Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Ingin Cepat Kaya? Kerja, Jangan Judi - Kumpulan Informasi Teknologi Hari ini, Setiap Hari Pukul 16.00 WIB
    Home China Esports Featured Game

    Klub Esports di China Buka Kursus Agar Anak Kecanduan Game Bisa Tobat

    5 min read

     

    Klub Esports di China Buka Kursus Agar Anak Kecanduan Game Bisa Tobat

    Bagaimana pelatihan kursus esports ini dilakukan sehingga bisa bikin anak kecanduan main game kapok?

    oleh Indra Cahya Vanleon Diperbarui 28 Agu 2025, 21:30 WIB. 


    Ilustrasi bermain Mobile Legends: Bang-Bang. (Shutterstock/aslysun)

    Advertisement

    Liputan6.com, Beijing - Sebuah klub esports di China jadi sorotan publik setelah menawarkan kursus unik bagi anak-anak yang kecanduan game online. Dengan biaya hingga 10.000 yuan atau sekitar Rp22 juta untuk program 22 hari, kursus ini diklaim bisa bikin anak-anak kapok main game.

    Klub ini dimiliki oleh Su Chenhao, seorang pengusaha asal Hebei, China utara. Awalnya, ia membuka klub esports pada 2018 untuk melatih calon pemain profesional. Namun, seiring waktu ia sadar, menemukan pemain berbakat itu ibarat mencari jarum di tumpukan jerami, dilansir dari SCMP, Kamis (27/8/2025).

    BACA JUGA:

    "Banyak anak berpikir bisa jadi pro player, padahal kebanyakan cuma lari dari belajar dan masalah hidup lewat game ," kata Su.

    Oleh sebab itulah pada 2023, Su mengubah arah bisnisnya. Ia meluncurkan program khusus untuk membantu anak-anak keluar dari kecanduan game. Biayanya bervariasi: kursus seminggu dipatok beberapa ribu yuan, sementara paket lengkap 22 hari bisa mencapai 10.000 yuan. Tarifnya juga tergantung tingkat kecanduan dan keinginan orang tua.

    Menariknya, metode yang dipakai justru bikin anak-anak dipaksa main game terus-menerus. Dalam sehari, mereka harus bermain dari jam 9 pagi sampai tengah malam, hanya berhenti sebentar untuk makan siang dan jogging.

    "Salah satu anak, Xiao Dan, awalnya bercita-cita jadi pro player, tapi hari pertama saja sudah kram otot. Anak lain bahkan nangis minta pulang di hari kedua," cerita Su.

    Selama tujuh tahun, klub ini sudah melatih hampir 4.000 anak, dan menurut Su lebih dari 85 persen di antaranya memang kecanduan game online.

    "Suasana tekanan tinggi ini bikin main game jadi lebih melelahkan daripada belajar," jelas Su, soal alasan mengapa kursus ini bisa ampuh bikin anak kapok.

    Popularitas Esports di China

    ilustrasi orang main game
    Ilustrasi bermain game di ponsel. (Foto: Business of Esports)

    Fenomena ini muncul di tengah popularitas esports di China. Menurut laporan China Esports Industry Development Report 2024, ada 490 juta pengguna esports di negara itu atau setara 35 persen dari populasi. Bahkan sejak 2003, esports sudah diakui sebagai olahraga resmi di sana.

    Tak sedikit pemain profesional asal China yang mendunia. Profesi ini juga dipandang lebih serius oleh banyak orang tua, karena pendapatannya menggiurkan. Data Sina Sports menyebut rata-rata pro player bisa meraup 20.000 yuan atau sekitar Rp44 juta sebulan, sementara pemain top bisa mengantongi 1 juta yuan atau sekitar Rp2,2 miliar per bulan. Belum termasuk kontrak iklan bernilai fantastis bagi pemain legendaris kelas dunia.

    Klub milik Su ternyata bukan satu-satunya yang menjalankan program "rehab" ini. Sebuah klub esports lain di Sichuan juga sudah menerima 700 anak dalam delapan tahun terakhir, tapi hanya tiga yang benar-benar berhasil jadi pemain profesional.

    "Peluangnya kecil sekali, cuma 1 banding 120.000. Jadi salah satu fungsi kelas kami ya bikin anak-anak sadar kalau tidak semua bisa jadi pro player," ungkap Hou Xu, pemilik klub tersebut.

    Di media sosial, program ini memicu pro-kontra. Ada yang menilai langkah Su cerdas karena bisa membantu anak keluar dari kecanduan sekaligus jadi bisnis.

    "Ini win-win. Klub dapat uang, anak-anak nggak kecanduan game lagi," tulis salah satu warganet.

    Advertisement

    Komentar
    Additional JS