Derita Penjual Motor Listrik Bekas, Susah Temukan Pembeli
Jakarta, Beritasatu.com - Pemilik motor listrik mulai merasakan susahnya menjual kembali kendaraan roda dua kesayangan mereka itu. Pembeli atau peminat motor listrik bekas ternyata sangat susah ditemukan.
Padahal mereka sudah menjual motor listrik tersebut lebih murah 50% dibanding saat pertama kali beli. Uniknya meski harga sudah sangat turun, peminat motor listrik bekas justru sangat sedikit.
"Saya sudah menjual motor listrik milik selama dua minggu ini. Selama itu baru satu orang saja yang menelpon," ujar Iqbal, salah seorang pemili Smoot Tempur yang tinggal di Bintaro, Jakarta Selatan kepada Beritasatu.com, Kamis (16/5/2024).
Ia mengaku baru dua tahun memiliki motor listrik tersebut. Hanya saja ia terpaksa menjual motor listrik buatan Indonesia itu karena alasan tertentu.
Saat ini ia menjual Smoot Tempur di harga Rp 9 juta. Harga itu jauh lebih murah dibanding ia membeli motor listrik itu dengan harga Rp 18 juta.
Sayangnya hingga saat ini masih belum banyak orang yang berminat dengan motor listrik miliknya itu. "Satu orang yang nelepon itu bahkan menawar di harga Rp 6 juta. Padahal saya kalau ditawar Rp 8 juta sudah dilepas," katanya jujur.
Pengalaman yang sama dirasakan Dedy Setiadi warga Pondok Ungu, Jakarta Berat pemilik motor listrik Viar Q1. Hingga kini ia kesulitan menjual motor listrik yang juga dibuat di Indonesia itu.
Saat ini ia menjual motor listrik itu di harga Rp 6 juta. Harga itu turun 50% dibanding harga pertama kali ia membelinya di angka Rp 16 juta.
"Susah juga menjualnya karena kayaknya sekarang sudah banyak motor listrik baru yang harganya juga murah," terang Dedy Setiadi.
Ia mengatakan motor listrik itu akhirnya lebih banyak digunakan untuk kebutuhan jarak pendek seperti berbelanja ke pasar, mengantar anak ke sekolah, hingga pergi ke minimarket.
Sementara Awan Setiawan Head of Sales & Marketing United E-Motor mengatakan turunnya harga mobil listrik bekas dan minimnya peminat memang tidak bisa dihindari. Pasalnya produsen motor listrik belum bisa mengimbangi pabrikan motor bensin atau motor konvensional.
"Produsen motor listrik ada yang belum punya pabrik sendiri, distibutor, leasing sendiri dan showroom motor bekas milik sendiri. Hal inilah yang membuat resale value motor listrik turun," ujarnya.
Harga jual kembali motor listrik jadi turun dan sepi peminat karena memang tidak didukung empat item di atas. Alhasil penjual motor listrik bekas harus mati-matian menjual motor listrik kesayangan mereka.
Menurut Awan Setiawan hal itu bisa diatasi jika produsen motor listrik menawarkan opsi pembelian kembali atau buy back. Artinya produsen motor listrik siap membeli agar pemilik tidak mengalami kerugian yang lebih besar lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar