Kemenkominfo ungkap tantangan perluasan cakupan jaringan 5G - ANTARA News
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengembangan Pita Lebar Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Marvels Parsaoran Situmorang mengungkapkan sejumlah tantangan dalam perluasan cakupan jaringan 5G di Indonesia.
"Kalau pertanyaan kenapa sih lambat (cakupan jaringan 5G)? Itu soal supply dan demand," kata Marvels di Jakarta, Kamis.
Marvels mengatakan salah satu alasan lambatnya cakupan 5G di Indonesia adalah kurangnya permintaan untuk kasus pemanfaatan (use case) tertentu. Dalam dunia bisnis seperti operator telekomunikasi, adanya permintaan yang nyata menjadi faktor kunci.
Baca juga: Akademisi nilai pentingnya operator seluler perluas jangkauan 5G
Dia mencontohkan, salah satu kasus pemanfaatan potensial untuk jaringan 5G adalah kendaraan otonom di Ibu Kota Nusantara (IKN). Bus tersebut beroperasi di jaringan 5G dengan bantuan sensor-sensor.
Namun, infrastruktur pendukung seperti backhaul yang andal masih belum mencukupi. Teknologi sensor tersebut memerlukan latensi rendah dan kualitas tinggi yang hanya dapat dicapai dengan menggunakan serat optik, bukan microwave.
"Karena sensor-sensor itu harus terhubung oleh backhaul yang andal. Tidak boleh lagi pakai microwave, harus fiber itu di bawah itu. Jadi karena dia latensinya harus kecil dan dia sarat dengan kualitas ya, harus dengan kualitas, maka ini juga menjadi faktor penyebab," ucap dia.
Baca juga: Kemenkominfo sebut tiga faktor kunci dorong layanan 5G berkualitas
Merujuk data yang dia paparkan, cakupan permukiman bersinyal 5G di Indonesia baru sebesar 2,5 persen dengan jumlah site sebanyak 376 site.
Sebagai perbandingan, cakupan permukiman bersinyal 4G saat ini mencapai 96,84 persen dengan jumlah site sebanyak 442.210 site.
Dalam kesempatan itu, Marvels juga menjelaskan penyebab masih belum optimalnya kualitas internet di Indonesia.
Baca juga: Menperin: ekosistem 5G tingkatkan efektivitas teknologi industri 4.0
Salah satunya masih banyak backhaul yang menggunakan microwave link daripada serat optik. Hal ini menyebabkan keterbatasan dalam kecepatan dan stabilitas koneksi.
"Kalau semua semua BTS (base transceiver station) ataupun yang lebih kecil lagi, tidak BTS tapi yang di atas-atas gedung segala macam itu ke pusat pengendali atau ke switching-nya itu sudah pakai fiber, mungkin itu bisa lebih cepat," kata dia.
Berdasarkan data per bulan Desember 2023, kecepatan internet mobile Indonesia hanya mencapai 24,96 Mbps. Sedangkan untuk jaringan fixed broadband 27,87 Mbps.
Baca juga: Kemenkominfo siapkan insentif perluas jaringan 5G
Baca juga: Menkominfo sebut spektrum frekuensi 700 Mhz untuk 5G siap lelang
Komentar
Posting Komentar