selain itu, geografi kepulauan di negara ini menghadirkan tantangan yang unik, karena membangun jaringan 5G yang komprehensif di banyak pulau merupakan hal yang rumit secara logistik dan memerlukan investasi yang besar,” kata OpenSignal.

Ikuti berita Selular.id di Google News

Komentar

Baca Juga

Opsi Media Informasi Group

Arenanews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsiin