Konflik Timur Tengah Pecah, Sektor Jasa Keuangan Siap Memitigasi Dampaknya - Selular
Selular.ID – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepakat menilai stabilitas sektor keuangan, terutama di pasar modal Indonesia masih terjaga dan mampu menghadapi peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah.
Aman Santosa, Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan menjelaskan Indonesia punya fundamental dengan pertumbuhan ekonomi yang terjaga di atas 5%.
Baca juga: Minyak Berpotensi Naik Masih Dipicu Konflik Israel-Iran dan Menguatnya Dolar
Selain itu, kekuatan Indonesia juga datang dari tingkat inflasi yang masih berada di rentang target Bank Indonesia, neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus hingga tersedianya ruang fiskal.
Sektor keuangan nasional terjaga stabil didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang manageable.
“OJK mencermati perkembangan terkini di Timur Tengah dan dampaknya terhadap kinerja intermediasi dan stabilitas sistem keuangan nasional ke depan,” kata Aman.
Aman menuturkan sampai dengan Februari 2024, eksposur lembaga jasa keuangan (LJK) secara langsung terhadap kawasan Timur Tengah relatif terbatas.
Surat berharga dengan penerbit dari Timur Tengah yang dimiliki perbankan domestik hanya sebesar Rp1,3 triliun atau 0,06 persen dari total surat berharga yang dimiliki perbankan, sementara asuransi dan perusahaan pembiayaan tidak memiliki surat berharga dengan penerbit dari Timur Tengah.
Sementara itu di pasar saham, nilai kepemilikan saham investor dari Timur Tengah tercatat sebesar Rp65,73 triliun atau sekitar 2 persen dari total nilai kepemilikan saham investor non-residen.
Kepemilikan LJK (pengendali) oleh investor di Timur Tengah tercatat hanya di perbankan dengan asset share sebesar 0,1 persen dari total aset perbankan.
Ke depan, buffer untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan di tengah potensi eskalasi konflik di Timur Tengah dinilai masih cukup memadai.
Hal itu mempertimbangkan kondisi tingkat permodalan yang tertinggi di kawasan, risiko nilai tukar yang cukup terkendali yang terlihat dari Posisi Devisa Netto (PDN) perbankan harian posisi awal April 2024 yang jauh di bawah ambang batas, yakni sebesar 1,67 persen dengan ambang batas 20 persen, serta likuiditas dalam mata uang rupiah dan valas yang masih ample.
Namun demikian, OJK akan tetap mencermati perkembangan risiko pasar lembaga jasa keuangan dan mencermati pembiayaan ke sektor-sektor yang memiliki exposure tinggi terkait konflik di israel, termasuk mencermati kondisi individual LJK.
OJK meminta LJK untuk senantiasa melakukan evaluasi terkait potensi dampak transmisi dari perkembangan perekonomian global dan domestik terhadap portofolio yang dimilikinya dan melakukan langkah mitigasi yang diperlukan.
OJK juga terus berkoordinasi dengan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) serta berkomitmen mengeluarkan kebijakan yang dibutuhkan secara tepat waktu.
Baca juga: 10 Perusahaan Terkemuka Israel yang Kiprahnya Berdampak Global
Selular.ID – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepakat menilai stabilitas sektor keuangan, terutama di pasar modal Indonesia masih terjaga dan mampu menghadapi peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah.
Aman Santosa, Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan menjelaskan Indonesia punya fundamental dengan pertumbuhan ekonomi yang terjaga di atas 5%.
Baca juga: Minyak Berpotensi Naik Masih Dipicu Konflik Israel-Iran dan Menguatnya Dolar
Selain itu, kekuatan Indonesia juga datang dari tingkat inflasi yang masih berada di rentang target Bank Indonesia, neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus hingga tersedianya ruang fiskal.
Sektor keuangan nasional terjaga stabil didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang manageable.
“OJK mencermati perkembangan terkini di Timur Tengah dan dampaknya terhadap kinerja intermediasi dan stabilitas sistem keuangan nasional ke depan,” kata Aman.
Aman menuturkan sampai dengan Februari 2024, eksposur lembaga jasa keuangan (LJK) secara langsung terhadap kawasan Timur Tengah relatif terbatas.
Surat berharga dengan penerbit dari Timur Tengah yang dimiliki perbankan domestik hanya sebesar Rp1,3 triliun atau 0,06 persen dari total surat berharga yang dimiliki perbankan, sementara asuransi dan perusahaan pembiayaan tidak memiliki surat berharga dengan penerbit dari Timur Tengah.
Sementara itu di pasar saham, nilai kepemilikan saham investor dari Timur Tengah tercatat sebesar Rp65,73 triliun atau sekitar 2 persen dari total nilai kepemilikan saham investor non-residen.
Kepemilikan LJK (pengendali) oleh investor di Timur Tengah tercatat hanya di perbankan dengan asset share sebesar 0,1 persen dari total aset perbankan.
Ke depan, buffer untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan di tengah potensi eskalasi konflik di Timur Tengah dinilai masih cukup memadai.
Hal itu mempertimbangkan kondisi tingkat permodalan yang tertinggi di kawasan, risiko nilai tukar yang cukup terkendali yang terlihat dari Posisi Devisa Netto (PDN) perbankan harian posisi awal April 2024 yang jauh di bawah ambang batas, yakni sebesar 1,67 persen dengan ambang batas 20 persen, serta likuiditas dalam mata uang rupiah dan valas yang masih ample.
Namun demikian, OJK akan tetap mencermati perkembangan risiko pasar lembaga jasa keuangan dan mencermati pembiayaan ke sektor-sektor yang memiliki exposure tinggi terkait konflik di israel, termasuk mencermati kondisi individual LJK.
OJK meminta LJK untuk senantiasa melakukan evaluasi terkait potensi dampak transmisi dari perkembangan perekonomian global dan domestik terhadap portofolio yang dimilikinya dan melakukan langkah mitigasi yang diperlukan.
OJK juga terus berkoordinasi dengan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) serta berkomitmen mengeluarkan kebijakan yang dibutuhkan secara tepat waktu.
Baca juga: 10 Perusahaan Terkemuka Israel yang Kiprahnya Berdampak Global
Komentar
Posting Komentar