Apple Buka iOS di Brasil, Tekanan Regulasi Global Makin Kuat - Selular.id
Apple Buka iOS di Brasil, Tekanan Regulasi Global Makin Kuat
Selular.id – Apple akan mengizinkan toko aplikasi pihak ketiga dan sistem pembayaran alternatif di perangkat iOS di Brasil mulai tahun depan. Keputusan ini merupakan bagian dari penyelesaian kasus antimonopoli dengan regulator persaingan usaha negara tersebut, CADE, yang mengakhiri perdebatan hukum selama bertahun-tahun.
Perubahan kebijakan ini menambah daftar negara yang memaksa raksasa teknologi asal Cupertino untuk membuka ekosistem iOS-nya, menyusul langkah serupa di Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa.
Berdasarkan rilis pers CADE yang disetujui dewan direksinya, Apple memiliki waktu 105 hari sejak tanggal penyelesaian untuk menerapkan perubahan tersebut. Perusahaan tetap diperbolehkan mengenakan biaya, meski besaran detailnya tidak diungkap dalam rilis tersebut.
Namun, Apple diwajibkan menggunakan bahasa yang netral saat memperingatkan pengguna tentang risiko penggunaan toko aplikasi dan sistem pembayaran pihak ketiga. Jika gagal mematuhi ketentuan ini, Apple berpotensi dikenai denda hingga R$150 juta atau setara dengan sekitar $27,2 juta.
Dalam pernyataan resmi yang dibagikan kepada 9to5Mac, Apple mengungkapkan kekhawatirannya. Perusahaan bersikeras bahwa perubahan kebijakan ini “akan membuka risiko privasi dan keamanan baru bagi pengguna.”
Meski demikian, Apple menyatakan telah mengerjakan sejumlah perlindungan untuk mengantisipasi beberapa ancaman yang mungkin muncul dari ekosistem aplikasi yang lebih terbuka. Pernyataan ini konsisten dengan argumen keamanan yang selalu diusung Apple untuk mempertahankan model App Store yang tertutup.
Gelombang Perubahan di Berbagai Negara
Brazil bukanlah satu-satunya negara yang berhasil mendorong Apple melonggarkan cengkeramannya. Hanya seminggu sebelum pengumuman di Brasil, Apple menyatakan akan mengizinkan toko aplikasi pihak ketiga dan opsi pemrosesan pembayaran alternatif di Jepang.
Langkah ini diambil untuk mematuhi Undang-Undang Kompetisi Perangkat Lunak Seluler (Mobile Software Competition Act/MSCA) Jepang yang baru saja berlaku. Regulasi tersebut dirancang untuk mendorong persaingan yang lebih sehat di pasar aplikasi seluler.
Sebelumnya, tekanan regulator juga berhasil di Korea Selatan dan blok ekonomi terbesar di dunia, Uni Eropa. Di Korea Selatan, Apple terpaksa mengizinkan penyedia pembayaran alternatif untuk aplikasi, menyusul amendemen UU Telekomunikasi yang dikenal sebagai “UU App Store.”
Sementara di Uni Eropa, Digital Markets Act (DMA) memaksa Apple untuk membuka berbagai aspek iOS, termasuk mengizinkan sideloading aplikasi dan penggunaan toko aplikasi alternatif. Perubahan di Eropa ini telah membuka peluang bagi pengguna untuk mengakses lebih banyak pilihan, termasuk aplikasi chat selain WhatsApp dengan fitur lengkap yang mungkin sebelumnya terbatas.
Gelombang regulasi ini tampaknya belum akan berhenti. Apple dikabarkan akan menghadapi regulasi serupa di negara-negara lain seperti Inggris dan Australia, di mana otoritas kompetisi sedang mengkaji praktik App Store. Pola ini menunjukkan pergeseran paradigma global di mana regulator semakin aktif membatasi kekuatan gatekeeper digital untuk melindungi konsumen dan pengembang aplikasi kecil.
Baca Juga:
Implikasi bagi Pengguna dan Pasar
Kebijakan baru yang dipaksakan oleh regulator ini membawa implikasi signifikan bagi ekosistem iOS. Bagi pengguna di Brasil, akses ke toko aplikasi alternatif berpotensi menawarkan harga aplikasi atau pembelian dalam aplikasi yang lebih kompetitif, karena pengembang dapat menghindari komisi Apple yang mencapai 15-30%.
Selain itu, pengguna mungkin menemukan aplikasi-aplikasi niche atau khusus regional yang sebelumnya tidak memenuhi pedoman ketat App Store. Misalnya, pengguna yang mencari aplikasi workout terbaik untuk latihan di rumah mungkin memiliki lebih banyak pilihan dari pengembang lokal.
Bagi pengembang aplikasi, khususnya yang berasal dari Brasil, ini bisa menjadi angin segar. Mereka mendapatkan jalur distribusi baru yang mungkin lebih menguntungkan dan memiliki kendali lebih besar atas model bisnis mereka, termasuk metode pembayaran. Namun, mereka juga harus mempertimbangkan tantangan logistik dan keamanan dalam mendistribusikan aplikasi di luar App Store yang terpusat.
Langkah Brasil ini juga memperkuat preseden hukum bagi negara-negara lain yang sedang mempertimbangkan regulasi serupa. Kesuksesan regulator Brasil, Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa dalam memaksa perubahan kebijakan Apple dapat mendorong otoritas di negara lain untuk mengambil tindakan yang lebih tegas.
Dinamika ini mirip dengan pergeseran yang terjadi di pasar teknologi lainnya, seperti yang dialami NVIDIA yang kehilangan pangsa pasar di China karena berbagai tekanan regulasi dan persaingan.
Ke depan, dunia mungkin akan menyaksikan model operasi Apple yang semakin berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain. Perusahaan akan perlu menyesuaikan kebijakan App Store-nya berdasarkan hukum lokal, menciptakan lanskap digital yang lebih terfragmentasi namun juga lebih kompetitif.
Tantangan terbesar bagi Apple adalah menjaga konsistensi pengalaman pengguna dan standar keamanannya yang menjadi nilai jual utama, sambil mematuhi aturan yang beragam di banyak negara. Tekanan global yang terus bertambah ini menandai babak baru dalam hubungan antara raksasa teknologi dan regulator di seluruh dunia.
