Dicecar BEI soal Buyback saat Defisit Rp10 Triliun, Ini Jawaban Bukalapak (BUKA) - IDX Channel - Opsitek

Informasi Teknologi Pilihanku

demo-image

Post Top Ad

demo-image

Dicecar BEI soal Buyback saat Defisit Rp10 Triliun, Ini Jawaban Bukalapak (BUKA) - IDX Channel

Share This
Responsive Ads Here

 

Dicecar BEI soal Buyback saat Defisit Rp10 Triliun, Ini Jawaban Bukalapak (BUKA) - Bagian all

bukalapak

BEI mencecar Bukalapak.com (BUKA) terkait buyback saham saat membukukan akumulasi rugi sebesar Rp10,25 triliun.

Dicecar BEI soal Buyback saat Defisit Rp10 Triliun, Ini Jawaban Bukalapak (BUKA) (foto iNews Media Group)

Dicecar BEI soal Buyback saat Defisit Rp10 Triliun, Ini Jawaban Bukalapak (BUKA) (foto iNews Media Group)

IDXChannel - PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) memberikan penjelasan atas pertanyaan Bursa Efek Indonesia (BEI) menyangkut rencana buyback saham dalam kondisi pasar volatil. 

BUKA melaksanakan buyback jumbo dengan dana sebesar Rp1,9 triliun dan dilakukan tanpa persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Aksi korporasi tersebut dilaksanakan pada 26 Maret hingga 25 Juni 2025. Dalam realisasinya, BUKA telah mengeksekusi buyback sebanyak 220 juta saham atau 0,21 persen dengan harga rata-rata Rp143,03 per saham. 

Nilai realisasi buyback saham sebesar Rp31,52 miliar, sehingga sisa biaya buyback sebesar Rp1,86 triliun. 

Namun Bursa mempertanyakan pertimbangan pemilihan waktu pelaksanaan buyback saat perseroan masih membukukan saldo akumulasi rugi sebesar Rp10,25 triliun per 31 Desember 2024.

"Meskipun per 31 Desember 2024, perseroan masih mencatat saldo akumulasi rugi, keputusan untuk melakukan buyback tidak akan berdampak negatif terhadap kondisi keuangan maupun operasional perseroan," kata Sekretaris Perusahaan BUKA, Cut Fika Lutfi dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa (22/4/2025).

Dia menjelaskan, ada tiga hal yang menjadi dasar perseroan melakukan buyback, yakni pertama, kondisi keuangan yang kuat.

"Perseroan memiliki posisi kas, modal, dan likuiditas yang memadai untuk membiayai buyback ini secara internal tanpa mengganggu kegiatan operasional, kewajiban keuangan, atau rencana investasi yang sedang berjalan," tuturnya.

Alasan kedua, momentum pasar yang tepat. Cut Fika mengatakan, harga saham perseroan saat ini dinilai tidak mencerminkan nilai intrinsik dan fundamental jangka panjang perseroan.

Buyback, sambungnya, dilakukan sebagai langkah untuk menstabilkan harga saham dan mencerminkan keyakinan manajemen terhadap prospek bisnis ke depan.

Pertimbangan ketiga, kata dia, penguatan struktur permodalan dan citra perseroan.  Pelaksanaan buyback pada saat ini merupakan sinyal positif kepada pasar bahwa manajemen memiliki keyakinan terhadap pemulihan dan pertumbuhan kinerja di masa depan. 

Selain itu, buyback juga berpotensi meningkatkan rasio kinerja keuangan serta menciptakan struktur modal yang lebih efisien.

"Aksi buyback ini sepenuhnya dibiayai dari dana internal tanpa menambah beban keuangan atau mengganggu likuiditas operasional," ujarnya.

Cut Fika memastikan, berdasarkan penilaian perseroan, pelaksanaan buyback tidak akan memberikan dampak negatif terhadap posisi modal dan arus kas perseroan, baik dalam jangka pendek maupun menengah, sehingga tidak akan mengganggu komitmen terhadap operasional dan investasi strategis perseroan.

Sebagai langkah mitigasi, perseroan juga telah melakukan pengelolaan kas secara konservatif untuk memastikan kecukupan
dana operasional dan fleksibilitas dalam menghadapi dinamika pasar. 

Aksi ini justru diharapkan memperkuat struktur modal, meningkatkan efisiensi, serta memberikan fleksibilitas strategis dalam mendukung pemulihan kinerja dan pertumbuhan jangka menengah.

"Terkait likuiditas saham, meskipun terdapat potensi pengurangan jumlah saham yang beredar, perseroan tetap memastikan bahwa rasio saham yang beredar sesuai dengan ketentuan BEI dan tidak akan berdampak material terhadap likuiditas perdagangan," kata Cut Fika.

Dalam laporan keuangannya, BUKA membukukan rugi bersih sebesar Rp1,55 triliun pada 2024 atau naik dibandingkan posisi sebelumnya Rp1,36 triliun. 

Sementara pendapatan bersih perseroan naik tipis dari Rp4,44 triliun pada 2023 menjadi Rp4,46 triliun pada 2024. Per akhir tahun lalu, posisi kas dan setara kas BUKA tercatat sebesar Rp11,23 triliun atau turun dari periode akhir 2023 yang sebesar Rp15,18 triliun.

(Fiki Ariyanti)

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages