Ditangkap di Prancis, CEO Telegram Pavel Durov Disebut Salah Perhitungan - Beritasatu

 

Ditangkap di Prancis, CEO Telegram Pavel Durov Disebut Salah Perhitungan

Moskwa, Beritasatu.com - Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Mededev mengatakan bahwa CEO Telegram telah salah perhitungan ketika meninggalkan Rusia untuk pergi ke negara lain, sehingga menyebabkan penangkapannya di Prancis.

ADVERTISEMENT

“Dahulu kala, saya bertanya kepada Pavel Durov mengapa dia tidak mau bekerja sama dengan lembaga penegak hukum Rusia dalam kasus-kasus serius. Durov menjawab bahwa itu adalah posisi prinsipnya. Setelah itu saya peringatkan bahwa dia akan menghadapi masalah serius di setiap negara," ungkap Medvedev menulis di Telegram, Minggu (25/8/2024).

OFMIN, lembaga Perancis yang bertanggung jawab untuk mencegah kekerasan terhadap anak di bawah umur, mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Durov. Lembaga tersebut menuduh Telegram tidak memiliki cukup moderator dan kurang kerja sama dengan pihak berwenang.

Pavel Durov (39 tahun), lahir di Kota Saint Petersburg, Rusia, dan memiliki kewarganegaraan Rusia, Prancis, UEA, Saint Kitts dan Nevis (negara Karibia). Ia mendirikan Telegram pada tahun 2013, yang berkantor pusat di Dubai. 

Durov meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah menolak memenuhi permintaan pemerintah Rusia untuk menutup komunitas oposisi di jejaring sosial VK, yang juga ia dirikan tetapi telah dijual.

Durov ditangkap di Bandara Paris-Le Bourget, di pinggiran Kota Paris, Prancis, pada Sabtu (24/8/2024) malam setelah tiba dari Azerbaijan dengan pesawat pribadi.

Medvedev mengatakan bahwa Pavel Durov memutuskan untuk pergi ke luar negeri karena menurutnya Rusia adalah tempat yang menimbulkan masalah terbesar baginya.

"Dia ingin menjadi manusia global, bisa hidup bahagia tanpa tanah air. Durov salah perhitungan. Musuh bersama masih menganggapnya orang Rusia, berbahaya, dan tidak dapat diprediksi, Berbeda dengan Elon Musk atau Mark Zuckerberg yang selalu aktif bekerja sama dengan Biro Investigasi Federal AS ( FBI). Durov perlu memahami bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memilih tanah airnya,” kata Medvedev.

Kedutaan Besar Rusia di Prancis telah meminta akses konsuler ke Durov dan meminta Paris untuk menjamin hak-hak CEO Telegram. Badan tersebut juga mengkritik para pejabat Prancis karena menghindari komunikasi mengenai situasi Durov.

Sebelum penangkapannya, Durov mengatakan beberapa negara telah mencoba menekannya. Ia menegaskan bahwa aplikasi Telegram akan tetap menjadi platform netral dan bukan alat geopolitik.

CEO Telegram itu menghadapi tuntutan hukuman penjara hingga 20 tahun.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Tekno 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)