Rabu
6Aug2025
Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
Home Blockout

Mengenal Blockout, Gerakan Boikot Medsos Pesohor Dunia yang Enggan Mendukung Gaza - inewa

4 min read

 

Mengenal Blockout, Gerakan Boikot Medsos Pesohor Dunia yang Enggan Mendukung Gaza

Mengenal Blockout, Gerakan Boikot Medsos Pesohor Dunia yang Enggan Mendukung Gaza - inewa | Opsitek-1

NEW YORK, iNews.id - Istilah blockout, gerakan boikot terhadap media sosial (medsos) pesohor dunia, seperti selebriti yang enggan membela Palestina atas penindasan oleh Israel, ramai belakangan ini. Para netizen global mengecam para selebriti tersebut atas kelambanan atau sikap acuh mereka dalam merespons krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

Dalam aksi mereka, netizen memblokir semua konten akun selebriti tertentu di berbagai platform media sosial, termasuk X, TikTok, dan Instagram. Ada pula yang membuat posting-an membahas selebriti yang mereka blokir menggunakan tagar seperti #blockout, #blockout2024, atau #celebrityblockout. 

Ada pula yang membagikan unggahan dari pengguna lain yang mengecam peserta acara glamor seperti Met Gala dan membandingkannya dengan situasi di Jalur Gaza.

Para netizen yang bergabung dalam blockout menjelaskan apa yang mereka lakukan merupakan bentuk protes karena para selebriti tersebut enggan berbicara atau sekadar melakukan sesuatu untuk menentang kebiadaban Israel di Gaza. 

Cara Kerja Blockout

Para pengguna mengamati akun media sosial selebriti, influnecer, atau pesohor lain yang mereka follow maupun yang tampil di timeline berdasarkan algoritma. Pengguna bisa memilih opsi untuk membisukan atau memblokir selebriti tersebut.

Memblokir berarti pengguna tak akan bisa melihat konten-konten apa pun yang di-posting sang selebriti di media sosial, baik itu sekadar posting-an, foto, video, maupun kerja sama dengan sponsor.

Dengan demikian tak ada interaksi pengguna dengan konten yang dihasilkan sang pesohor. Blockout atau aksi boikot ini bisa memengaruhi jumlah view dan engagement yang pada akhirnya menurunkan penghasilannya dari platform media sosial tersebut.

Pemblokiran ini juga dimaksudkan untuk menurunkan popularitas sang selebriti dengan mengalihkan perhatian dari konten-konten mereka.

Mengenai siapa saja yang menjadi target pemblokiran, hal itu sepenuhnya berada di tangan pengguna media sosial. Ada beberapa pengguna yang menginformasikan nama-nama tertentu. Dalam daftar rekomendasi kebanyakan adalah selebriti asal Amerika Serikat (AS).

Kapan Blockout Dimulai?

Gerakan boikot pesohor di media sosial awalnya ramai di AS seiring maraknya demonstrasi pro-Palestina yang dilakukan masyarakat luas, terlebih lagi di kampus-kampus.

Perhatian juga diberikan pada ajang pesta Met Gala pada awal bulan ini. Pesta tahunan itu dihadiri sejumlah wajah terkenal dari dunia mode, film, musik, olahraga, dan banyak lagi. 

Acara itu terkenal dengan karpet dan pakaian mewah yang dikenakan para selebriti. Ajang Met Gala 2024 tak luput dari incaran demonstran yang menggeruduk lokasi acara.

Setelah Met Gala berlangsung, platform-platform media sosial dibanjiri video dan foto-foto para bintang. Di saat bersamaan disandingkan video saat pasukan Israel melancarkan operasi militer ke Rafah, Gaza Selatan. Gambar-gambar itu menyajikan tontotan kontras kepada pengguna mengenai kemewahan acara selebriti dibandingkan dengan situasi di Gaza.

Para pengguna media sosial juga mengecam selebriti karena tidak menggunakan akun mereka untuk berbicara mengenai para korban di Gaza.

Efektifkah Seruan Blockout?

Pakar pemasaran Universitas Indiana mengatakan kepada Associated Press, efektivitas dan durabilitas blockout belum bisa dilihat saat ini. Hal tersebut juga sangat bergantung pada selebriti bersangkutan, yakni apa yang membuat mereka dikenal. 

Sosok pesohor yang terkenal karena brandingnya terkait dengan kemanusiaan mungkin akan lebih terpengaruh dibandingkan pesohor lain terkenal karena bakat.

“Jika identitas Anda benar-benar terkait dengan promosi sesuatu yang menjadi kunci boikot, hal ini berpotensi menimbulkan konsekuensi sangat serius bagi Anda,” kata Fossen. 

“Mungkin ada beberapa influencer yang tenar dengan mempromosikan perdamaian, kemudian mereka diam terkait masalah ini, para pengikutnya mungkin tidak akan memaafkan mereka,” ujarnya, lagi.

Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga 1 Juni 2024 telah membunuh 36.379 orang, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. Sebanyak 82.407 lainnya luka-luka. Sebagian besar korban tewas maupun luka adalah anak-anak dan perempuan.

Banyaknya korban dari kalangan warga sipil memicu keprihatinan luas masyarakat global mengenai tujuan sebenarnya operasi militer Israel di Gaza. Mahkamah Internasional (ICJ), pengadilan tertinggi PBB, atas desakan dari Afrika Selatan, memerintahkan Israel untuk menghentikan segala tindakan yang mengarah kepada genosida di Gaza.

Copyright ©2024 iNews.id. All Rights Reserved

Komentar
Additional JS