Pekerja Tambang Wajib Ketar-ketir! China Sukses Operasikan Truk Otonom untuk Hauling Batu Bara

HULUNBUIR, NOMORSATUKALTIM – Revolusi teknologi di sektor pertambangan kembali mencuri perhatian.
China resmi mengoperasikan 100 unit truk listrik tanpa pengemudi (otonom) berbasis teknologi 5G-A untuk hauling batu bara di tambang terbuka Yimin, kota Hulunbuir, provinsi Mongolia Dalam.
Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa otomasi skala besar sedang bergerak cepat, dan mungkin akan mengubah wajah industri tambang global.
Peluncuran armada truk otonom ini dilakukan oleh Huaneng Ruichi, anak usaha dari BUMN energi China Huaneng Group, salah satu dari 5 perusahaan pembangkit listrik terbesar di negeri itu.
"Kami menerapkan strategi keamanan energi nasional yang baru dan berupaya mendorong transisi energi dalam transportasi pertambangan. Perusahaan pun mengganti kendaraan berbahan bakar dengan kendaraan listrik untuk membangun tambang yang aman, cerdas, dan ramah lingkungan," ujar Direktur Huaneng Inner Mongolia Eastern Energy Co., Ltd, Li Shuxue, dalam seremoni peluncuran, Kamis (15/5).
Dilansir dari Antara, proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara Huaneng Group dengan XCMG (Xuzhou Construction Machinery Group), raksasa teknologi Huawei, dan BUMN China lainnya yaitu State Grid Smart Internet of Vehicles.
Truk-truk tersebut dirancang untuk menaklukkan medan ekstrem, membawa muatan hingga 90 ton, bertahan dalam suhu -40 derajat Celsius, dan melaju dengan kecepatan hingga 50 km/jam.
Huawei, yang menyediakan layanan Commercial Vehicle Autonomous Driving Cloud Service (CVADCS), memainkan peran penting dalam integrasi sistem.
Teknologi ini memungkinkan armada truk mengakses informasi lokasi secara real-time dan menentukan rute tercepat, sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.
"Huawei mengembangkan algoritma AI khusus untuk pertambangan terbuka sehingga akurasi kendaraan otonom dan kolaborasi 'cloud' yang efisien, termasuk jaringan 5G-A yang mendukung transmisi video dengan kualitas HD dan penyimpanan berbasis 'cloud'," jelas Zhang Ping’an, Direktur Eksekutif Huawei dan CEO Huawei Cloud Business Unit.
Truk otonom ini juga dirancang untuk menjawab tantangan besar di tambang terbuka seperti suhu ekstrem, hujan deras, salju, debu, serta kelelahan pengemudi yang selama ini menjadi pemicu utama kecelakaan kerja.
Namun di balik semua keunggulan itu, tersirat kekhawatiran di kalangan pekerja tambang dunia.
BACA JUGA: Perbaikan Fender Belum Selesai, Jembatan Mahakam I Kembali Ditabrak Tongkang Batu Bara
Jika teknologi ini terbukti efisien dan aman, maka otomatisasi bisa mengancam ribuan posisi operator alat berat di sektor pertambangan global, termasuk di negara-negara berkembang.
Jack Chen, Wakil Direktur Marketing Departemen Minyak, Gas dan Pertambangan Huawei, mengakui bahwa sektor seperti pertambangan memang relatif lambat dalam mengadopsi teknologi baru.
"Sektor seperti pertanian atau pertambangan sering kali menjadi yang terakhir dalam mengadopsi teknologi ini. Karena itu, mereka perlu mengatasi banyak hambatan," kata Jack.
Menurutnya, keberhasilan transformasi digital di pertambangan bergantung pada kesiapan infrastruktur digital—mulai dari pusat data, jaringan, hingga integrasi teknologi kendaraan cerdas seperti kamera berkualitas tinggi, radar laser, platform berbasis cloud, dan konektivitas 5G.
BACA JUGA: Jalan Nasional Dipakai Hauling, DPRD Kaltim Minta Perusahaan Tambang Bertanggung Jawab
"Semua ini perlu dibangun dari awal, dan saat operasionalisasi hari ini dapat terlihat bahwa teknologi itu bekerja dengan baik. Misalnya kecepatan truk otonom ini bisa mencapai 35 km/jam, efisiensi secara komersil dari 100 truk otonom mencapai 120 persen lebih tinggi dibanding truk yang dikendarai manusia. Artinya, solusi ini sudah siap secara komersial," tambah Jack.
Jack menyebut bahwa saat ini ada lebih dari 2.000 truk otonom yang sudah beroperasi di China.
Ia pun yakin solusi ini akan menjadi standar baru di industri tambang terbuka dalam beberapa tahun ke depan.
Bagi negara-negara yang belum memiliki jaringan 5G di kawasan tambang, seperti Indonesia, Huawei menawarkan alternatif teknologi ELT (Enhanced LTE), solusi komunikasi yang lebih murah dan tetap mendukung sistem kendali jarak jauh, meski belum sepenuhnya otonom.
Truk listrik otonom 5G-A beroperasi di tambang terbuka Yimin, kota Hulunbuir, provinsi Mongolia Dalam, China pada Kamis (15/5/2025).-(Foto/ Antara)-
BACA JUGA: ARUKKI Gugat Praperadilan Polda Kaltim dan KLHK, Terkait Dugaan Tambang Ilegal di KRUS
"Beberapa perusahaan tambang di Botswana sudah menggunakan solusi ini untuk pengendalian jarak jauh. Namun, solusi ini tidak sepenuhnya otonom seperti yang diterapkan di proyek ini," kata Jack.
Tingkat keamanan sistem ini pun diklaim sangat tinggi.
"Sejak dioperasikan, tidak ada satu pun kecelakaan yang terjadi. Kami memprioritaskan dua keamanan yaitu pertama keamanan pekerja, karena tidak ada kabin pengemudi maka semua pekerja berada di ruang kontrol dan 100 persen aman dan keamanan produksi dan terbukti teknologi ini telah meningkatkan keamanan produksi secara signifikan," ujarnya.
Di pusat kontrol, 5 operator bertugas memantau lalu lintas truk dan proses pengisian baterai yang hanya memakan waktu 6 menit.
BACA JUGA: 2 Preman di Paser Dibekuk Polisi, Mengambil Paksa Barang Milik Perusahaan Tambang Batu Bara
Dalam 3 tahun ke depan, Huaneng Group berencana memperluas armada menjadi lebih dari 300 unit truk otonom yang beroperasi 24 jam penuh, tujuh hari seminggu.
China terus memperkuat dominasinya di sektor batu bara. Saat ini, negara tersebut menambang 4,66 miliar ton batu bara per tahun, hampir setengah dari total produksi global.
Proyek tambang baru yang tengah dikembangkan diproyeksikan akan menambah kapasitas hingga 1,28 miliar ton setiap tahun, dengan tambang-tambang besar minimal memiliki kapasitas 1 juta ton.
Langkah terbaru ini memperlihatkan bagaimana teknologi otonom, kecerdasan buatan, dan energi bersih semakin menyatu untuk mendefinisikan ulang masa depan industri ekstraktif.
BACA JUGA: Warga Linggang Tutung dan Linggang Bigung Protes Keberadaan Tambang Emas Ilegal
Namun bagi sebagian pihak, terutama operator tambang manusia, ini juga bisa jadi sinyal awal pergeseran peran besar-besaran di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar