Ini Bahaya Tersembunyi di Balik Anak-Anak yang Memiliki Smartphone Pribadi - Marshable
Ini Bahaya Tersembunyi di Balik Anak-Anak yang Memiliki Smartphone Pribadi
Perkembangan teknologi dalam dua dekade terakhir telah mengubah cara manusia berinteraksi, belajar, dan bersosialisasi. Smartphone kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bahkan bagi anak-anak.
Di banyak rumah, anak usia di bawah 12 tahun sudah memiliki atau menggunakan ponsel pintar, baik untuk belajar maupun bermain. Namun, tren ini kini menjadi perhatian serius bagi para ahli kesehatan mental dan perkembangan anak.
Sebuah penelitian terbaru dari Rumah Sakit Anak Philadelphia, yang dipimpin oleh psikiater anak dan remaja Dr. Ran Barzilay, menyoroti potensi dampak buruk penggunaan smartphone terhadap kesehatan anak-anak, terutama dalam aspek mental, sosial, dan fisik.
Temuan ini menggugah banyak orang tua untuk lebih berhati-hati dalam memberikan akses teknologi kepada anak-anak di usia dini.
“Temuan kami menunjukkan bahwa kita harus memandang smartphone sebagai faktor penting dalam kesehatan remaja. Memberikan ponsel kepada anak harus disertai pertimbangan matang terhadap dampaknya pada kehidupan dan kesehatan mereka,” jelas Barzilay, dikutip dari Science Alert (9/12/2025).
Smartphone dan Risiko Kesehatan Mental pada Anak
Penelitian yang melibatkan lebih dari 10.000 anak ini menganalisis hubungan antara kepemilikan ponsel dengan perkembangan otak remaja. Selain itu, peneliti juga memperhitungkan berbagai faktor seperti demografi dan status sosial ekonomi keluarga.
Hasilnya cukup mengejutkan. Anak-anak yang memiliki ponsel menunjukkan tingkat depresi lebih tinggi, yaitu sekitar 6,5%, dibandingkan dengan 4,5% pada anak yang tidak memiliki ponsel. Temuan ini menunjukkan adanya potensi hubungan antara penggunaan ponsel dan gangguan kesehatan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi di usia muda.
Hal ini dapat terjadi karena anak-anak pengguna smartphone cenderung lebih sering terpapar media sosial, perbandingan sosial, cyberbullying, dan tekanan dari dunia digital yang bisa mengganggu kestabilan emosi mereka.
Ketergantungan terhadap validasi online melalui “like” dan “komentar” juga dapat memengaruhi rasa percaya diri anak, terutama di masa perkembangan psikologis yang sensitif.
Dampak Fisik: Kurang Tidur dan Risiko Obesitas
Selain dampak psikologis, penelitian ini juga menemukan adanya korelasi antara penggunaan smartphone dan gangguan tidur. Sebanyak 47% anak usia 12 tahun yang memiliki ponsel dilaporkan mengalami kurang tidur atau tidur kurang dari sembilan jam per malam. Sebaliknya, anak-anak tanpa ponsel hanya sekitar 31% yang mengalami hal serupa.
Gangguan tidur ini umumnya disebabkan oleh paparan cahaya biru dari layar yang dapat menekan produksi hormon melatonin, yaitu hormon yang mengatur siklus tidur. Selain itu, kebiasaan bermain game atau menonton video sebelum tidur juga dapat membuat anak sulit beristirahat dengan baik.
Tak hanya itu, efek negatif lainnya adalah meningkatnya risiko obesitas pada anak-anak pengguna smartphone. Penelitian tersebut mencatat sekitar 18% anak yang memiliki ponsel mengalami obesitas, sementara hanya 12% pada kelompok yang tidak memiliki perangkat. Aktivitas fisik yang berkurang, pola makan yang tidak teratur, serta waktu layar yang berlebihan menjadi penyebab utama masalah ini.
Smartphone Tidak Selalu Buruk, Asalkan Digunakan dengan Bijak
Meski demikian, para peneliti tidak menafikan adanya manfaat positif dari penggunaan smartphone. Dalam konteks tertentu, ponsel dapat membantu anak memperkuat hubungan sosial, berkomunikasi dengan keluarga, dan mengakses sumber belajar yang bermanfaat.
“Bagi banyak remaja, smartphone berperan konstruktif dalam memperkuat koneksi sosial, mendukung pembelajaran, dan memberikan akses ke informasi serta sumber daya yang mendorong pertumbuhan. Bagi sebagian keluarga, smartphone juga dianggap penting untuk alasan keamanan dan komunikasi,” ungkap Barzilay.
Dengan demikian, yang dibutuhkan bukanlah pelarangan total, melainkan pengawasan dan pendampingan yang tepat. Orang tua perlu menetapkan batasan waktu penggunaan, memilih aplikasi yang sesuai usia, serta mengajarkan anak untuk menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.
Keseimbangan menjadi kunci. Ketika anak dapat memanfaatkan ponsel untuk tujuan positif seperti belajar bahasa, berlatih kreativitas, atau mengikuti kegiatan edukatif, maka teknologi bisa menjadi alat pengembangan diri, bukan sumber masalah.
Namun, tanpa pengawasan yang bijak, smartphone dapat menjadi pintu masuk ke berbagai risiko: mulai dari gangguan mental, kecanduan layar, hingga penurunan kualitas hidup anak di masa depan.