Kecerdasan buatan
Banyak Lamaran Kerja Dibuat dengan AI, Risiko Direkrutnya Pelamar Tak Kompeten Meningkat Halaman all - Kompas
/data/photo/2024/10/13/670b48c84bf8e.jpg)
KOMPAS.com-Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam proses lamaran kerja semakin marak.
Di satu sisi, AI membantu pencari kerja menyusun lamaran yang lebih baik.
Namun, di sisi lain, AI juga berisiko membuat perusahaan merekrut kandidat yang tidak memiliki keterampilan sesuai kebutuhan.
Baca juga: Bill Gates soal AI Akan Mengambil Pekerjaan Manusia
Naikkan Anggaran Pertahanan AS Rp 16.246 Triliun, Trump: Ini Masa Keemasan
James Robinson, pemilik biro iklan Hello Starling di Cardiff, Inggris, melihat tren meningkatnya penggunaan chatbot AI generatif dalam lamaran kerja.
Menurutnya, AI memungkinkan pelamar “merekayasa” proses rekrutmen tanpa benar-benar memiliki keahlian yang dibutuhkan.
"Kalimat yang dihasilkan AI mulai terlihat berulang," ujar Robinson, seperti dilansir BBC.
"Banyak pelamar menulis frasa seperti ‘keahlian saya selaras dengan tujuan dan sasaran organisasi Anda’," sambungnya.
Robinson bahkan menguji ChatGPT dan menemukan chatbot tersebut memang menghasilkan kalimat-kalimat standar yang sering muncul dalam surat lamaran.
Baca juga: Apakah Investasi AI akan Balik Modal ke Perusahaan?
Setengah Pelamar Gunakan AI
Sebuah survei terhadap lebih dari 2.000 pencari kerja di Inggris mengungkapkan hampir setengahnya telah menggunakan AI dalam proses lamaran.
Tren ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemilik bisnis tentang bagaimana membedakan kandidat yang benar-benar kompeten dari mereka yang hanya mahir menggunakan AI.
Namun, Robinson juga mengakui bahwa AI bisa bermanfaat jika digunakan dengan cara yang tepat, misalnya membantu kandidat menyusun lamaran lebih ringkas dan terstruktur.
AI sebagai Alat Bantu, Bukan Pengganti
Megan Cooper, penasihat karier di Cardiff Metropolitan University, menilai AI bisa menjadi alat yang berguna bagi pencari kerja. Namun, ia menekankan pentingnya penilaian manusia dalam seleksi kandidat.
"AI bisa membantu dalam riset pekerjaan, menyusun CV, atau memperbaiki surat lamaran. Tapi pada akhirnya, pelamar harus menunjukkan apa yang membuat mereka unik," ujarnya.
Sebagian mahasiswa memilih menghindari AI karena khawatir akan risiko plagiarisme dan akurasi informasi.
Namun, ada pula yang menganggap AI sebagai alat yang sangat membantu, terutama dalam mencari informasi lebih cepat dibandingkan mesin pencari seperti Google.
Timothy Mitchell, mahasiswa keamanan komputer, menilai AI bukan ancaman, melainkan alat yang dapat meningkatkan efisiensi kerja.
"AI bisa digunakan untuk membantu kita, bukan menggantikan kita," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.[FULL] Momen Prabowo Saksikan Penandatanganan MoU Indonesia-China Senilai Rp 162 T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar