Menyedihkan! Google, Microsoft dan Bytedance, Lebih Memilih Malaysia Dibandingkan Indonesia Untuk Investasi Sektor Teknologi - Akurat

 

Menyedihkan! Google, Microsoft dan Bytedance, Lebih Memilih Malaysia Dibandingkan Indonesia Untuk Investasi Sektor Teknologi



AKURAT BANTEN - Raksasa teknologi dunia Google, Microsoft dan Bytedance kurang tertarik berivestasi di Indonesia khususnya sektor teknologi, mereka malah memilih Malaysia untuk menanam investasi besar-besaran seperti kecerdasan buatan (AI).

Baru-baru ini, Google telah menyatakan komitmen investasi sebesar Rp32,5 triliun di Malaysia untuk membangun pusat data dan wilayah cloud pertama di negara tersebut, seiring dengan meningkatnya permintaan AI serta layanan cloud regional yang mencakup 40 wilayah dan 121 zona di dunia.

Sedangkan Indonesia, Google hanya mengumumkan beasiswa untuk 10.000 orang yang akan mengikuti pelatihan AI tanpa adanya komitmen investasi seperti yang diterima Malaysia

Baca Juga:

Apalagi Microsoft, sebelumnya sudah mengatakan akan berinvestasi Rp35,8 triliun untuk ekspansi infrastruktur AI di Malyasia.

Lagi-lagi Indonesia hanya dijanjikan komitmen lebih kecil, yakni Rp27,7 triliun untuk fasilitas dan talenta AI. Hingga saat ini belum ada realisasinya.

Terbaru adalah ByteDance yang merupakan induk TikTok, berencana menggelontorkan dana sekitar Rp34,7 triliun untuk membangun pusat AI di Malaysia. Kemudian ByteDance juga memberikan tambahan investasi sebesar Rp5,2 triliun untuk ekspansi fasilitas pusat data di Johor. Menurut Menteri Perdagangan Malaysia investasi tambahan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan.

Baca Juga:

Lebih lucunya lagi, pihak Google baru-baru ini bertemu Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi hanya berkomitmen membantu Indonesia memberantas judi online melalui fitur AI Google. Kocak memang!

Lalu, apa alasan para raksasa teknologi dunia memilih Malaysia?

1. Malaysia, memberikan insentif yang besar kepada pelaku green initiative
2. Malaysia, memangkasan birokrasi yang yang berbelit-belit sehingga memudahkan investasi bisnis saat masuk ke negaranya.
3. Untuk perusahaan asing di Malaysia hanya menggunakan high level design untuk mendapatkan izin membangun.

Baca Juga:

Alasan enggan tanam modal investasi di Indonesia, seperti:

1. Berinvestasi di Indonesia terlalu banyak birokrasi hingga detil engineering design, yang artinya memakan waktu dan biaya yang tidak murah.
2. Dukungan Indonesia terhadap industri untuk bisa bertumbuh seperti lewat insentif pajak, kemudian ada green initiative insentif, akan mendorong mereka untuk masuk ke negara tertentu.
3. Negara-negara investor tersebut fokus dengan komitmen Paris Accord, jadi hal-hal yang berkaitan dengan energi terbarukan, bisa mendorong tumbuh kembangnya industri data center.
4. Stabilitas politik di Indonesia sejak 10 tahun terakhir.
5. Indonesia fokus dengan renewable energy, padahal banyak sekali perusahaan yang berbasis di Amerika Utara dan Eropa Barat, bersedia untuk melakukan kerjasama pembangunan data center.

Google, Microsoft dan Bytedance, Memilih Malaysia Untuk Investasi Sektor Teknologi. (foto: Istimewa)

Baca Juga:

Namun mereka fokus bagaimana energy yang di supply di data center ini bersumber dari green atau less emissions karbonnya,

Ketua Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) Hendra Suryakusuma mengatakan: "di Indonesia, ini memang belum terjadi, tapi kalau pemerintah lewat RUU EBT (Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan) yang saat ini sedang digodok di Komisi VII DPR RI berhasil memberikan tambahan insentif dari sisi itu, maka akan sangat mendorong tumbuh kembangnya industri data center di Indonesia yang saat ini tumbuh hanya 20-30 persen per tahunnya," kata Hendra dikutip InsiberNews.

Halaman:
Google, Microsoft dan Bytedance, Memilih Malaysia Untuk Investasi Sektor Teknologi. (foto: Istimewa)

AKURAT BANTEN - Raksasa teknologi dunia GoogleMicrosoft dan Bytedance kurang tertarik berivestasi di Indonesia khususnya sektor teknologi, mereka malah memilih Malaysia untuk menanam investasi besar-besaran seperti kecerdasan buatan (AI).

Baru-baru ini, Google telah menyatakan komitmen investasi sebesar Rp32,5 triliun di Malaysia untuk membangun pusat data dan wilayah cloud pertama di negara tersebut, seiring dengan meningkatnya permintaan AI serta layanan cloud regional yang mencakup 40 wilayah dan 121 zona di dunia.

Sedangkan Indonesia, Google hanya mengumumkan beasiswa untuk 10.000 orang yang akan mengikuti pelatihan AI tanpa adanya komitmen investasi seperti yang diterima Malaysia

Baca Juga:

Apalagi Microsoft, sebelumnya sudah mengatakan akan berinvestasi Rp35,8 triliun untuk ekspansi infrastruktur AI di Malyasia.

Lagi-lagi Indonesia hanya dijanjikan komitmen lebih kecil, yakni Rp27,7 triliun untuk fasilitas dan talenta AI. Hingga saat ini belum ada realisasinya.

Terbaru adalah ByteDance yang merupakan induk TikTok, berencana menggelontorkan dana sekitar Rp34,7 triliun untuk membangun pusat AI di Malaysia. Kemudian ByteDance juga memberikan tambahan investasi sebesar Rp5,2 triliun untuk ekspansi fasilitas pusat data di Johor. Menurut Menteri Perdagangan Malaysia investasi tambahan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan.

Baca Juga:

Lebih lucunya lagi, pihak Google baru-baru ini bertemu Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi hanya berkomitmen membantu Indonesia memberantas judi online melalui fitur AI Google. Kocak memang!

Lalu, apa alasan para raksasa teknologi dunia memilih Malaysia?

1. Malaysia, memberikan insentif yang besar kepada pelaku green initiative
2. Malaysia, memangkasan birokrasi yang yang berbelit-belit sehingga memudahkan investasi bisnis saat masuk ke negaranya.
3. Untuk perusahaan asing di Malaysia hanya menggunakan high level design untuk mendapatkan izin membangun.

Baca Juga:

Alasan enggan tanam modal investasi di Indonesia, seperti:

1. Berinvestasi di Indonesia terlalu banyak birokrasi hingga detil engineering design, yang artinya memakan waktu dan biaya yang tidak murah.
2. Dukungan Indonesia terhadap industri untuk bisa bertumbuh seperti lewat insentif pajak, kemudian ada green initiative insentif, akan mendorong mereka untuk masuk ke negara tertentu.
3. Negara-negara investor tersebut fokus dengan komitmen Paris Accord, jadi hal-hal yang berkaitan dengan energi terbarukan, bisa mendorong tumbuh kembangnya industri data center.
4. Stabilitas politik di Indonesia sejak 10 tahun terakhir.
5. Indonesia fokus dengan renewable energy, padahal banyak sekali perusahaan yang berbasis di Amerika Utara dan Eropa Barat, bersedia untuk melakukan kerjasama pembangunan data center.

Halaman:

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Tekno 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)