Kecerdasan Buatan, Kesehatan,
RS Singapura uji AI deteksi jantung koroner

Singapura kembali menunjukkan inovasinya dalam bidang kesehatan dengan menguji coba teknologi (AI) untuk mendeteksi penyakit jantung koroner.
Singapura kembali menunjukkan inovasinya dalam bidang kesehatan dengan menguji coba teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi penyakit jantung koroner secara lebih cepat dan akurat, sebagaimana dilansir dari HardwareZone. Uji coba ini dilakukan di beberapa rumah sakit terkemuka di negara tersebut, bertujuan memanfaatkan AI dalam menganalisis data medis pasien, seperti hasil CT scan dan rekam jantung, guna mengidentifikasi risiko penyakit jantung koroner sejak dini.
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius seperti serangan jantung. Dalam uji coba ini, AI dilatih untuk mengenali pola-pola tertentu dalam gambar pembuluh darah jantung yang mungkin terlewatkan oleh mata manusia. Algoritma ini mampu menganalisis plak arteri, penyempitan pembuluh darah, dan tanda-tanda awal penyumbatan dengan tingkat akurasi yang menjanjikan.
Menurut laporan, sistem AI ini dikembangkan melalui kolaborasi antara rumah sakit di Singapura dan perusahaan teknologi kesehatan. Teknologi tersebut tidak hanya mempercepat proses diagnosis tetapi juga mengurangi kesalahan interpretasi hasil pemeriksaan.
Penggunaan AI diharapkan dapat memangkas waktu diagnosis dari beberapa jam menjadi hitungan menit. Hal ini memungkinkan dokter memberikan penanganan lebih cepat, terutama pada kasus darurat. Selain itu, AI juga membantu mengurangi beban kerja radiolog dan kardiolog dalam menganalisis data kompleks.
Sebuah pernyataan dari salah satu rumah sakit peserta uji coba menyebutkan, "Teknologi ini bukan untuk menggantikan peran dokter, tetapi menjadi alat pendukung yang meningkatkan presisi diagnosa. Kami berharap ini dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa."
Jika uji coba ini berhasil, implementasi AI di bidang kardiologi dapat diperluas ke negara lain, termasuk Indonesia. Langkah ini sejalan dengan tren global yang mengintegrasikan teknologi digital dalam layanan kesehatan, seperti predictive analytics dan personalized medicine.
Ahli jantung Dr. Lim Wei Ming, yang terlibat dalam proyek ini, menambahkan, "AI memiliki potensi besar untuk mentransformasi cara kita mendeteksi penyakit. Dengan data yang akurat, kita bisa merancang rencana perawatan yang lebih efektif dan efisien."
Meski menjanjikan, penggunaan AI dalam medis tetap memerlukan pengawasan ketat. Isu privasi data pasien, keandalan algoritma, dan regulasi menjadi tantangan yang perlu diatasi. Pihak rumah sakit menegaskan bahwa semua data pasien dienkripsi dan hanya digunakan untuk tujuan medis.
Uji coba ini menjadi bukti bahwa Singapura terus berada di garis depan inovasi kesehatan digital. Keberhasilannya kelak dapat menjadi acuan bagi negara lain untuk mengadopsi teknologi serupa, demi meningkatkan kualitas layanan kesehatan global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar