Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Ingin Cepat Kaya? Kerja, Jangan Judi - Kumpulan Informasi Teknologi Hari ini, Setiap Hari Pukul 16.00 WIB
    Home AI Chatbot AI Featured Internet Kecerdasan Buatan

    Chatbot AI Kalahkan 30 Matematikawan Top Dunia, Jawab Soal yang Belum Terpecahkan - Kompas

    6 min read

     Kecerdasan Buatan, Internet, 

    Chatbot AI Kalahkan 30 Matematikawan Top Dunia, Jawab Soal yang Belum Terpecahkan

    KOMPAS.com - Pada pertengahan Mei 2025, sebuah pertemuan tertutup digelar di Berkeley, California yang mempertemukan 30 matematikawan top dunia dalam sebuah eksperimen yang nyaris tak terdengar publik. 

    Tujuan pertemuan itu untuk menguji kecanggihan kecerdasan buatan, khususnya chatbot penalaran milik OpenAI, o4-mini, dalam menjawab soal-soal matematika tingkat tinggi.

    Para matematikawan, yang datang dari berbagai belahan dunia, terlibat dalam uji coba dua hari penuh. 

    Mereka saling berkompetisi dalam kelompok kecil untuk menciptakan soal-soal kompleks yang mampu mereka pecahkan, namun diharapkan dapat menjebak AI tersebut. 

    BNPP Siapkan 3 Opsi Tangani “Jalur Tikus” di Perbatasan RI-Timor Leste

    Setiap soal yang tak bisa dipecahkan o4-mini, akan mendapat hadiah 7.500 dollar AS (sekitar Rp 121,5 juta).

    Namun, hasilnya mencengangkan. Alih-alih kewalahan, chatbot AI justru memecahkan sejumlah soal matematika yang bahkan termasuk pertanyaan terbuka di dunia teori bilangan. 

    Baca juga: Hamil Setelah 18 Tahun Menanti, Pasangan Ini Dibantu Teknologi AI

    AI menjawab soal matematika yang belum terpecahkan

    Dikutip dari Live Science, Sabtu (12/7/2025), sebanyak 30 matematikawan elite dunia berkumpul untuk menyelesaikan babak akhir dari tantangan matematika rahasia. 

    Mereka dibagi menjadi lima kelompok beranggotakan enam orang. Selama dua hari penuh, para ilmuwan bersaing merancang soal-soal yang cukup kompleks untuk membuat AI kesulitan. 

    Soal-soal tersebut hanya bisa mereka pecahkan sendiri, tetapi diharapkan mampu menguji batas kemampuan penalaran bot canggih milik OpenAI.

    Salah satu pemimpin dan juri acara, Ken Ono dari University of Virginia, mengaku terpana.

    “Saya belum pernah melihat penalaran seperti itu dari model sebelumnya. Ini benar-benar seperti bekerja dengan ilmuwan sejati, menakjubkan sekaligus mengerikan,” ujarnya.

    Baca juga: Turkiye Kini Larang Chatbot Grok, Diduga Hina Erdogan dan Tokoh Politik

    Kecanggihan o4-mini bukanlah kebetulan. Sebagai large language model (LLM) atau model bahasa besar terbaru OpenAI, o4-mini dirancang lebih ringan, cepat, dan terlatih dengan pendekatan reinforcement learning yang lebih kuat dari manusia. 

    Dibandingkan dengan LLM generasi sebelumnya, bot ini mampu menembus masalah matematika yang selama ini dianggap terlalu rumit untuk AI.

    Untuk mengujinya, OpenAI menggandeng Epoch AI, sebuah lembaga nirlaba untuk membuat 300 soal matematika yang belum pernah dipublikasikan, melalui proyek bernama FrontierMath

    Dalam pengujian awal, sebagian besar model AI konvensional hanya bisa menjawab kurang dari 2 persen soal tersebut. 

    Baca juga: Ilmuwan China Manfaatkan AI untuk Temukan Sejarah Bumi yang Hilang

    Namun, dalam iterasi lanjutan, o4-mini mampu menyelesaikan sekitar 20 persen soal tingkat sarjana hingga pascasarjana.

    Yang lebih mengejutkan, chatbot AI itu juga mulai menaklukkan soal tingkat riset yang biasanya hanya bisa dibuat dan dijawab oleh segelintir matematikawan elite.

    Salah satu titik balik terjadi saat Ono mengajukan pertanyaan terbuka dalam teori bilangan yang dikenal di kalangan akademik sebagai masalah yang belum terpecahkan.

    Dalam waktu sekitar 10 menit, o4-mini tidak hanya memahami masalah tersebut, tapi juga menawarkan solusi lengkap, disertai penalaran langkah demi langkah.

    Ini merupakan sebuah capaian yang biasanya membutuhkan berminggu-minggu bagi manusia.

    Baca juga: Apakah AI Membuat Kita Lebih Cerdas dari Einstein?

    Masa depan matematikawan

    Meski para ilmuwan akhirnya berhasil merancang 10 pertanyaan yang mampu menghambat bot. Mereka menyadari bahwa AI telah melampaui ekspektasi dalam waktu yang sangat singkat. 

    Bahkan, kecepatannya dalam menyelesaikan soal rumit hanya dalam hitungan menit mulai menimbulkan perasaan campur aduk, sekaligus khawatir.

    Matematikawan seperti Yang Hui He dari London Institute for Mathematical Sciences mengibaratkan kinerja o4-mini setara, jika tidak melebihi, dengan mahasiswa pascasarjana terbaik. 

    Namun, ia juga menyoroti bahaya dari keyakinan buta terhadap jawaban AI. 

    “Model ini sangat percaya diri. Ia telah menguasai bentuk baru dari pembuktian bukan dengan logika, tapi dengan intimidasi,” kata He.

    Baca juga: Meta AI WhatsApp Tak Sengaja Sebar Nomor Orang Lain di Inggris, Kok Bisa?

    Diskusi di penghujung pertemuan pun bergeser ke masa depan peran matematikawan manusia. 

    Jika AI mencapai tingkat lima, soal-soal yang bahkan para ahli pun tak mampu menjawab, peran manusia akan berubah dari pemecah masalah menjadi kolaborator kreatif. 

    “Kelak, kita tidak hanya akan mengajukan pertanyaan, tapi juga belajar dari robot untuk menemukan kebenaran baru,” kata Ono.

    Dengan perkembangan yang demikian cepat, ia memperingatkan bahwa meremehkan potensi AI adalah kesalahan besar. 

    “Saya tidak ingin menciptakan kepanikan, tetapi dalam beberapa aspek, model bahasa besar seperti ini sudah mengungguli banyak mahasiswa pascasarjana terbaik di dunia,” tandasnya.

    Baca juga: Chatbot AI Replika Dituduh Lecehkan Penggunanya, Peneliti Khawatirkan Dampak Trauma

    Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!
    Komentar
    Additional JS