Dampak Hadirnya Starlink, KPPU Awasi Predatory Pricing - Selular

 

Dampak Hadirnya Starlink, KPPU Awasi Predatory Pricing - Selular

Selular.ID – Masuknya Starlink ke pasar retail jasa layanan internet segera menjadi perhatian publik.

Starlink sebagai salah satu alternatif penyedia jasa internet di Indonesia mendapatkan respon yang beraneka ragam di masyarakat.

Baca juga: 4 Usulan APJII Kepada Pemerintah Terkait Layanan Starlink

Muncul kekhawatiran dengan masuknya Starlink ke pasar, layanan internet akan berdampak kepada persaingan usaha yang tidak sehat pada sektor ini.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memanggil regulator dan pemangku kepentingan untuk mendengar mengenai dampak hadirnya Starlink di Indonesia.

Usai pertemuan, Komisioner KPPU Hilman Pujana menjelaskan, kemunculan teknologi merupakan sebuah keniscayaan. Termasuk dalam teknologi penyediaan layanan internet.

KPPU menyatakan akan mengawasi layanan penyedia jasa internet (PJI) berbasis satelit Starlink di Indonesia.

Hal itu agar tercipta persaingan yang sehat antarpelaku usaha di sektor penyediaan layanan internet.

“Saat pemain baru masuk ke pasar, tentunya ini menjadi domain KPPU terkait perilakunya di pasar, dan ini tidak hanya kepada pemain yang baru, tapi juga kepada pemain yang existing,” ujar Hilman.

Dia berharap dengan adanya Starlink sebagai pemain baru di industri jasa internet, iklim usaha di sektor tersebut bisa tetap kondusif bagi seluruh pelaku usaha dan memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat.

Terkait isu dugaan predatory pricing, Hilman mengatakan bahwa pembuktiannya membutuhkan proses.

“Kalau dari sisi praktek di competition tentunya (pembuktian) predatory pricing butuh proses, jadi tidak hanya kita bicara orang jual lebih murah, bukan seperti itu konsepnya. Pelaku usaha yang melakukan predatory pricing ini ada beberapa persyaratan untuk bisa disebut sebagai aksi dari predatory pricing,” ujarnya.

KPPU berharap meskipun dengan adanya kehadiran pemain baru, iklim usaha yang ada di Indonesia ini bisa tetap kondusif. Hal ini agar para pelaku usaha yang ada tetap bisa berusaha dan berkembang.

“Di KPPU kita pasti akan lakukan monitor, tapi tidak hanya kepada Starlink, kepada semua pelaku usaha sektor telekomunikasi kita lakukan pengawasan,” kata Hilman.

Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Ine Minara S. Ruky menjelaskan, predatory pricing adalah strategi bisnis dengan niat untuk menyingkirkan persaingan.

Oleh sebab itu dia menilai, penetapan harga layanan Starlink yang lebih murah dari operator lokal belum termasuk predatory pricing.

“Harga predator itu kan maksudnya untuk mencapai posisi monopoli, jadi dia menetapkan harga yang lebih murah dari biaya untuk mendapatkan posisi monopoli setelah semua pesaing yang ada tersingkir dari pasar,” jelas Ine.

“Kalau misalnya menetapkan harga yang lebih murah dengan batasan waktu, itu promosi, promotional pricing atau harga promosi, itu biasa dalam bisnis. Penetrasinya biasanya dalam beberapa bulan atau beberapa minggu, itu tergantung bisnisnya. Namanya harga penetrasi kan biasa bagi pemain baru, itu biasa,” tutup Ine.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Starlink: Tinjauan Layanan Internet Satelit

Wulandari Pramesti
Wulandari Pramesti

Selular.ID – Masuknya Starlink ke pasar retail jasa layanan internet segera menjadi perhatian publik.

Starlink sebagai salah satu alternatif penyedia jasa internet di Indonesia mendapatkan respon yang beraneka ragam di masyarakat.

Baca juga: 4 Usulan APJII Kepada Pemerintah Terkait Layanan Starlink

Muncul kekhawatiran dengan masuknya Starlink ke pasar, layanan internet akan berdampak kepada persaingan usaha yang tidak sehat pada sektor ini.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memanggil regulator dan pemangku kepentingan untuk mendengar mengenai dampak hadirnya Starlink di Indonesia.

Usai pertemuan, Komisioner KPPU Hilman Pujana menjelaskan, kemunculan teknologi merupakan sebuah keniscayaan. Termasuk dalam teknologi penyediaan layanan internet.

KPPU menyatakan akan mengawasi layanan penyedia jasa internet (PJI) berbasis satelit Starlink di Indonesia.

Hal itu agar tercipta persaingan yang sehat antarpelaku usaha di sektor penyediaan layanan internet.

“Saat pemain baru masuk ke pasar, tentunya ini menjadi domain KPPU terkait perilakunya di pasar, dan ini tidak hanya kepada pemain yang baru, tapi juga kepada pemain yang existing,” ujar Hilman.

Dia berharap dengan adanya Starlink sebagai pemain baru di industri jasa internet, iklim usaha di sektor tersebut bisa tetap kondusif bagi seluruh pelaku usaha dan memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat.

Terkait isu dugaan predatory pricing, Hilman mengatakan bahwa pembuktiannya membutuhkan proses.

“Kalau dari sisi praktek di competition tentunya (pembuktian) predatory pricing butuh proses, jadi tidak hanya kita bicara orang jual lebih murah, bukan seperti itu konsepnya. Pelaku usaha yang melakukan predatory pricing ini ada beberapa persyaratan untuk bisa disebut sebagai aksi dari predatory pricing,” ujarnya.

KPPU berharap meskipun dengan adanya kehadiran pemain baru, iklim usaha yang ada di Indonesia ini bisa tetap kondusif. Hal ini agar para pelaku usaha yang ada tetap bisa berusaha dan berkembang.

“Di KPPU kita pasti akan lakukan monitor, tapi tidak hanya kepada Starlink, kepada semua pelaku usaha sektor telekomunikasi kita lakukan pengawasan,” kata Hilman.

Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Ine Minara S. Ruky menjelaskan, predatory pricing adalah strategi bisnis dengan niat untuk menyingkirkan persaingan.

Oleh sebab itu dia menilai, penetapan harga layanan Starlink yang lebih murah dari operator lokal belum termasuk predatory pricing.

“Harga predator itu kan maksudnya untuk mencapai posisi monopoli, jadi dia menetapkan harga yang lebih murah dari biaya untuk mendapatkan posisi monopoli setelah semua pesaing yang ada tersingkir dari pasar,” jelas Ine.

“Kalau misalnya menetapkan harga yang lebih murah dengan batasan waktu, itu promosi, promotional pricing atau harga promosi, itu biasa dalam bisnis. Penetrasinya biasanya dalam beberapa bulan atau beberapa minggu, itu tergantung bisnisnya. Namanya harga penetrasi kan biasa bagi pemain baru, itu biasa,” tutup Ine.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Starlink: Tinjauan Layanan Internet Satelit

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsiin