Kecerdasan Buatan
Google umumkan fitur untuk deteksi konten berbasis AI

Google memperkenalkan SynthID, alat pendeteksi konten berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dilengkapi watermark digital tak kasat mata, dalam ajang Google I/O 2025.
Google memperkenalkan SynthID, alat pendeteksi konten berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dilengkapi watermark digital tak kasat mata, dalam ajang Google I/O 2025. Inovasi ini dirancang untuk memerangi penyebaran misinformasi dan deepfake dengan mengidentifikasi konten yang dihasilkan AI secara akurat, sekaligus menjaga integritas informasi di dunia digital.
Dilansir dari The Verge, SynthID menggunakan teknologi watermarking canggih yang menyematkan tanda digital khusus ke dalam konten AI, seperti gambar, audio, atau teks. Watermark ini tidak terlihat oleh mata manusia dan tidak mengganggu pengalaman pengguna, tetapi dapat dideteksi oleh sistem Google melalui algoritma khusus. Dengan demikian, platform seperti YouTube, Google Search, atau Blogger dapat secara otomatis memperingatkan pengguna jika konten yang mereka akses dibuat oleh AI.
Menurut keterangan Google, watermark SynthID juga tahan terhadap modifikasi seperti pemotongan, filter, atau kompresi file. Ini memastikan bahwa konten AI tetap teridentifikasi bahkan setelah diubah oleh pihak tak bertanggung jawab.
Maraknya konten deepfake dan misinformasi AI telah memicu kekhawatiran global. Contohnya, video palsu tokoh publik atau berita hoaks yang memengaruhi opini masyarakat. SynthID hadir sebagai solusi untuk membedakan konten asli buatan manusia dengan yang dihasilkan AI, sehingga pengguna bisa lebih kritis dalam mengonsumsi informasi.
"Tujuan kami adalah menciptakan ekosistem digital yang transparan. SynthID bukan hanya alat deteksi, tapi langkah preventif untuk memastikan AI digunakan secara bertanggung jawab," ujar Eli Collins, VP Produk AI Google.
Google berencana mengintegrasikan SynthID ke dalam produk-produk utamanya, termasuk Google Search, YouTube, dan Workspace. Untuk konten kreator, alat ini akan tersedia di Google Cloud Vertex AI, memungkinkan developer menyematkan watermark secara mandiri ke hasil model AI mereka.
SynthID dijadwalkan mulai diuji coba pada akhir 2025, dengan rencana distribusi global pada 2026. Pengguna biasa dapat mengakses fitur ini melalui fitur "About this content" di hasil pencarian Google atau panel informasi di YouTube.
Meski menjanjikan, beberapa ahli meragukan efektivitas SynthID dalam menghadapi AI generatif yang semakin kompleks. "Watermark bisa di-bypass* oleh model AI terbaru jika tidak terus diperbarui,"* kata Dr. Amelia Tan, pakar keamanan siber dari MIT. Google menyatakan akan terus memperbarui algoritma SynthID secara berkala untuk mengikuti perkembangan teknologi.
Kehadiran SynthID menandai babak baru dalam perlombaan teknologi deteksi AI. Sebelumnya, OpenAI dan Meta juga mengembangkan alat serupa, namun Google menjadi yang pertama mengintegrasikannya secara masif ke ekosistem digital. Langkah ini diharapkan memicu kolaborasi antar-platform untuk menciptakan standar deteksi konten AI yang universal.
Dengan SynthID, Google tidak hanya memperkuat perang melawan misinformasi, tetapi juga menegaskan komitmennya dalam mengembangkan AI yang etis dan transparan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar